Ringkasan
Bacaan khusus Dewasa. Menceritakan tentang kisah pasangan suami istri yang terjerat hutang. Mereka berdua kemudian menyepakati 1 hal dengan berat hati, yakni sang istri akan menjual tubuhnya agar bisa melunasi hutang.
bab 1
“Tak ada pilihan lain. Kita harus kabur, sayang. Maafkan aku yang tak berguna ini. Aku telah gagal menjadi suamimu…” kata Kevin kepada istrinya, Naura.
“Aku takut mas! Bagaimana jika mereka malah berhasil menemukan kita nantinya? Dan kita akan kabur kemana? Lalu anak kita bagaimana?” kata Naura dengan ekspresi kacau setelah mendengarkan penjelasan suaminya.
Kevin, lelaki berusia 35 tahun itu tampak putus asa. Ia terjerat hutang cukup besar. Usahanya telah gagal karena ia tertipu dan kini sudah tak ada cara lagi untuk melunasi hutang. Semua sudah dijual dan bahkan rumah itu pun sudah digadaikan dan mungkin dua atau tiga bulan lagi akan disita bank.
Kehidupan Kevin dan Naura yang semula bisa dibilang mapan dan lumayan mewah kini telah berbalik 180 derajad. Dulu, semua orang mungkin boleh iri dengan pasangan itu. Kevin adalah lelaki tampan bertubuh atletis, pemilik sebuah perusahaan pabrik perabotan plastik yang sudah berjalan selama 7 tahun. Perusahaan itu tidaklah besar. Namun cukup menghasilkan dan yang penting adalah miliknya sendiri.
Sementara Naura, wanita berusia 30 tahun itu adalah wanita yang benar-benar cantik. Banyak yang mengatakan dia itu mirip aktris korea. Meski dia sudah memiliki 1 anak, namun tubuhnya masih indah, kencang dan seksi. Ia pandai melakukan perawatan dan menjaga tubuhnya agar selalu bagus dan enak dilihat.
Kevin menundukkan wajahnya dan menghela nafas panjang. “Naura sayang, kita sudah tak punya apa-apa lagi. Tak ada yang bisa kita pertahankan di sini. Semua sudah terjual dan sebagian telah tergadaikan dan kita tak tahu bagaimana menebusnya kembali. Kita bawa barang yang ada. Kita bawa kabur mobil itu sebelum disita. Plat nomornya sudah aku ganti. Kita titipkan Kevin kepada orang tuamu. Mereka sudah tahu jika kita sedang kesulitan, bukan? Kita ke kota lain dan memulai usaha baru…”
Naura tahu jika yang terjadi tak akan semudah itu. Ia tahu suaminya hanya merasa panik. Namun ia sendiri juga tak punya solusi. Buntu. Mereka sudah membahas hal itu berulang kali dan memang tak ada jalan sama sekali.
Kabur dan menjadi orang lain di kota lain, lalu perlahan mendirikan usaha baru dengan modal mobil yang sudah digadaikan itu mungkin adalah ide bagus. Masih ada beberapa barang branded terakhir yang belum terjual dan mungkin nanti bisa dijadikan modal di kota lain.
“Bagaimana mengatakan hal ini kepada Cindy?” tanya Naura. Cindy adalah putri mereka yang baru berusia 7 tahun dan kini sudah bersekolah kelas 1 SD.
“Kita katakan saja jika Cindy harus tinggal bersama opa dan oma untuk sementara waktu sebab kita berdua harus bekerja. Dia pasti mengerti,” kata Kevin.
Maka begitulah. Naura pun setuju. Hari itu mereka segera berkemas. Yang pertama adalah semua pakaian, buku, mainan dan semua yang dimiliki oleh Cindy. Lalu mereka mengantarkan sang putri kecil itu ke rumah kedua orang tua Naura.
Setelah itu, Kevin dan Naura kembali lagi ke rumah untuk mengemasi barang-barang yang perlu mereka bawa. Rasanya sungguh menyedihkan ketika harus meninggalkan rumah tercinta itu; rumah peninggalan kedua orang tua Kevin yang sudah meninggal.
Kevin adalah anak tunggal dan dia sudah mandiri sejak berusia 22 tahun di mana kedua orang tuanya sama-sama meninggal karena kecelakaan. Dengan apa menjadi warisan untuknya, Kevin membangun usaha sendiri. Sayang sekali, kini ia sedang tertimpa masalah besar setelah ia meminjam dana yang cukup besar untuk membesarkan perusahaanya.
Singkatnya, perusahaan itu mendapatkan masalah dan bangkrut. Meski semua aset sudah di jual, namun Kevin masih memiliki hutang sebesar 2 milyar kepada sebuah perusahaan yang bergerak di bidang kredit perusahaan.
“Sudah semua, sayang. Kita bisa pergi sekarang…” kata Kevin. Ia tergesa-gesa sebab ia tahu jika sewaktu-waktu para preman debt collector itu akan mencarinya.
“Ayo mas…” kata Naura dengan ekspresi lesu. Lalu mereka berangkat.
Namun apes. Begitu mereka hendak keluar rumah dan mulai menjalankan mobilnya, sebuah mobil berisi beberapa orang telah lebih dahulu sampai.
Enam orang keluar dari mobil itu. Mereka melihat sesuatu yang aneh tentu saja.
“Wah-wah… kenapa barang-barangnya diangkut di mobil? Kalian mau melarikan diri?” kata salah satu dari para penagih hutang itu.
“E, tidak. Bukan begitu. Kami ingin menjualnya Borongan untuk membayar hutang…” kata Kevin dengan sangat gugup.
“Jadi hari ini bagaimana? Kalian sudah terlalu lama menunggak bayar cicilan. Apakah 200 jutanya sudah ada?” kata orang itu.
Dulu 200 juta mungkin masih gampang dipegang. Tapi tidak dengan saat itu. 10 juta pun sulit mencarinya.
“Itulah. Kami ingin menjual barang-barang itu untuk membayar tunggakan cicilan…” kata Kevin.
Tapi para penagih hutang itu sudah sangat berpengalaman mengenali gelagat konsumen yang gagal membayar hutang.
“Jadi hari ini tidak ada?” tanya orang itu.
“Besok… aku janji…” kata Kevin penuh harap.
“Kalau begitu bapak dan ibu ini harus ikut kami dulu!” kata orang itu.
“Ikut kemana? Kami buru-buru ada janji dengan orang yang membeli barang itu…” kata Kevin.
“Bisa ditunda. Atasan kami ingin bertemu dengan kalian berdua…” kata orang itu.
“Kenapa istriku harus ikut?” protes Kevin.
“Ya, karena kalian juga buru-buru, kan. Kita buat cepat saja nantinya. Istrimu ikut ke mobil kami. Dan kamu bawa mobilmu mengikuti mobil kami. Oh, nanti akan ada dua orang yang ikut dalam mobilmu. Semua akan baik-baik saja jika kamu bekerjasama dengan baik! Kami sudah berbaik hati memberi banyak kelonggaran waktu!” kata orang itu.
“Tidak bisa begitu… mari kita bicarakan dulu!” kata Kevin mencoba menego.
“Pak Kevin! Kami bisa sangat kasar hari ini. Jadi tolong kerjasamanya. Atau bapak mau kami berbuat kasar baru kamu mau bekerjasama dengan baik?” kata orang itu mengancam.
“Tapi jangan kurang ajar kepada istriku!” kata Kevin cemas.
“Jangan khawatir. Bapak anggap kami itu apa? Nyonya akan aman dan hanya ikut saja. Semua urusan ini tentu saja Bapak Kevin yang bertanggung jawab!” katanya.
Akhirnya Kevin dan Naura setuju. Hanya saja mereka tidak tahu jika setelah itu akan terjadi sesuatu yang tak pernah mereka bayangkan sebelumnya.
Naura ikut masuk ke dalam mobil orang-orang itu dengan perasaan khawatir. Lalu Kevin menyetir mobilnya sendiri. Ada dua orang yang ikut masuk ke dalam mobilnya untuk memastikan agar Kevin tidak kabur. Mereka paham jika Kevin dan istrinya hari itu pasti akan melarikan diri. Hal itu sudah kerap terjadi pada para penghutang sebelum-sebelumnya.
Mobil mulai bergerak meninggalkan rumah itu. Kevin mengikutinya dengan perasaan cemas dan khawatir.
Hingga kemudian, sampailah mereka di sebuah bangunan bertembok tinggi dengan sebuah rumah di dalamnya. Di samping kiri dan kanan bangunan itu hanya ada sawah. Bangunan itu mirip gudang dan ada dua truk besar yang parkir di halamannya yang luas.
Sesampainya di sana, dan setelah mereka semua keluar dari mobil, Kevin dihajar hingga babak belur oleh orang-orang itu. Sementara Naura hanya bisa berteriak menangis memohon agar suaminya tak dipukuli.
Orang-orang itu menatap Naura dengan tatapan penuh hasrat. Siapa yang tak tergoda oleh kecantikan dan tubuh indah yang dimiliki oleh wanita itu?