Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 6

Sesekali Naura menahan nafas manakala rasa geli itu benar-benar meradang menghantam tubuhnya. Ia bersusah payah agar tidak orgasme; dengan cara memanipulasi pikirannya. Ia terus berpikir jika Niko menjijikkan. Ia berpikir jika ia sedang kesakitan.

‘Bajingan… kenapa dia bermain lembut! Arghhh!!!’ Naura benar-benar frustasi.

Ya, Niko memang bajingan. Brengsek. Tapi tubuh lelaki itu memang bagus. Wajahnya juga tidak jelek meski tidak setampan Kevin. Hanya saja soal ukuran tubuh, dan juga senjata kelelakian, Niko menang telak.

“Kenapa kau tahan-tahan, Naura sayang? Aku tahu kau benar-benar merasakan kenikmatan. Ayo lepaskan saja sayang. Nikmati saja permainanku… hihihi!” kata Niko yang sedang rehat sejenak dari celah sempit itu. Ia juga butuh bernafas lega.

Naura memilih untuk diam saja. Ia menghela nafas panjang dan merasa lega permainan di bagian bawah itu sudah berakhir. Dan ia berhasil tidak orgasme meski rasanya tadi sudah hampir saja meledak-ledak. Jika seperti itu, solusinya hanyalah dengan menggigit lidah lebih keras agar rasa sakit itu memanipulasi otaknya.

Sayang sekali, Naura salah besar jika mengira Niko telah selesai bermain.

Kini lelaki itu menggunakan jemari tangannya dan mulai lagi mengusap lembut permukaan luarnya. Niko menjilati jemarinya lagi agar basah. Setelah itu ia masukkan perlahan dua jarinya itu ke dalam tubuh Naura.

‘Brengsek!’ umpat Naura dalam hati. Ia merasai jemari itu tak hanya keluar masuk begitu saja, namun juga bergerak-gerak mengusap seluruh dinding yang ada di dalam sana. Mengaduknya sedemikian rupa dan berkali-kali telah mengenai titik panas yang membuat tubuh Naura bereaksi dengan sendirinya.

Mati-matian Naura menahan diri agar tak mendesah. Mati-matian ia berusaha menolak untuk menikmati permainan jari terkutuk itu.

Niko tersenyum senang mendapati milik Naura sudah semakin basah. Meski wanita itu diam saja, tapi Niko tahu yang ia lakukan itu ada dampaknya dan ia paham jika Naura sedang bertahan.

‘Mampus kau cantik!’ Kini bukan lagi dua jari yang masuk. Melainkan tiga. Dari ritme pelan ke ritme cepat, Niko mengobrak-abrik pertahanan Naura.

Naura memejamkan mata dan mengatupkan rahangnya kuat-kuat. Ia tak lagi menggigit lidahnya; takut putus. Tangan Niko memang berpengaruh. Ada rasanya. Naura benar-benar berharap suaminya tak melihat saat tubuhnya menegang mendapatkan pelepasan. Tapi setidaknya ia berhasil tidak mendesah sama sekali.

Malahan, Naura menangis.

“Hihihi… aku suka gayamu, Ibu Naura yang cantik. Kau menikmatinya diam-diam agar suamimu tidak tahu, kan… Hei Kevin… lihatlah, milik istrimu itu sudah sangat basah. Kenapa kau tetap memejamkan mata? Aku akan memberimu tontonan yang menarik!” kata Niko memanas-manasi hati Kevin.

Sungguh, Niko berhasil telak membuat Kevin merasa hancur. Ia tak rela. Bukan, ia bukan jijik kepada istrinya. Ia hanya merasa tidak tega melihat istrinya direndahkan seperti itu.

Tak ada suara desahan dari mulut Naura. Sehingga Kevin percaya jika istrinya tidak menikmati apa yang sedang terjadi itu.

Naura memang sudah tak lagi menangis dan Kevin pun tahu itu karena paksaan dan ancaman dari Niko.

Selebihnya, Niko mulai memasuki Naura dengan menggunakan miliknya yang besar itu.

Andai Naura ikhlas, maka seharusnya milik Niko itu benar-benar nikmat rasanya; keras, hangat, kokoh dan berdenyut-denyut, menusuk hingga ujung miliknya dan berhasil menyentuh semua titik panas yang ada di dalam sana.

Mungkin sudah 30 menit Niko bermain dengan Naura. Dengan berbagai gaya di mana Niko terus dominan memimpin permainan itu. Naura hanya pasif mematikan dirinya untuk tidak hanyut menikmati permainan terkutuk dan biadab itu.

Hancur sudah hati Naura. Miliknya yang hanya ia berikan kepada sang suami tercinta kini kemasukan maling; ternoda oleh perbuatan terkutuk itu.

Tapi sejauh itu, Niko belum menunjukkan tanda-tanda ia akan mendapatkan pelepasan. Keringat sudah membasahi tubuh lelaki itu yang sedari tadi bergerak dengan aktif berusaha membuat Naura mendesah.

Naura memang beberapa kali mendapatkan orgasme. Tapi tak pernah sekalipun ia mendesah. Orgasme itu juga sungguh tidak ia nikmati. Hanya terjadi dan berlalu begitu saja. Rasanya malahan membuat ia jijik dengan tubuhnya sendiri; marah dengan dirinya sendiri. Tubuhnya yang telah dinodai oleh lelaki bejat itu.

Tapi sialnya, Niko yang tampak kelelahan itu ingin mengganti permainannya.

“Aku di bawah. Kau di atas!” pinta Niko.

“E… apa… aku… tidak mau…” kata Naura. Ia sangat takut jika ia berada di atas, maka pertahanannya akan jebol; larut menikmati permainan itu. Ia sungguh tidak mau.

“Atau kau memang sengaja ingin berlama-lama bercinta denganku, hum? Oh… begitu rupanya…”

“Bukan begitu… segera tuntaskan apa yang kau mau!”

“Aku tak bisa keluar jika sikapmu terus seperti itu. Jika kau memang ingin permainan ini cepat berakhir, beri aku sesuatu yang bagus, Ibu Naura. Duduklah di atas dan buat aku mendapatkan pelepasan. Semakin kau tidak mau bekerjasama dengan baik, maka semakin lama kau berada di atasku. Tak masalah jika memang itu yang kau mau sebab aku tahu kau sudah berkali-kali mendapatkan kenikmatan dari permainanku! Hahahaha!” kata Niko dengan nada bicara yang benar-benar brengsek.

Naura benar-benar malu dan terpukul mendengar ucapan Niko. Sungguh ia tak ada niat sama sekali menikmati hal itu. Tak ada niat sama sekali menyakiti perasaan suaminya.

Ya, tubuhnya memang bereaksi. Tapi ia bersumpah tak menikmatinya. Dan ucapan Niko itu benar-benar meremukkan mentalnya di hadapan suaminya yang menunduk memejamkan mata itu.

“Apa lagi yang kau tunggu!” kata Niko setengah menyentak yang membuat Naura sedikit kaget.

Lalu dengan berat hati, Naura akhirnya duduk di atas Niko, lalu menyatukan tubuhnya perlahan dengan lelaki itu.

Hati Naura jauh lebih ngilu jika dibanding saat ia berada di bawah. Kini dia di atas yang artinya ia memimpin pergulatan terkutuk itu.

Lantas, Naura kembali berpikir jika ia tak boleh terlalu lama berada di sana. Artinya, bagaimana pun caranya ia harus bisa membuat Niko mendapatkan pelepasan.

Naura tahu caranya, hanya saja hal itu akan membuat pertahanannya sendiri mungkin kebobolan lagi. Tapi hal itu tetap jauh lebih baik, dari pada ia tak bergerak sama sekali dan ia malah akan berkali-kali mendapatkan klimaks.

Sebab bagaimana pun, ketika benda itu masuk dan ia ada di atas, rasanya sangat penuh dan sesak, menyentuh semua dinding miliknya dan sedikit banyak menimbulkan sensasi seperti yang ia dapatkan ketika ia bercinta dengan suaminya.

Bedanya, kali ini Naura sungguh tidak menikmatinya meski rasanya nikmat.

Naura mulai bergerak. Pilihannya bukan bergerak halus maju dan mundur, tapi ia lebih memilih mengangkat naik dan turun. Beruntung milik Niko besar dan panjang sehingga tak mudah lepas dan tergelincir yang jika hal itu terjadi akan membuat Niko merasa ngilu dan mungkin akan lebih lama lagi mendapatkan klimaks.

Untuk sesaat itu, Naura menyingkirkan harga dirinya. Ia tak peduli jika Niko tetap mengucapkan kata-kata kotor untuk mengungkapkan betapa nikmat yang ia alami saat itu ketika Naura berada di atas; serupa saat tadi Niko berkali-kali menghujam tubuhnya ketika dia ada di atas.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel