Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Part 4. Bercinta nya Abang Dan Adik

Dari dalam ruangan apartemen, malan itu terdengar keributan dan teriakan.

Sekuat tenaga Tiara menendang mendorong bahkan memukul mencakar tubuh Gubi. Tiara mencoba melepaskan diri. Mendorong dada bidang Gubi Hansen CEO muda yang tampan dengan tangan mungilnya, meskipun usahanya berakhir sia-sia. Pria itu terlalu kuat baginya. Gubi semakin erat merapatkan tubuhnya. Gubi pun mulai menyapu leher Tiara dengan kecupan-kecupan ganas. Sang CEO Muda  yang biasanya bersikap kaku, berubah drastis karena gairah yang membara. "S-saya bisa membantu bapak tapi ... tidak sampai seperti ini," lirih Tiara sambil meronta-ronta. Gubi tak menggubris ucapannya dan mulai menanggalkan kemeja. Kesempatan Tiara untuk pergi menjauh. Tiara berlari ke arah pintu setelah berhasil menyambar ponselnya yang terjatuh. Tapi, Tiara kalah cepat. Gubi dapat dengan mudah menangkap Tiara lagi. Kali ini, Gubi menyeret tangan Tiara dengan kasar. Kemudian, melemparkan Tiara ke ranjang.

Tiara terus berusaha melawan, berusaha sekuat tenaganya. "Paaaaaak! Wooooy!" Teriak Tiara. Gubi membungkam Tiara dengan bibirnya. Tiara spontan menampar wajah Gubi. Tak terima oleh tindakan atasannya itu. "Cukup, Pak! Bapak sudah sangat keterlaluan! Ini sudah pelecehan pak..! Hentikaaaaannn...!" Tiara berteriak sekuat tenaganya. Perbuatan dan ucapan Tiara justru membuat Gubi murka. Dalam sekejap saja, Gubi telah berada di atas tubuh Tiara. Menguncinya rapat-rapat. Tiara pun tak dapat lagi mengelak. Butiran air bening mulai mengalir deras melalui ekor matanya. Tubuh Tiara serasa hancur luluh lantak. Rasa sakit yang mendera tubuhnya tak sebanding dengan rasa nyeri di hati. Hilang sudah kesucian yang selama ini Tiara lindungi.

Dan sejak malam itu Tiara menghilang begitu saja,tanpa kabar, hanya surat pengunduran diri yang ia titip ke security kantor untuk disampaikan pada Bertha sahabatnya yang juga sekertaris pengawal pribadi Gubi Hansen.

Gubi  merebahkan dirinya yang masih berbalut kemeja biru muda di atas sofa empuk di ruang kantornya. Dia renggangkan dasinya sambil meneguk whiskey cola kesukaannya Putra Penguasa The Hansen perusahaan keuangan terbesar setelah The Maxwell serta penguasa beberapa gedung di kawasan elit Jakarta ini tidak pernah lelah bekerja siang malam, hidup Gubi hanya terfokus dengan uang, minuman keras, dan perempuan.

Hampir setiap malam dia habiskan waktunya dengan ketiga hal tersebut. Sangat berbeda dengan Bastian Kakaknya yang selain mengelola Bisnis keluarga nya juga melanjutkan kuliahnya.

Gubi memilih fokus pada Bisnis dan sangat terobsesi untuk menguasai bisnis turun temurun keluarga nya.

"Bertha, mana Tiara...?" Tanya Gubi yang meras kehilangan sekertaris nya.

" Tiara resign pak.."  jawab Bertha sambil meletakkan amplop yang berisi surat pengunduran diri Tiara.

Gubi berpikir keras dan sangat yakin kalau malam itu ia begitu menikmati liang seorang wanita. Yang rasanya tidak bisa ia lupakan.

Apa itu Tiara? Lalu kenapa dia tidak datang untuk menuntut tanggung jawab dariku.? Batin Gubi.

Ahk persetanlah. Gubi melempar amplop putih.

"Bertha, aku yakin malam itu aku tidur dengan Tiara..." Wajah bertha berubah pucat dan panik. Barulah ia mengerti kenapa Tiara langsung resign. Seminggu setelah kejadian malam itu.

" Carikan aku perawan..!" Teriak Gubi

"Perawan tuan...?" Tanya Bertha.

Bertha asisten pribadi dan pengawal yang setia itu pun langsung keluar dari ruangannya dan berpapasan dengan Putra sahabat Gubi Hansen.

" Pak Putra..! Maaf ...! Apa di karaoke bapak ada stock perawan..?" Tanya Bertha yang sudah habis akal dengan bos nya.

" Sudah biar saya yang handle boss..." Jawab Putra lalu masuk ke ruangan Gubi.

" Lagi pengen perawan bro..?" Tanya Putra sambil duduk di sofa.

" Gue ingat terus Tiara, gue yakin gue tidur sama dia. Gue cek CCTV pun jelas dia yang berada dikamar sama gue. Dan darah di sprei itu bukti kalau aku nidurin cewe yang masih disegel." Ujar Gubi sambil menyalakan rokoknya.

"Yuk jalan,lo pilih deh ditempat Gue..." Ujar Putra.

Kira-kira setengah jam kemudian, Gubi dan Putra sudah sampai dikawasan Blok tempat dimana Putra meneruskan Bisnis Hiburan malam yang diwariskan Eyang Ghofar untuknya .

Keduanya langsung masuk dan menuju ruang kerja putra.

Keduanya  menoleh  karena pintu kantornya diketuk seseorang. "Hai..." sapa Gubi dingin kepada seorang wanita yang berpakaian minim di hadapannya. Wanita itu memandang Gubi dengan perasaan sebal bercampur senang. Dia Livia. Wanita yang dikehendaki Gubi yang melihat nya tadi.

Gubi membawa Livia ke ruangan pribadi putra. Didalam ruang kerjanya memang ada ruang pribadi yang biasanya dipakai eyang untuk bermain wanita.

Livia memang tipe perempuan yang tidak menyukai basa basi. Sama halnya dengan Gubi. Dia menyukai perempuan yang langsung menyerahkan dirinya tanpa basa basi. Apalagi perempuan yang mengeluh, Gubi tidak menyukainya sama sekali. Seperti yang dilakukan Livia seminggu lalu, dia langsung menundukkan tubuhnya dan melakukan aksi yang menjadi tujuan pertemuan kedua insan itu. "Kamu belum on..." rutuk Livia sambil melanjutkan aksi yang diharapkan Gubi. "Make it on..." balas Gubi,pria yang umurnya baru 21 tahun ini entah kenapa sangat doyan wanita, hampir setiap malam dihabiskan dengan wanita panggilan nya. Livia yang tertantang, melaksanakan titah Gubi. Dia melakukan gerakan maut yang mestinya menimbulkan hasrat Gubi. Entah kenapa malam ini Gubi tidak begitu bergairah. Padahal sebelumnya hasratnya lumayan menggebu ketika menghubungi salah satu bawahannya agar menghadirkan seorang perempuan melayaninya malam ini. Beberapa menit kemudian, barulah Gubi menggeram. Miliknya sudah bereaksi maksimal. Gubi mulai mendesis, merespon aksi Livia.

Tak tahan ingin menuntaskan hasratnya pada Livia, Gubi menarik tubuhnya agak kasar. Dengan cepat dia memposisikan Livia agar rebah di atas sofa empuknya..

"Aaaakh. ..." jerit Livia saat merasakan gerigi pelindung yang dipakai Gubi. Reaksi Livia membuat Gubi semakin bergairah. Dia bergerak semakin cepat dan menekan lebih dalam. Gubi memelankan gerakannya sejenak, ingin mengumpulkan kekuatan agar bisa bertahan sedikit lebih lama. Tak lama kemudian barulah dia percepat gerakannya. "Oooh," lenguhnya diiringi reaksi nikmat dan tertahan dari Livia. Gubi melemparkan beberapa lembar uang merah ke arah Livia. Dan meninggalkan wanita itu begitu saja.

Gubi selalu ingin menjadi yang terbaik,dia akan marah kalau dikalahkan oleh Bastian atau Farel adiknya.

Gubi selalu menjadi yang terbaik.

Gubi benar-benar seperti fotocopy dari Gustav Ayahnya.

Wajah dan kelakuanya benar-benar Gustav muda sepertia menjelma dalam diri Gubi.

Dan saat turun dari ruangan Putra, Gubi yang baru keluar dari toilet bertubrukan dengan wanita mabuk.

Entah setan dari mana datangnya, dua manusia mabuk itu saling mendorong dan masuk kedalam toilet wanita.

Desahan demi desahan bersahutan terdengar dari dalam toilet.

Wanita mabuk itu hanya bisa mengerang nikmat saat tubuhnya menjadi sasaran ciuman liar Gubi Hansen,Keduanya yang sama-sama terlihat mabuk.

Gubi lalu bawa wanita mabuk itu kedalam room karaoke, dan melanjutkan aktivitas nikmatnya disana. Seolah tak terpuaskan oleh wanita panggilannya tadi.

Kali ini Gubi benar-benar menikmati nya... Wanita muda dalam Kungkungan nya pun terlihat sangat menikmatinya.

Akhirnya mereka berpelukan diatas sofa dan tertidur leleap tanpa pakaian yang menutupi tubuh polos mereka.

Beberapa jam kemudian, Tasya berlari menemui Putra yang baru saja akan menyelesaikan syahwatnya dengan Claudia yang masih bergelayut manja di lengannya.

" Boss, bisa ikut saya sebentar...? Penting..!!!" Ujar Tasya yang hamoir saja menarik tangan Putra.

Lalu Pitra meminta Claudia menunggu dilobby. Dan Putra pun  mengikuti Tasya yang berjalan cepat ke area VIP room.

" Kenapa lagi...? Ada kawanku mabuk ga mau bayar...?" Tanya Putra,karena biasanya di jama tutup bar, masalah tiba-tiba muncul. Yang tersering adalah tamu tidak mau keluar Room karena mabuk.

" Bukan Boss..tadi kita sweaping ruangan seperti biasanya, daaaaannnn...." Tasua membuka pintu VIP room.

Mata Putra terbelalak melihat pemandang diatas sofa.

" Tuhaaaaannnnn..." Putra mengusap wajahnya.

" Siapa saja yang melihat ini...?" Tanya Putra pada Tasya.

"Dua orang security,room manager,room kapten... Bos.." jawab Tasya.

" Ga ada yang ambil Foto kan...?" Tanya Putra..

" Aman boss..." Jawab Tasya.

" Kamu pastikan mereka tutup mulut..!" Ujar Putra lalu menyuruh Tasya mengamankan area VIP Room floor.

Lalu Putra dengan sengaja mengetuk pintu dengan keras membuat kedua orang yang sedang berpelukan dengan pusaka berotot yang masih tegak dan menancap demgan remasan didalam liang hangat wanita dalam pelukannya.

Dan kedua bola mata muda mudi itu melotot..

" Abang...?" " Adik...?"

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel