Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

3 // Biarkan Aku yang Melakukan.

Selayaknya tahanan.

Bai Anhe dibawa ke istana dengan diapit selusin Prajurit bersenjata.

Drap! Drap! Drap!

Derap lantang langkah para Prajurit sukses menarik perhatian beberapa Pelayan. Di tengah kesibukan, mereka menyempatkan diri menoleh ke sumber suara lalu secara naluriah saling lempar pandang.

Setiap wajah mencetak kata demi kata, tetapi tak berani bersuara walau sekedar helaan nafas.

"Nyonya."

Di saat yang sama, Pelayan kurus melangkah terburu-buru menuju wanita bergaun merah muda yang sibuk menulis.

"Ada apa?" Terlalu lemah dan malas tanggapan wanita bergaun merah muda tersebut.

"Ratu Bai dikeluarkan dari penjara bawah tanah, sekarang dalam perjalanan menuju kamar pribadi Kaisar," lapornya sedikit terengah-engah.

Kuas kecil pada genggaman wanita bergaun merah muda itu lekas diletakkan pada tempatnya, sedang dia sendiri menoleh menukikkan alis.

"Ratu Bai?"

Tiga bulan sudah dia_Nalan Haishi dan Bai Anhe dipilih Kaisar Lin Yi sebagai pendamping. Akan tetapi, dua perempuan itu tak pernah saling bersua sekalipun.

Jarak tempat tinggal mereka tidak berjauhan tapi benteng besar seolah terbentang tinggi di antaranya.

"Ratu Bai Anhe," sambung si Pelayan, "tidakkah Nyonya ingat?"

Mustahil lupa!

"Tentu masih ingat tapi… soal wajahnya tidak begitu kukenali. Aku hanya pernah melihatnya sekilas, bak sekelebat cahaya."

Pelayannya lekas menyeret kursi. Dia berbicara selayaknya mendongeng. "Kecantikan Ratu Bai jangan ditanya lagi… penampilannya pun selalu anggun dan luwes namun siapa sangka… Nenek Permaisuri tak pernah menyukai Ratu Bai."

"Sama seperti aku," pelan Nalan Haishi.

Pelayannya mengangguk. "Ratu Bai dan Nyonya sama-sama dicurigai sebagai mata-mata Yue Liang namun tuduhan itu jauh lebih besar mengarah Ratu Bai."

Nalan Haishi bertanya, "Kenapa?"

"Identitas Ratu Bai terlalu sedikit, lebih-lebih hanya dari keluarga kecil. Berbeda dengan Nyonya. Meski Nyonya dicurigai tapi beberapa orang dapat bersaksi kebenaran identitas Nyonya," terang Pelayannya.

Nalan Haishi menjadi sangat penasaran. Sekali lagi dia bertanya, "Identitas Ratu Bai ini… apa tidak ada saksi yang membenarkan?"

Pelayannya balas mengedikkan bahu. Lantas, Nalan Haishi membuang nafas pelan.

Di lain sisi.

Setelah Bai Anhe memeriksa nadi Kaisar Lin Yi, ekspresinya berubah panik.

"Bagaimana?" Karena Bai Anhe panik, Kasim sepuh juga ikut panik. 

"Penawar racun ini sangat sulit didapat, meski Yang Mulia Agung sudah mengkonsumsi penekan racun tapi sekarang racun berjalan menuju jantung, dua atau satu hari lagi nyawanya terancam. Bagaimana bisa kalian tidak melakukan tindakan pengeluaran racun secara paksa?" Wajah Bai Anhe begitu serius.

Kasim sepuh menelan ludah menahan nafas. "Sekarang harus seperti apa?"

"Tidak ada pilihan, racun dalam tubuh Yang Mulia Agung harus dikeluarkan secara paksa," jawab Bai Anhe meyakinkan, "hanya saja, karena racun ini sudah menyebar ke beberapa titik, resikonya lumayan besar. Aku… aku tak yakin Tabib Kekaisaran mampu melakukan teknik ini."

Setiap ucapan wanita itu bagai memompa jantung Kasim sepuh dengan cepat!

Kasim sepuh seolah-olah tak dibiarkan memiliki pilihan apapun. "Ratu memberi saran sekaligus membuat otak hamba buntu."

"Biarkan aku yang melakukanya."

Nyawa Kaisar sangat berharga!

Kasim sepuh tentu tanpa ragu menyetujui. "Lakukan! Selamatkan Yang Mulia Agung!"

Bai Anhe mengangguk. "Siapkan baskom kosong, baskom air, kain bersih."

"Pelayan!"

Seluruh persediaan dibawa dalam sekejap. Selanjutnya, selain Bai Anhe dan Kaisar Lin Yi sendiri, tak seorang pun diperbolehkan masuk.

Kasim sepuh menunggu di luar. Karena tak pernah jauh meski hanya selangkah, pria tua itu terlihat sangat khawatir.

Sementara di dalam kamar…

Bai Anhe mendudukkan Kaisar Lin Yi. Pria itu sekaligus dibuat telanjang dada.

Dan tak kurang dari satu shichen atau setara dua jam, mendadak terdengar suara benda jatuh.

Debug!

Kasim sepuh spontan balik badan. Dia semakin tak sabar membuka pintu.

Ukhuk!

Begitu terdengar suara batuk, kesabaran Kasim sepuh tak bisa terbendung lagi. Pria tua itu dengan segera membuka pintunya lalu…

"Yang Mulia!"

Jika sebelumnya yang tergeletak Kaisar Lin Yi tapi sekarang terbalik!

"Yang Mulia sudah siuman!" Melihat wajah Kaisar Lin Yi tak lagi sepucat sebelumnya, perasaan Kasim sepuh begitu senang.

Namun, tidak dengan Kaisar Lin Yi sendiri!

"Ratu Bai!" Pria itu merengkuh tubuh Bai Anhe, dan serta merta menatap tajam Kasim sepuh. "Apa yang kamu tunggu! Cepat panggil tabib!"

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel