Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab. 06

KLEK!

Pintu ruangan meeting di buka oleh Sekretaris Eriska, dan semua mata kini tertuju pada Sekretaris Eriska.

“Maafkan saya, saya sedikit terlambat!” dengan santai Eriska duduk di sebelah bos besarnya.

“Tidak apa-apa Sekretaris Er, lebih baik terlambat tapi kau datang, dari pada tidak datang sama sekali!” ucap Andre merupakan klien perusahaan Mario Dewantara.

“Maafkan atas kebodohan Sekretarisku ini, semoga kalian tidak kecewa!” Mario mencibir Eriska.

Namun, sayangnya segera di ralat oleh Andre. “Tidak Pak Mario, Sekretaris Anda sama sekali tidak bodoh, saya suka dengan kinerjanya yang baik selama ini. Berkat bantuan dia tim kita sukses besar bukan?” puji Andre sambil menatap Eriska.

“Ahahaha! Pak Andre ini sangat berlebihan, saya bekerja sesuai arahan Pak Mario, beliaulah yang sangat hebat!” puji Eriska terhadap bos besarnya.

Namun, rupanya pujian Eriska tidak berefek sedikitpun terhadap Mario. CEO sombong itu malah semakin menjatuhkan mental Eriska.

“Pak Andre dengar sendiri kan, kalau Sekretaris saya ini memang sangat bodoh, jika tidak ada pengarahan dari saya!” ujar Mario berusaha menjatuhkan Eriska.

Eriska diam sejenak, ia berusaha menahan emosinya. Lantaran ia tidak mau kalau mempermalukan dirinya sendiri.

‘Sabar Eriska, sabar,' ucap Eriska dalam hati sambil mengelus dadanya.

Kemudian Eriska angkat bicara. “Kita di ruangan ini untuk meeting kan? Bukan untuk saling menyindir? Ayo Tuan-tuan silakan di buka draf kerja masing-masing!” perintah Eriska mengambil alih jalannya meeting, lantaran kesal terhadap Mario, bos besarnya.

Mario menatap tajam pada Eriska, ia tidak suka karena Eriska terlalu ikut campur dengan ranah kepemimpinannya.

“Sekretaris Er!” sentak Mario. “Seharusnya Anda tahu di mana posisi Anda di perusahaan ini!” seru Mario menatap tajam pada sekretarisnya.

“Maaf Pak Mario, saya di sini sama sekali tidak melanggar batas-batasan saya dalam pekerjaan. Saya yang seharusnya mempertanyakan pada Anda, kenapa Anda selalu membawa-bawa ranah privasi ke dalam pekerjaan, kalau Anda bermasalah dengan saya, itu sebaiknya Anda bahas di luar pekerjaan, bukan di sini!” murka Eriska meluapkan emosi.

Mario bangkit lantaran tidak terima telah di bentak oleh sekretarisnya.

“Anda sadar dengan siapa Anda berbicara Sekretaris Er! Dan seharusnya Anda tidak membuat kegaduhan di dalam ruangan ini!” tanggap Mario menatap tajam.

Eriska tidak tahan lagi, sekuat apa pun dia menahan diri tapi Mario terus menguji kesabarannya. “Baik kalau Anda tidak bisa menghargai saya, saya akan keluar dari ruangan ini!” ucap Eriska terbata-bata, tatapannya nanar pada setiap orang di dalam ruangan itu, bibirnya bergetar hebat, Eriska seperti kehilangan muka di hadapan banyak orang akibat ulah Mario.

“Cepatlah keluar! Lagi pula Anda tidak di butuh kan di sini!” seru Mario bersikukuh.

Andre hanya menatap kedua rekan kerjanya itu ia heran dengan sikap Mario yang semena-mena terhadap Eriska, padahal kinerja Eriska selama ini cukup baik untuk Sekretaris seusianya.

‘Ada masalah apa sebenarnya dengan mereka?’ gumam Andre bertanya-tanya dalam hati.

Setelah Eriska keluar dari ruangan meeting, Mario mengambil alih jalannya rapat itu.

Sementara Eriska menangis di dalam ruangannya, ia merasa kehilangan mukanya di sana, bahkan harga dirinya pun terasa di kuliti.

“Mario, aku akan buktikan bahwa aku adalah satu-satunya Sekretaris terbaik di perusahaan ini, kau akan menyesal telah meremehkan kinerjaku!” umpat Eriska, menangis di dalam ruangan.

Buliran air mata berjatuhan, terngiang-ngiang hinaan demi hinaan terhadapnya. Eriska dikatai bodoh dan tidak kompeten oleh bos besarnya itu.

Namun Eriska tetap mencintainya, dia sudah terlanjur memberikan hatinya terhadap CEO yang bernama Mario Dewantara itu.

Eriska melihat arloji di tangan waktu menunjukkan jam 12 siang, menandakan jam makan siang telah tiba.

TOK-TOK-TOK!

Eriska beralih pada seseorang yang mengetuk pintu.

“Gwen,” ucap Eriska sambil menyeka air matanya.

Gwen merasa kasihan terhadap sahabatnya itu, Gwen langsung menghampiri Eriska.

“Kamu kenapa Er? Kamu bertengkar lagi?” tanya Gwen terhadap Eriska.

“Enggak, aku tidak kenapa-kenapa Gwen!” dusta Eriska, kali ini Eriska tidak ingin temannya itu terlibat dengan masalahnya bersama Mario.

“Ayo kita makan siang Gwen!” Eriska bangkit dari tempat duduknya, mengajak Gwen ke kantin.

“Ayo!” ucap Gwen tidak bertanya soal tangisan Eriska.

Eriska berjalan lebih dulu dari Gwen, tampak terlihat sekali Eriska berusaha menyembunyikan masalahnya.

Namun Gwen merasa sangat kasihan dengan Eriska.

‘Kenapa dengan Eriska, apa dia sedang ada masalah?’ tanyanya dalam hati, tapi dia tidak mau menanyakan pada temannya, karena Gwen menghargai privasi sahabatnya itu.

“Er tunggu, kamu jalannya cepat banget sih?” Gwen berjalan cepat menghampiri Eriska.

Kini mereka telah sampai di kantin, terlihat di sana juga ada Mario sedang menikmati makan siang, namun Eriska bersikap biasa saja dia sudah lelah terus mengejar Mario yang sama sekali tidak menganggapnya.

Gwen sadar ada perubahan dari sikap Eriska pada Mario. Sehingga Gwen bergumam. ‘Tumben Eriska tidak menggoda Pak Mario, apa Eriska benar-benar menyerah?’ gumam Gwen.

“Mbak saya pesan makanan biasa ya!” seru Eriska terhadap pelayan kantin.

“Siap Mbak!”

Eriska pun tidak ingin menoleh sama sekali pada Mario, padahal mereka bersebelahan hanya berbeda tempat duduk saja.

‘Kita lihat Mario, siapa yang akan menyerah kali ini,' batin Eriska yang ternyata memiliki rencana lain soal pendekatannya pada Mario.

Mario terlihat biasa saja, ia sangat santai menikmati makanannya tanpa gangguan dari Eriska.

‘Baguslah akhirnya gadis itu menyerah juga,' gumam Mario tersenyum. Ia mengira dirinya sudah terbebas dari gangguan Eriska.

Seperti biasanya Gwen meletakkan tangan di atas kening Eriska, jika sedikit saja Eriska bertingkah aneh baginya.

“Kamu enggak sakit kan?” tanya Gwen meletakkan tangannya di kening Eriska.

“Kau ini apa-apaan sih! Aku sehat dan baik-baik saja!” ujar Eriska menepis tangan sahabatnya.

“Jangan aneh-aneh deh, Gwen!” ketus Eriska tidak suka dengan tindakan Gwen.

“Iya-iya maaf, lagian kamu tidak biasanya bersikap aneh seperti ini, itu di sana ada Pak Mario, tumben kamu tidak mengganggunya,” bisik Gwen di telinga Eriska.

“Sudah bosan! Dia bukan seleraku lagi, aku sudah menemukan Pria jantan dan tampaknya dia normal!” seru Eriska mengencangkan suaranya, agar terdengar ke telinga Mario.

Mario mendengar ucapan Eriska, dia kesal lantaran Eriska berkata telah menemukan pria jantan dan normal. ‘Sial! Siapa Pria jantan yang di maksudnya?’ gumam Mario penasaran. ‘Aku juga normal, kau pikir aku tidak normal,' gumam Mario lagi.

Kemudian Gwen kembali bertanya pada Eriska. “Siapa Pria yang kau maksud Er, Willy?” tanya Gwen penasaran.

Eriska malah tertawa terbahak-bahak, lantaran Gwen mengira dia naksir sama Willy. “Dasar kau ini Gwen ... memangnya di dunia ini tidak ada apa, Pria selain Willy!”

“Lantas siapa Pria yang kau maksud Er?”

“Ah sudahlah, nanti juga kau bakal tahu!” jawab Eriska sengaja memanas-manasi Mario.

PRAK!

Mario meletakan sendok dan piringnya kasar, sehingga membuat Eriska dan Gwen terlonjak kaget.

Mario pergi begitu saja lantaran kesal.

Eriska hanya menatap Mario dengan senyuman. ‘Aku yakin rencanaku kali ini bakal berhasil!’ senyum Eriska penuh kemenangan.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel