Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 5

Tapi pertahanan seperti itu apalah artinya? Sebentar lagi bahkan Naura akan diperkosa.

“Cantiknya. Kau benar-benar artis Korea yang terkenal itu. Aih siapa namanya. Aku lupa. Dan sungguh, kau bisa berharga mahal, Ibu Naura! Hummm… bau tubuhmu juga harum. Parfum apa yang kau pakai? Seleramu sangat bagus, Ibu Naura. Dan kau tidak pantas menjadi orang miskin. Setelah ini kau akan tetap bisa hidup glamor meski suamimu bangkrut," ucap Niko.

Naura sungguh jijik mendengarkan ucapan itu meski Niko berniat memuji kecantikannya. Bulu kuduk Naura seluruhnya berdiri manakala lelaki itu telah berada persis di belakangnya, menempelkan tubuhnya hingga Naura bisa merasai milik lelaki itu menyentuh punggungnya.

Niko memeluk Naura dengan begitu mesra dari belakang, lalu mencium leher wanita itu, mengendus-endusnya, dan menjilatinya serta sesekali memberikan gigitan kecil.

Naura sama sekali tidak terangsang. Ia semakin merasa ketakutan dan jijik. Muak. Rasa geli itu bahkan tak terasa geli yang menyenangkan sebagaimana ketika suaminya sendiri yang melakukannya. Otaknya sudah terlanjur penuh dengan kebencian.

Air matanya terus meleleh jatuh. Niko tak peduli. Ia ingin memuaskan diri menjelajahi tubuh Naura dengan bibirnya.

Lengan kekar Niko membalikkan tubuh Naura hingga kemudian mereka berdiri berhadap-hadapan. Tapi Naura tetap menunduk defensif. Sukar juga bagi Niko untuk mencium bibir perempuan itu sebab tubuhnya memang lebih tinggi dan Naura hanya sebatas dadanya saja.

Tubuh Naura benar-benar terlihat mungil jika dibandingkan dengan Niko.

Niko merapatkan pelukannya, mengalungkan lengannya hingga ke punggung, lalu turun menggerayangi pungung itu hingga sampai ke pantat dan dia meremasnya dengan gemas.

Naura tertap terdiam membeku. Niko merasa jika tidak asik jika begitu caranya. Ia berpikir sejenak. Lalu menemukan ide.

Maka dengan entengnya, Niko mengangkat tubuh Naura dan meletakkannya di atas sofa ruangan itu.

Anak buah Niko pun sudah terangsang sejak tadi. Mereka benar-benar berharap akan mendapatkan giliran. Tapi pada saat itu, mereka hanya bisa menelan ludah dan berdiri diam saja menonton apa yang sedang dilakukan oleh atasannya itu.

“Kau masih malu-malu, sayang? Ah, air matamu itu benar-benar mengganggu sekali. Tak apa. Kau nanti akan terbiasa juga melakukan hal ini.

Niko memposisikan dirinya di atas Naura. Wanita itu tetap belum siap dan dia berlindung dengan cara menekuk kakinya.

Niko kesal. Ia menarik kasar kaki itu agar tubuhnya bisa bersarang tepat di tengah.

Niko tidak terburu-buru tentu saja. Ia belum ingin memasukkan miliknya ke celah yang menggoda itu. Terlebih dahulu, jemari tangan kirinya meraba bagian itu. Benar-benar masih kering. Tidak enak rasanya.

“Ibu Naura yang terhormat. Dengarkan aku. Penolakanmu adalah masalah bagi suamimu. Jika kau pasrah dan menerimanya saja, maka hal ini akan lekas selesai dan suamimu tak akan mendapatkan hadiah lagi!” kata Niko.

Lagi-lagi Naura dibuat sadar jika yang ia lakukan itu demi sang suami. Maka ia mencoba untuk pasrah kali ini. Tubuhnya sudah tidak sekaku tadi. Ia mencoba lemas saja. Menerima apapun yang akan dilakukan oleh lelaki itu.

Tapi sialnya si Niko sialan itu malah mendekatkan wajahnya. Sangat dekat ke wajah Naura hingga wanita itu pun menoleh ke samping. Refleks karena takut.

“Kau menolak lagi? Baiklah. Jari kelingking suamimu akan putus!” ancam Niko.

“J-jangan… aku mohon…” kata Naura dengan suaranya yang terdengar parau dan pilu.

Kevin yang tak melihat, namun mau tak mau mendengar percakapan itu, benar-benar merasa hancur. ‘Maafkan aku, Naura… maafkan kebodohanku…’ tangis Kevin dalam hati.

Niko mulai mencium bibir Naura. Tak ada penolakan memang. Tapi tak ada balasan juga. Naura hanya diam saja membiarkan bibir lelaki brengsek itu mengulum bibirnya dan lidahnya mencoba memaksa masuk untuk berbelit lidah dengannya.

Hanya saja mulut Naura sepenuhnya terkatup.

“Balas ciumanku. Apakah sesulit itu memahami ucapanku, huh?!” bentak Niko. Lalu ia kembali mengulanginya, mencoba lebih halus dan pelan; ingin tahu bagaimana Naura membalas ciumannya itu.

Naura memang membalasnya. Bukan karena ingin. Tapi karena sungguh ia tak mau suaminya celaka. Sama sekali tak ada rasanya. Ciuman laknat dan terkutuk itu. Naura tak ikhlas. Bibirnya hanya bergerak saja ikut alur yang diciptakan oleh Niko.

Lalu lidah lelaki itu memaksa masuk dan meminta Naura untuk menjulurkan lidahnya. Setelah itu Niko menghisapnya, memasukkan lidah perempuan itu ke dalam mulutnya, mengulumnya sedemikian rupa.

Tak ada enak-enaknya. Sakit malahan sebab lelaki itu menghisapnya terlalu kuat. Naura benar-benar kehabisan nafas dan dengan susah payah ia mencari oksigen.

Syukurlah Niko bosan dengan ciuman di bibir itu. Lantas dia mulai menciumi leher Naura, lalu turun lagi hingga ke dada dan ia mencicipi puncaknya dengan begitu rakus hingga kedua puncak dada itu dibuatnya basah kuyup oleh liurnya.

Naura hanya merasa geli dan tersakiti. Tak ada hasrat dan gairah yang naik sama sekali. Sungguh tak ada. Rasa takut dan jijik terlalu mendominasi emosinya.

Niko terus bermain-main dengan perut dan pusar Naura. Bibirnya tak henti bergerilya. Lidahnya sesekali bergerak menciptakan garis-garis panjang yang semakin lama semakin ke bawah.

Niko mengusap kembali milik Naura. Masih kering. Lelaki itu mengumpat dalam hati. ‘Sial. Rangsanganku tidak berpengaruh! Tidak asik jika dia tidak takluk dalam permainanku!’ ucap Niko dalam hati.

Hal yang paling membanggakan bagi Niko, dalam situasi seperti itu, tentu saja adalah membuat Naura orgasme. Ia ingin mendengar desahan dan lenguhan wanita itu saat ia menghujamkan miliknya dan menghentakkannya sedemikian rupa dengan tempo tertentu.

Niko ingin Naura merintih-rintih karena merasa nikmat. Itu baru prestasi dalam bercinta.

Maka yang di bawah sana memang harus dibasahi dengan cara paksa.

Geli mulai merambat menjalar di sekujur tubuh Naura manakala Niko brengsek itu sudah memainkan bibir dan lidahnya di bawah sana. Gerakan lidahnya cukup kuat mengobrak-abrik tonjolan mungil yang bersarang di tengah-tengah itu; titik luar yang paling peka dengan sentuhan. Apalagi jika yang menyentuh adalah lidah.

Rasanya memang geli dan menyengat. Tubuh tak bisa berbohong. Tapi sungguh Naura tak menyukainya. Ia jijik dan muak. Ia marah dan benci. Sama halnya jika pinggang digelitiki oleh siapapun; rasa geli itu tetap ada. Tak bisa ditolak. Tapi bisa jadi membuat marah. Tubuh merespon sebagaimana adanya.

Naura berharap lelaki itu segera menyelesaikan permainannya di bawah sana. Sebab semakin lama tubuhnya memang semakin bereaksi. Jika seperti itu, Naura takut jika ia mendesah tak sengaja. Hal itu pasti akan menyakiti perasaan suaminya.

‘Brengsek! Bajingan! Terkutuklah kau laknat!’ Naura terus menerus mengumpat dalam hati. Ia menggigit (tak terlalu kuat) ujung lidahnya hanya agar ia tetap bisa menjaga ekspresi datarnya; seolah semua hal yang dilakukan oleh bajingan itu tak ada dampaknya sama sekali.

Biasanya, Niko tahu jika pinggul perempuan akan bergerak atau terangkat-angkat jika telah terangsang. Tapi hal itu tak terjadi pada Naura. Wanita itu tetap diam di posisinya. Hanya saja tubuhnya kaku. Niko bisa merasakan hal itu. Kaku dan sesekali tetap ada getaran kecil ketika ia telah mengobrak-abrik tonjolan kecil itu dengan lidah dan hisapan-hisapan mulutnya.

‘Jalang! Kau hanya pura-pura tidak merasakan sesuatu. Cih! Kau takut harga dirimu hancur di depan suamimu karena menikmati permainan ini, hum? Lihat saja. Kau akan kalah, Naura cantikku!’ ucap Niko dalam hati.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel