Bab. 07
“Adalah Gwen, Pria itu jantan dan normal,” Eriska sedikit mengencangkan Volume suaranya agar terdengar oleh Mario.
“Dia Direktur juga?” tanya Gwen memastikan.
“Ya, dia Seorang Direktur muda barusan aku bertemu dengannya di Ruang meeting duh ... Orangnya ganteng Gwen!” Eriska semakin mengencangkan suaranya.
Ketika Mario sudah berdiri di ambang pintu, namun masih bisa mendengar suara Eriska.
‘HUH! Kau pikir aku akan cemburu padamu,' gumam Mario tersenyum sinis.
Kemudian melangkahkan kakinya pergi menuju ruang kerjanya.
Eriska tertawa lepas bersama Gwen, ia bertanya pada Gwen bagaimana reaksi Mario saat Eriska berbicara tentang Direktur muda yang sama sekali tidak ada di benaknya, padahal itu hanya akal-akalan Eriska saja.
“Bagaimana reaksi Mario tadi Gwen, apa dia terlihat cemberut?” Eriska memastikan dengan antusias.
“Aku tidak terlalu memperhatikannya Er, menatapnya saja aku tidak berani!” jawab Gwen mengenai pertanyaan Eriska.
“HUH! Dasar kamu, kenapa enggak di lihatin sih, tapi tenang Gwen ... aku yakin Mario akan cemburu kali ini,” ujar Eriska penuh percaya diri.
Gwen hanya bisa tersenyum menanggapi sahabatnya yang konyol itu. “Serah kamu aja Er, aku ikut bahagianya saja. Semoga kamu memang benar-benar berjodoh dengan Pak Mario,” ucap Gwen.
“Tentu saja kau harus ikut bahagia Gwen ... masa iya kamu hanya ikut sedihnya saja!” ucap Eriska tersenyum.
“Sudah-sudah jangan banyak bicara, lebih baik kita makan!” ucap Gwen mengajak Eriska untuk melanjutkan makan siangnya.
Gwen dengan Eriska terlihat sangat menikmati makanannya siang itu, di kantin yang telah di sediakan perusahaan.
Setelah selesai makan Eriska dan Gwen segera melanjutkan pekerjaannya, tidak sengaja mereka bertemu dengan Willy asisten pribadi Mario Dewantara.
“Siang Sekretaris Er!” sapa Willy. Eriska pun membalas sapaan Willy.
“Siang juga Wil,” ucap Eriska, sedetik kemudian Eriska menghentikan langkah Willy. “Oh ya Will, tunggu!” Eriska menahan Willy.
“Ya! Kenapa Anda memanggil saya Sekretaris Er, apakah ada perlu yang ingin Anda sampaikan?”
Willy bertanya pada Eriska memastikannya ada hal yang ingin di sampaikan padanya. Kemudian Eriska mengatakan maksud dan tujuannya.
“Saya ingin mengajak kamu bekerja sama, kamu mau kan membantu saya?” ucap Eriska.
Sementara Gwen masih menyimak percakapan mereka berdua. “Er, kamu jangan aneh-aneh,” bisik Gwen akhirnya bicara untuk memperingatkan temannya.
“Tenang saja ini tidak aneh-aneh Gwen ... aku hanya akan mengajak Willy bekerja sama denganku, supaya aku bisa leluasa mendekati Mario,” ucap Eriska pelan, tak terdengar oleh Willy.
“EKHEM!” Willy berdeham memastikan apa tujuan Eriska menghentikannya.
“Maaf Sekretaris Er, apa yang ingin Anda sampaikan ya?” tanya Willy memastikan.
“Oke baiklah! Begini Will, kamu tahu kan CEO kita itu___” tiba-tiba saja Eriska menghentikan ucapannya, lantaran Eriska tidak mau jika Gwen mendengar percakapannya, dan Gwen mengerti dengan maksud Eriska, sebagai teman yang baik Gwen pergi.
“Oh iya Er, aku duluan ya! Aku masih banyak kerjaan,” ijin Gwen pada Eriska.
“Oh iya tentu saja silahkan Gwen ...” ucap Eriska tersenyum.
Kemudian Gwen pergi menuju ruangannya, karena hal yang akan di bahas oleh Willy dengan Eriska sangat privasi bagi temannya itu.
“Oh ya Sekretaris Er, ada apa?” ucap Willy mengalihkan perhatian Eriska.
“Oh iya, begini Will, kamu tahu kan kalau Mario itu menyimpang, maksud aku ingin menyembuhkan Mario, kamu bersedia kan membantuku?” bujuk Eriska, agar Willy mau mendukungnya.
Willy bergidik ngeri ketika membayangkan hal yang pernah dia alami di ruangan pada saat itu dengan Mario, bos besarnya.
‘Jangan-jangan Pak Mario memang benar-benar memiliki kelainan?’ gumam Willy bertanya pada hatinya.
“Will-Willy ...” Eriska melambaikan tangan di depan muka Willy. “Willy, kamu mau kan membantuku?” tanyanya lagi.
Willy kembali menetralkan pikirannya, kemudian membalas ucapan Eriska. “Iya Sekretaris Er, bagaimana cara saya membantu Anda?”
“Kamu cukup beritahu saya apa yang di sukai oleh Mario, dan makanan yang jadi favoritnya!” ujar Eriska terhadap Willy.
“Baiklah kalau begitu saya akan tuliskan jurnal tentang apa saja yang di sukai Pak Mario dan apa yang tidak di sukainya,” ucap Willy menanggapi Eriska.
“Terima kasih Will, kalau aku berhasil mendapatkan Mario, tenang saja aku akan membantumu dalam mendapatkan Gwen!” ujar Eriska tersenyum.
Willy tidak menyangka jika Sekretaris Eriska bisa tahu perasaannya terhadap Gwen, padahal iya menyimpan rapat perasaannya terhadap Gwen.
“Yang benar saja Anda ini, siapa bilang saya suka pada Gwen ... kata siapa?” Willy menyipitkan matanya, lantaran malu, diam-diam suka terhadap HRD perusahaan Mario.
“Ah sudahlah tidak penting saya tahu dari mana, yang jelas saya akan membantu kamu jika kamu bersedia membantuku mendekati Mario,” ujar Eriska. “Sudah ya, saya akan kembali ke ruangan saya,” ujar Eriska kemudian pergi menuju ruangannya.
“Oh iya silahkan Sekretaris Er!” seloroh Willy mempersilahkan Eriska pergi menuju ruangannya.
Willy juga pergi menuju ruangannya dengan segera. Sementara Mario kini di ruangannya otaknya mulai di penuhi oleh Eriska dan Eriska.
Mario menatap layar laptop, ia sangat sibuk dengan pekerjaannya, akan tetapi dia tidak bisa berpikir jernih lantaran akhir-akhir ini Eriska mulai mengganggu pikirannya.
“ARGGGHHH!” kesal Mario, lantas ia terus memikirkan sekretaris bodohnya.
“Kenapa Perempuan itu masuk ke dalam otakku? Atau jangan-jangan dia mulai mendominasi hatiku,” gumam Mario. Kemudian Mario segera menyangkal ucapannya. “Tidak, ini tidak boleh di biarkan,” ucapnya lagi.
Perlahan Mario bangkit dari tempat duduknya, jalan mondar-mandir memikirkan tentang perkataan Eriska bahwa dia sedang dekat dengan Direktur muda.
“AKH sial! Siapa yang di maksud Eriska Pria jantan dan normal itu?” ucap Mario bertanya pada dirinya sendiri. Tanpa sadar dia semakin penasaran tentang Eriska.
Sedetik kemudian Mario merutuki dirinya sendiri, lantaran otaknya telah berani memikirkan tentang Eriska.
“Bodoh-bodoh-bodoh! Kenapa kamu memikirkannya Mario, kalau dia tahu pasti semakin besar kepala,” rutuknya terhadap dirinya sendiri.
“Tapi siapa Direktur muda yang Eriska maksud? Apa Orang itu, Andre?” tanya Mario. “Ah rasanya tidak mungkin!” sangkarnya kemudian.
Kemudian Mario duduk kembali berusaha fokus pada pekerjaannya. Namun di otaknya masih terngiang-ngiang ucapan Eriska di kantin.
“Aku bisa gila kalau terus seperti ini!” ujar Mario mengusap wajahnya kasar.
TOK-TOK-TOK!
Mario teralihkan oleh seseorang yang mengetuk ruangannya.
“Aish ... siapa lagi yang datang?” gerutunya memasang wajah datar, lalu meneriaki seseorang yang mengetuk pintu ruangannya. “Masuk pintunya tidak di kunci!” teriak Mario mengencangkan Volume suara.
KLEK!
Pintu di buka oleh Willy, ia berdiri di ambang pintu sambil membawa berkas di tangan.
Mario menoleh dengan tatapan tajam terhadap Willy, sehingga membuat Willy bergidik ngeri terhadap bosnya.
“Masuk! Kenapa kau masih berdiri di ambang pintu!” sentak Mario mendominasi.
Kaki Willy gemetar ketika akan melangkah masuk dalam ruangan yang hawanya dingin, lantaran tatapan Mario saat ini, sama persis dengan tatapan pada saat mereka di pergoki Eriska.
DEGH!