Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Part 5.Dibalik Jebakan

Alya tersadar sudah terbaring di sebuah kamar yang bukan miliknya, bersama lelaki asing yang sama sekali tidak ia kenal.

Alya ingat sebelumnya, Mayangsari memaksanya untuk meminum segelas sirup berwarna merah, entah apa itu. Rasanya sedikit agak pahit.

Setelah itu, tiba-tiba kepala Alya seakan-akan berputar cepat. Pandangan matanya terasa buram, segala sesuatu terlihat samar, badannya pun lemas seketika, tidak bisa lagi difungsikan secara sempurna.

Alya berusaha menyeimbangkan pikirannya, menarik nafas dan membuangnya perlahan.

“Apa yang terjadi?” Dimana aku? Ka-ka … ka-kamu si-siapa?” tanya Alya berusaha menyembunyikan ketakutannya.

Alya berusaha tetap kontrol diri untuk tetap sadar.

Kedua matanya berputar, menyapu setiap sudut di ruangan kamar yang cukup besar itu. Dan ia yakin masih berada dalam lingkungan castil Maxwell karena masih terdengar suara musik diluar.

Penglihatan nya Samar, seolah ada kabut putih yang menghalangi pandangan matanya. Alya memejamkan matanya, mencoba fokus pada titik indra penglihatan nya.

“Hmm, sudah bangun tuan putri Maxwell yang agung!? Bagus!” sahut lelaki yang tak dikenalnya itu mendengus dengan mata merah.

Perlahan, jejak langkah kaki mulai mendekatinya, tampak gontai dan tidak seimbang, seakan tubuhnya di terpa ombak yang terombang-ambing di tengah lautan lepas.

Alya yakin laki-laki itu mabuk, dan Alya berusaha keras untuk memulihkan tenaganya sendiri.

Wajah lelaki itu terlihat keruh dan lusuh, dengan percaya dirinya ia memamerkan senyuman beraroma kotor.

Sepertinya otak mesum lelaki itu sudah mulai bekerja, terlihat dari gerakan kedua tangannya yang mengarah tali pinggangnya dan mulai melepaskan nya,membuang begitu saja kemeja polos yang dikenakanya.

Langkah lelaki itu tidak terhenti sedikitpun, terus berjalan mendekati Alya yang masih terlentang tanpa daya. Ia merasa dunia yang di tempatinya seakan-akan berputar dengan sangat cepat, membuat kepalanya seolah-olah terbang mengelilingi ruang dan dimensi yang menakutkan. Alya bernafas lega saat tangannya bisa digerakkan menurut pada perintah otaknya.

Alya mencoba menggerakkan kakinya,dan kakinya pun merespon dengan baik.

Alya menunggu pria bermata merah itu mendekati nya sambil mengumpulkan tenaga nya.

Warna merah yang hampir memenuhi kedua mata lelaki itu membuat Alya menyadari jika ia sedang menghadapi lelaki mabuk. Dan hal itu adalah sesuatu yang buruk tapi juga akan menguntungkan kalau tenaga Alya benar-benar pulih.

Alya berusaha menghilangkan rasa ketakutan karena ketakutan hanya akan membuat nya kehilangan banyak energi dan tidak bisa berfikir jernih.

Memanfaatkan Sedikit tenaga yang masih tersisa, Alya berusaha bangkit dari pembaringan. Namun, ia kembali terjatuh, kepalanya benar-benar terasa berat. Badannya tidak bertenaga, seolah-olah rangkaian tulang di dalam tubuhnya tidak lagi berfungsi.

.

“Hari ini, kamu milikku!” ujar lelaki mabuk itu sambil terus mendekat.

“Tidak! To-tolong …. lepaskan aku!” jawab Alya sengaja memancing emosi pria mabuk yang terus memandangi nya penuh nafsu.

Teriakan lemah dari mulut Alya tidak berarti sedikitpun, lelaki itu kini sudah berada di dekatnya lalu bergerak cepat menindih tubuhnya.

“Tenang, aku tidak akan melukaimu, aku hanya ingin memberimu sesuatu yang tidak bisa kamu lupakan, kenikmatan yang akan membuatmu terbang ke langit ketujuh dan merengek memohon padaku ketagihan” ucap lelaki itu terkekeh, dengus napas kencang di hidungnya benar-benar seimbang dengan sorot kedua matanya yang memerah, penuh napsu kotor dan bau alkohol murahan.

“Tolong, lepaskan aku!” teriak Alya.

“Tidak akan pernah, hehe … kamu milikku malam ini, cantik... Kamu diam dan mendesah saja!”

Lelaki bermata merah itu kembali terkekeh. Ia semakin mendekat, merengkuh tubuh Alya hingga gadis itu benar-benar terkunci, menarik dan merobek paksa pakaian Alya.

“Arrrghhh toloooong!”

Alya kembali menjerit, walau ia tahu tidak akan ada yang mendengar dan menolongnya namun setidaknya ia berusaha mengumpulkan tenaga untuk lebih sadar.

Kedua kaki Alya lalu berusaha menendang ke arah lelaki itu dengan sisa tenaga yang sempat ia kumpulkan.

" Aaaaahkk perempuan setan..." laki laki bermata merah itu mengaduh sambil berguling memagang harta pusakanya yang dihantam lutut Alya.

Pria bermata merah kembali melompat ke atas ranjang dan langsung menerkam tubuh Alya.

Alya terlihat menggelengkan kepalanya kuat-kuat sebelum ia berteriak histeris lalu meronta dengan sisa tenaga yang dimilikinya mencoba menghindari desakan bibir lelaki itu yang mengejarnya tanpa henti.

Sampai akhirnya Lelaki itu hilang kesabaran. Dengan cepat dan kasar ia merobek dress putih yang dikenakan Alya hingga terkoyak hampir seluruhnya. Kedua bola mata lelaki itu pun sontak terbuka lebar sembari menelan air liurnya sendiri.

“Aaaaaaakkhhh! Bajingan! Toloooong!!”

Teriakan Alya masih terdengar lemah, tidak akan ada seorangpun yang dapat mendengarnya. Terlebih, di luar sana suara musik terdengar menggelegar, ditambah ramainya suasana riuh penuh gelak tawa yang saling bersahutan di tengah pesta yang diadakan Mayangsari beserta teman-temannya di halaman belakang kastil Maxwell

Pesta perpisahan yang diadakan Mayangsari atas seizin orang tua Alya. Dan itupun Alya yang memohon untuk di izinkan.

Mayangsari yang akan melanjutkan kuliah di Jerman mengadakan pesta perpisahan dengan kawan-kawannya malam itu.

Dan Alya sendiri akan melanjutkan kuliahnya di Mesir Cairo.

Menyesal rasanya alya membantu Mayangsari mengadakan pesta ini padahal Bastian dan Putra sudah menyarankan untuk tidak usah mengadakan pesta perpisahan. Apalagi orang tua mereka sedang berada di Zhuhai dan Bastian berada di Bandung. Sementara putra ada baru tadi sore berangkat ke Hongkong untuk urusan bisnisnya.

Sulit bagi seseorang untuk dapat mendengar teriakan histeris dari bibir Alya yang sudah mulai kehilangan tenaganya.

Namun, Alya sepertinya masih enggan untuk menyerah, ia lalu mendorong tubuh lelaki itu dengan kedua tangan dan kakinya, kembali meronta sembarang sembari terus saja berteriak histeris.

“Lepaskan aku! Tolooong!” alya terus berteriak.

“Diam!” sentak lelaki itu kasar. Tubuhnya kembali bergoyang, sepertinya sesuatu yang di minum atau di pakai lelaki itu benar-benar telah menguasainya. Ia mabuk separah-parahnya.

Menyadari hal itu, Alya kembali mengumpulkan tenaga untuk ke sekian kalinya, setelah berhasil mengibaskan cengkraman tangan lelaki itu, Alya berteriak kencang sembari melayangkan satu tendangan yang tepat mengenai ulu hati lelaki itu.

“Blugh!”

“Arrgh! Aduh! brengsek!”

Kali ini, lelaki itu tersungkur. Alya tidak menyia-nyiakan kesempatan, dengan cepat ia berdiri dan berlari sebisanya. Langkah kakinya tampak terseok-seok mencapai pintu sembari sibuk merapikan pakaiannya yang tampak terkoyak di berbagai bagian tubuh.

Alya melihat sekelilingnya,rupanya ia dibawa ke paviliun belakamg yang sedang direnovasi oleh Mayangsari.

Terseok alya melangkah menjauh dari kamar itu, lorong yang gelap tak ada cahaya lampu sama sekali.

“Hei! Jangan pergi! Kita belum selesai! Sial!”

Lelaki itu kembali berteriak, mencoba berdiri dan mengejar Alya sembari merasakan sakit di bagian ulu hatinya.

Tetapi, tubuh yang masih dipengaruhi minuman yang memabukan itu tidak mau di ajak bekerjasama, ia tidak mampu menyeimbangka gerakan tubuhnya. Lelaki itu terhuyung ke segala arah, benar-benar tidak beraturan sebelum akhirnya ambruk mencium lantai.

“Tu-tunggu!”

Lelaki itu berusaha berdiri kembali.

Alya mana mau mematuhi perintah lelaki yang berusaha merebut kehormatannya. Lebih baik mati bersimbah darah daripada menjadi mangsa mahluk pemuja napsu iblis.

Tanpa memerdulikan lelaki mabuk itu, Alya segera mengumpulkan lagi semua keberanian dan sisa tenaganya, berjalan secepat yang ia mampu, menuruni anak tangga hingga sampai di lantai dasar setelah langkah kakinya berhasil keluar.

" Non Alya..." seorang pengawal segera menangkap tunuh Alya yang hampir ambruk.

Alya langsung mengambil radio kontrol yang dipegang oleh pengawal.

" Perhatian,tutup semua pintu. Tahan mayangsari dan laki-laki mabuk di paviliun belakang,..!'" perintah alya.

Mayangsari, orang yang ia percaya sebagai saudara angkat ternyata selama ini menyimpan rencana busuk terhadap keluarga yang sudah menganggapnya sebagi anak, Alya dengan geram lalu menghubungi Bastian dan juga mengabari Orang tuanya.

Sebelum, Alya jatuh pingsan. Dua orang pengawal segera membawa Alya ke dalam Castil Maxwell,dan mbawa ke kamarnya.

Eyang Yuni teekwjut melihat cucu kesayangannya digendong oleh pengawal.

" Kenapa dengan cucuku..? Bukanya mereka sedang ada acara dibawah..?" Tanyanya.

" Sepertinya dikerjai Non Mayangsari. Nyonya...!" Jawab pengawal itu.

Alyssa berlari melihat keadaan Alya.

Alyssa dan seorang dokter berusaha menyadarkan Alya.

" Tante..."

" Syukurlah...sudah sadar...apa yang terjadi Alya..? Bukanya tadi kalian ada acara dibawah...?" Tanya Alyssa.

" Tadi aku mau balik ke kamar tante, tapi Mayangsari menghadang dan meminta aku untuk minum segelas wine sebagai tanda perpisahan. Terus aku bangun sudah ada dikamar belakang yang sedang direnovasi. Saat aku bangun,Mereka menutup hidungku dengan sapu tangan. Tapi aku masih mendengar suara tawa Mayangsari." Alya menceritakan pada Alyssa tantenya yang juga kepala urusan rumah tangga keluarga Maxwell.

" Mayangsari bicara apa..?

“Selamat bersenang-senang!

Mayangsari keluar kamar sembari tertawa terbahak-bahak. Aku hanya melihat samar Mayangsari, .." jawab Alya.

" Beruntung, Alya dapat meloloskan diri, walau harus tertatih-tatih dengan pakaian yang terkoyak di setiap sudut tubuhnya, setidaknya ia berhasil keluar dari sarang para pengikut iblis " Dengus eyang Tiara kesal.

Alyssa segera keluar saat salah seorang pengawal memanggilnya.

Sementara di tempat lain, Mayangsari kembali berhadapan dengan Isabella mamanya dan Juga Robbin ayah kandungnya.

Mayangsari terlihat berlari masuk kedalam sebuah mobil yang langsung membawanya pergi dari castil Maxwell.

" Are you stupid..?" Terdengar bentakan seorang perempuan sambil memukul kepala Mayangsari keras.

" Mommy, aku sudah lakukan semua yang mommy suruh. Kenapa aku terus disalahkan? Kenapa tidak momy lakukan semdiri? Lagipula apa salah nya Kak Alya?" Jawab Mayangsari dengan berani menatap wanita dihadapan nya.

" Kamu harus bisa menikah dengan Bastian dan hidup mewah dengan semua fasilitas Hansen." Ujar wanita itu.

" Tanpa menikah dan menyakiti kak alya pun aku sudah menikmati semua fasilitas dan aku juga dimanjakan oleh semua orang." Mayangsari masih menjawab dengan berani.

Plak

" Dasar otak udang.." wanita itu menampar Mayangsari.

Plak

" Ini tamparan supaya kamu pintar.

Mayangsari Menatap wanita itu tajam dengan rasa pedih dihatinya. Bagaimana mungkin ibu kandungnya sendiri yang terus menyiksanya sementara Bianca yang tidak ada hubungan darah sema sekali dengannya begitu menyayanginya. Semua orang di keluarga Hansen dan Maxwell tidak pernah ada yang memukulnya,membentak pun tidak pernah. Mereka memperlakukan nya dengan penuh kasih sayang.

" Kenapa momy begitu jahat padaku? Aku anak kandung momy, dan kalau momy ingin tinggal di castil Maxwell, kenapa momy tidak menerima tawaran uncle Alfons dan Daddy Gustav. Aku tidak mengerti dengan pikiran Mommy." Jawab Mayangsari.

Mobil yang dikendarai oleh seorang pria itu masuk ke basemen apartemen.

Dan saat pintu mobil dibuka mayangsari langsung keluar berlari sekencang-kencangnya yang ia bisa tak menghiraukan panggilan dan teriakan Isabella.

Baru saja Bastian merebahkan tubuhnya setelah hari ini memyeselaikan sidang akhir di kampusnya.

Bastian bertekad menyelesaikan kuliahnya tahun ini di fakultas tehnik pertambangan di Institut teknologi Bandung. Universitas yang sudah di uncat dari dulu.

Bastian langsung duduk setelah mendengar kabar dari Alya dan menceritakan kejadian yang sebenarnya.

Bastian langsung menyambar jacketnya memasukan barang-barang nya kedalam rangsel.

Malam itu juga Bastian kembali ke Jakarta.

Sepanjang perjalanan bastian teris berkomunikasi dengan pengawal nya yang mengabarkan kalau Mayangsari pergi dari castil.

Hanya butih waktu 3 jam bastian sudah sampai di castil Maxwell sebutan untuk kediaman keluarga Maxwell.

Sejak orang tuanya kembali ke Jerman, bastian dan adik-adiknya tinggal di Castil Maxwell.

Hanya Gubi adiknya yang tinggal di Apartemen,Gubi yanh selalu ingin bebas. Tapi tetap menghormati Bastian.

" Alya....alyaaaaa..." Bastian berteriak memanggil Alya.

" Non Alya dikamar Eyang putri nya Den..." Ujar salah seorang ART berseragam yang berlari menghampiri Bastian saat mendengar suaranya.

" Makasih bu..." Jawab Bastian tersenyum sopan pada ART ,langsung berlari menaiki tangga menuju lantai dua dan mengetuk kamar Eyang Yuni, eyangnya Alya.

" Eyang... Ini aku ..." Ucap Bastian.

" Masuk Bang....!" Terdengar suara eyang Yuni.

Dilihatnya Alya yang tertidur pulas sambil memeluk guling.

Bastian lalu duduk disamping Alya dan mengusap kepalanya.

" Alya ga ada yang luka eyang..?" Tanya Bastian dengan khawatir.

" Alhamdulillah ga ada Bang, hanya baju nya robek,terus pusing katanya. Mungkin karena dibius..."Jawab Bu Yuni.

" Abang sudah makan?" Tanya eyang Yuni.

" Sudah Eyang,aku juga tidur disini ya eyang..." Ujar bastian lalu membuka jacketnya dan melalui conecting door masuk kekamar Alya yang tepat disamping kamar Eyang Yuni.

Bastian menyimpan tasnya dikamar Alya dan mengganti celana jeans-nya dengan celana training berwarna biru tua dengan kaos oblong bergaris berwarna putih biru.

Bastian lalu masuk kedalam kamar Eyang Yuni dan tidur di sofa yang berada tepat disamping ranjang Eyang yuni.

Eyang Yuni sudah tidak aneh melihat Bastian yang selalu ingin berdekatan dengan Alya, dari kecil Bastian memang sangat posesif pada Alya.

" Morning cantik..." Bisik Bastian.

" Bangun sayang ... sholat subuh dulu...!"Bastian membangunkan Alya yang berat membuka matanya.

Bu yuni tersenyum di atas sajadahnya.

