Bab 4
Maka mau tak mau Naura mengeluarkan daging itu dari dalam mulutnya dan hanya dengan menggunakan tangannya saja yang bergerak luwes, lincah dan cepat berusaha mengeluarkan benih dari alat kelamin laknat itu.
“Oh… iyaaa… lebih cepat sayang… gunakan mulutmu lagi… aku sudah mau keluar… cepat…” perintah Niko.
Naura tak mau menyia-nyiakan kesempatan itu. Ia tak mau jika Niko lebih lama lagi keluarnya. Ia sudah merasa lelah. Maka ia lahap lagi milik lelaki itu, semakin dalam. Dan dengan bantuan dari tangannya, ia juga memijit serta mengocok tongkat itu sedemikian rupa.
“Akhhhh…. terus… aahhhh… nikmat ibu Naura cantikku… kau benar-benar jago. Kau binal, sayang. Kau berbakat menjadi pelacur!” kata Niko.
Sungguh kata-kata yang menyakitkan. Tak hanya bagi Naura, namun bagi Kevin.
Naura segera meludahkan cairan yang disemburkan Niko itu ke dalam mulutnya. Sungguh menjijikkan dan ia kembali mual.
Buru-buru Naura meraih botol minum itu, kumur-kumur dan meludahkannya di sembarang tempat. Masa bodoh. Ia juga meminum sisa airnya untuk membasahi tenggorokannya yang terasa kering.
Niko tertawa senang melihat Naura yang tampak tersiksa itu. Ia juga melihat ke arah Kevin. Sang suami itu sudah membuka matanya. Dan dia menangis. Sungguh menangis.
Tono melepaskan ikatan kain yang menyumpal mulut Kevin.
Naura segera berlari dan memeluk lutut suaminya. “Maafkan aku, Mas…”
“Aku yang seharusnya minta maaf padamu, Naura sayang… hiks… aku benar-benar tak berguna…” Kevin menangis. Ia tak peduli jika dianggap cengeng oleh para preman itu. Hatinya benar-benar hancur.
“Mas… apapun akan aku lakukan agar mas selamat. Aku takut mas kenapa-kenapa…” kata Naura. “Maafkan aku jika tadi mas tidak suka dengan yang aku lakukan… aku tak punya pilihan lain mas…” kata Naura.
Naura masih tetap menangis sambil memegangi kaki suaminya. Ia merasa benar-benar berdosa kepada lelaki itu.
“Hei, kalian… ini belum selesai!” kata Niko. Ia bahkan belum memasukkan lagi miliknya. Masih tetap berdiri seperti tadi meski isinya telah dikeluarkan oleh Naura.
Kevin dan Naura seketika menoleh. Pikiran Kevin kembali dilanda perasaan cemas.
“Apa lagi yang kau inginkan?” kata Kevin dengan segenap kemarahannya. “Kau telah menghancurkan harga diri istriku!”
“Memang. Tentu saja. Bukankah aku sudah mengatakan jika hanya istrimu yang bisa melunasi hutang kalian. Kami akan menjualnya sebagai pelacur!” kata Niko.
“Keparat! Bajingan!” umpat Kevin. Ia sungguh tak berdaya dalam keadaan terikat seperti itu. Dan sesungguhnya, wajah Kevin sudah lebam-lebam karena tadi ia sempat dihajar sampai babak belur oleh Niko dan anak buahnya.
“Ibu Naura… kemarilah. Kita lanjutkan babak kedua!” kata Niko sambil tertawa brengsek.
Jantung Naura kembali berdebar-debar. Pikiran buruk mulai menghantuinya kembali.
‘Ya tuhan… apakah aku akan diminta mengulum milik semua orang di ruangan ini…’ ucap Naura dalam hati. Ia benar-benar takut dan tiba-tiba perutnya terasa mual kembali. Betapa menjijikkan jika ia harus melakukan hal itu lagi kepada semua lelaki yang ada di sana.
“Jangan diam saja, Ibu Naura. Kemarilah dan kita akan bercinta dengan penuh kenikmatan. Di depan suamimu tentu saja. Rasanya pasti akan menyenangkan! hahahaha!” kata Niko.
Darah Kevin benar-benar mendidih. Ia mengumpat sejadi-jadinya dengan teriakan-teriakan kasar. Lalu sebuah tinju melayang mengenai wajahnya; tinju dari Tono. Setelah itu, Tono kembali menyumpal mulut Kevin dengan kain.
Naura tak tega melihat suaminya diperlakukan seperti itu.
“Masss…. huuu… huuuuu… huuu…” Naura kembali meraung dalam tangisannya.
Niko benar-benar muak.
“Ibu Naura, jika hal ini lekas berakhir, maka kau tahu apa yang harus kau lakukan. Jangan paksa aku menghajar suamimu lebih buruk lagi dari saat ini. Menurutlah!” bentak Niko.
Naura masih tersedu.
“CEPAT SINI!” Niko membentaknya dengan keras. Gara-gara kesal, miliknya yang tadi masih berdiri kini sudah turun lagi.
Dengan tubuh gemetaran, Naura berjalan mendekat sambil mengusap air matanya yang meluncur dengan derasnya.
Tubuhnya gemetar dan ia menggigil takut. Setidaknya, ia tak diminta untuk melayani semua orang yang ada di sana. Dan ia tak pernah mengharapkan hal itu terjadi.
“Buka semua bajumu atau aku yang akan membukanya dengan paksa dan aku robek semua!” kata Niko dengan kasar.
“J-jangan di sini, aku mohon… aku tak sanggup melakukan ini di depan suamiku dan semua anak buahmu…” kata Naura sambil terisak.
Kevin yang mendengar hal itu hancur hatinya. Jika ia bisa bicara, maka ia akan melarang istrinya. Kevin lebih memilih mati ketimbang melihat istrinya diperkosa.
Hanya saja; apa yang bisa ia lakukan? Kevin yang malang.
“Kita akan melakukannya di sini! Tak ada tawar menawar. Sebentar lagi kau juga akan menjadi pelacur. Jadi anggap saja ini latihan, Ibu Naura tersayang. Kau sungguh cantik. Tubuhmu sangat bagus dan terlihat kencang. Lekas buka bajumu. Aku ingin tahu kualitas tubuhmu yang sesungguhnya!” kata Niko sambil tertawa melecehkan. Sungguh brengsek.
Persendian Naura terasa lemas mendengar permintaan itu. Dan ia tak punya pilihan lain kecuali pasrah. Tubuhnya gemetaran. Wajahnya merah padam. Kesedihan dan kemarahan datang dalam waktu bersamaan.
Detak jantung Naura serasa meledak-ledak. Bukan karena ia ingin menikmati hal itu. Sungguh bukan. Bahkan sebaliknya. Ia merasa tak sanggup jika harus bercinta dengan Niko. Terlebih di depan suaminya dan di depan semua orang dalam ruangan itu.
Sambil terisak sedih, Naura melepaskan pakaiannya satu demi satu; menanggalkan celananya, mencopot kaosnya hingga menyisakan bra dan celana dalam. Ia silangkan kedua tangannya di dadanya. Malu sekali rasanya. Harga dirinya dibanting sedemikian rupa di depan para lelaki bejat itu.
“Kenapa yang itu tak dilepaskan, hum? Kau sengaja menyisakannya agar aku bisa merobeknya?” sindir Niko dengan nada bicara mesum.
Naura menundukkan kepala. Ia mendengar para lelaki di tempat itu tertawa senang melihat apa yang terjadi padanya. Sungguh brengsek. Terkutuklah mereka semua.
Dan pada akhirnya Naura melepaskan pakaian dalam yang menjadi pertahanan terakhirnya itu. Ia telanjang bulat.
“Wah-wah… hahaha… benar-benar bagus tubuhmu, Ibu Naura. Kau sudah beranak satu, tapi tubuhmu tak kalah dengan tubuh perawan. Sepertinya kau rajin berolah raga dan menjaga tubuhmu tetap seksi. Istri yang pintar. Hei, Kevin! Kau sungguh beruntung!” ledek Niko.
Kevin sudah tak sanggup membuka matanya. Ia hanya terpejam dan menundukkan kepala sambil menangis terisak menyadari jika istrinya sudah dilecehkan sampai titik terendah seperti itu.
Lalu Niko segera berdiri dari duduknya. Ia juga melepaskan semua pakaiannya. Telanjang bulat. Memamerkan tubuhnya yang berotot berhias tato entahlah. Ada banyak di sekujur tubuhnya.
Naura sama sekali tak mau memandang ke arah lelaki itu.
Niko mendekat. Naura semakin berdebar-debar. Ia berdiri kaku setengah membungkuk untuk melindungi tubuhnya agar para jahanam itu tak bisa seenaknya sendiri melihat dengan leluasa.