" Alyaaaaa.... Bangun sayang... Sholat subuh dulu..." Ujar Bu Yuni membangunkan cucunya.

Alya mengeliat.

" Bang..? Kapan datang..? Kok aku ga tahu..?" Tanya Alya.

" Tadi malam,kamu sudah ngorok pas aku datang. Yuk bangun sholat dulu...!' ajak Bastian lalu membantu Alya bangun.

****

Putra yang berdiri disamping manager floor mengawasi aktivitas bar dan karaokenya malam itu.

" Lumayan ramai weekend ini?" Ucap Putra.

" Eh bos kapan datang dari Hongkong..?" Sapa Tasya Sekertaris Putra.

" Kamu yang kemana saja? Dari tadi aku disini kamu ga keliatan.?" Putra balik bertanya oada Tasya sekertaris pribadinya yang juga sahabat nya.

" Tadi ada tamu reseh banget di VIP Room, biar diam aku temani dulu Bos,biasaaa... Pejabat berseragam nyari jatah." Jawab Tasya sambil menyikut lengan Putra.

" Alaaaa emang kamu nya aja yang mentel." Jawab Putra.

" Bos ada tiga lamaran yang aku pikir cocok untuk jadi manager branch, lamaran nya aku letakan diatas meja Boss." Ujar Tasya.

Putra mengangguk.

Malam dibar semakin panas dengan musik yang semakin menghentak.

Putra, Tasya dan floor manager duduk disalah satu sudut melihat tamu yang semakin liar bergoyang mengikuti musik.

DJ cantik menyapa Putra dari atas podium yang dibalas putra dengan lambaian tangannya.

" Boss bukanya itu Nona Mayang..?" Tasya menunjuk seorang wanita dengan dress putih sepaha dengan sepatu boat bertali. Wanita itu teelihat mabuk dan melompat lompat dengan tangan keatas.

Putra melihat nya,," suruh orang-orang kita menjaga nya...!" Titah putra pada tasya yang segera berbisik pada floor manager yang segera berjalan ke floor dengan beberapa orang nya.

Para pengawal itu seolah ikut menari menjaga Mayangsari yang semakin dekat semakin terlihat kalau ia melompat sambil menangis dengan air matanya yang terus jatuh.

Mayangsari yang bingung dan takut akhirnya memutuskan masuk kedalam Bar milik Putra. Yang tidak jauh dari apartemen Isabella di daerah Kemayoran.

Pikiran nya saat itu hanya karindari ibu dan ayahnya yang terus saja memaksanya untuk mendekati Bastian.

Putra mengambil ponselnya lalu memgambil foto mayangsari dan mengirim nya pafa Bastian.

" Bro, jagain dia. Tadi dia baru bikin ulah disini. Hampir saja Alya diperkosa." Mata Putra melotot membaca pesan dari Bastian.

Mayangsari mendekati bar, lalu memesan minuman sambil menyerahkan dua lembar uang seratus ribuan.

Dan saat segelas minuman beralkohol diletakan didepan nya, Mayangsari langsung menegaknya habis.

Dan meminta satu gelas lagi dan kembali mengeluarkan dua lembar uang seratus ribuan dari tas kecilnya.

Putra terus mengawasi Mayangsari.

Ada rasa iba pada Mayangsari, yang menjadi sangat nerubah setelah ia dinodai oleh Eyang Ghofar dimalam pesta ulang tahunnya beberapa tahun lalu.

Sejak itu Mayangsari menjadi banyak drama dan muslihat.

Bahkan saat semua orang mengikuti pelatihan kematangan jiwa di Zhuhai, Mayangsari kabur tidak mau mengikuti pelatihan.

Putra yang bermaksud mendekati Mayangsari tertahan oleh tarikan tangan seseorang.

" Sayang, kapan kamu datang..? Kok ga ngabarin aku..?" Seorang gadis muda, seorang model dan artis sinetron yang sedang naik daun mengalunhkan tanganya dileher Putra, bahkan tanoa ragu wanuta itu melumat bibir putra,Tasya langsung melengos dan berjalan menjauh dari pemandangan yang membuatnya panas dingin.

Mayangsari berjalan ke toilet dan menubruk seorang pria yang baru keluar dari toilet.

" UPS.... Sorry..." Ucap Mayangsari yang langsung masuk kedalam toilet wanita. Sementara pria itu menatap nya dan menunggu Mayangsari dilorong toilet.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel