Bab. 04
‘Aku tidak salah lihat kan? Enggak-enggak mungkin Mario itu suka sesama kan?’ gumam Eriska melihat Mario sedang menatap lekat pada Willy.
“Tidaaaaaak!” teriak Eriska mengalihkan perhatian Mario dengan Willy.
DEGH!
Kini Mario menatap tajam pada Eriska, sementara Willy segera keluar dari ruangan bosnya lantaran takut terhadap Mario, lantaran ia pikir Mario itu menyukainya.
“Apa yang kau lihat!” sentak Mario menatap tajam pada Eriska. “Kebetulan kamu di sini, cepat masuk!” perintah Mario meminta Eriska untuk memasuki ruangannya, perintahnya itu tidak ingin di bantah.
“Maafkan saya, saya tidak sengaja melihat___”
“Melihat apa ha! Kau jangan berpikir yang tidak-tidak tentang saya!” sentak Mario tampak terlihat marah terhadap Eriska, sehingga Mario memotong begitu saja ucapan Eriska ia tidak membiarkan Eriska berkata apapun.
Mario sangat kesal pada Eriska, lantaran gara-gara Eriska Mario di cap suka sesama oleh asistennya sendiri. “Atas dasar apa kau menyimpulkan kalau saya tidak menyukai Perempuan? Jawab saya Eriska atas dasar apa?” marah Mario sungguh sangat marah kali ini, kesabarannya telah habis untuk Eriska.
“Saya yakin Anda sudah tahu jawabannya, dan saya tidak perlu menjelaskan atas dasar apa saya berkata demikian!” Eriska menjawab dengan sangat lantang, menatap wajah tampan CEO yang setiap hari membuatnya jatuh cinta itu.
“Tapi tidakkah ada cara lain, selain kau memfitnahku seperti ini!” seru Mario mendominasi Eriska. Mario memijat kepalanya yang terasa pusing, bahkan ia tidak tahu lagi harus menolak Eriska dengan cara apa. “Pergilah dari ruanganku!” usirnya kemudian.
Namun, Sekretaris Er menolak untuk pergi dari ruangan itu. “Saya tidak akan pergi, saya mau Anda menerima cinta saya!”
“Dasar tidak tahu malu! Sudah saya katakan berpuluh-puluh kali, saya tidak akan pernah mencintaimu! Pergilah cari Pria lain yang bisa membalas cintamu!” usir Mario.
Berulang kali Mario menolak cintanya Eriska, akan tetapi Eriska berusaha bertahan dan tetap pada pendiriannya.
“Saya tidak akan pergi, dan jangan pernah kau menyuruh saya mencari Pria lain. Karena saya cintanya Cuma sama kamu Mario, apa yang harus saya lakukan agar kamu percaya kalau saya ini memang benar-benar sayang sama kamu!” lirih Eriska untuk ke sekian kalinya ia menangis karena Mario terus menolaknya.
“Kamu ini memang Perempuan tidak tahu malu ya! Saya sudah punya tunangan dan dia jauh lebih segalanya dari kamu, bahkan seujung kuku pun kau tidak ada Eriska, kau bukan tandingannya!”
Buliran air mata jatuh di tiap-tiap sudut mata Eriska, hatinya berdarah-darah setelah mendengar penuturan Mario yang teramat sangat menyakitkan.
“Cukup! Saya tidak mau lagi mendengarnya! Buktikan pada saya jika kamu memiliki Perempuan, setelah itu saya akan pergi dari hidupmu!” lirih Eriska tidak bisa menerima kenyataan jika Mario sudah memiliki tunangan.
Padahal yang Eriska ketahui dari orang tuanya Mario. CEO bernama Mario Dewantara itu belumlah memiliki kekasih.
Eriska keluar dari ruangan Mario, dengan buliran bening yang tidak berhenti menetes, hatinya merasakan sakit untuk ke sekian kalinya.
BRUGH!
Eriska membanting pintu ruangan CEO tempat perusahaannya bekerja. Ia sangat sakit hati berulang kali di tolak, berusaha bangkit kembali mengejar cinta Mario, akan tetapi terus di tolak, perasaannya tidak pernah di hargai.
Eriska sudah lelah dengan semuanya, ia kembali ke ruangannya mengetik surat Resign di layar laptop.
“Baiklah Mario jika itu keinginanmu, aku akan keluar dari Perusahaan ini, sudah cukup penolakan ini,” gumamnya sendu.
Setelah selesai mengetik surat Resign, ia segera mengemasi peralatan kerja di ruangannya.
Eriska berjalan di koridor kantor membawa kotak di tangan, para bawahannya yang sangat sedih melihat Sekretaris Er yang begitu cekatan dalam semua pekerjaannya, harus menyerahkan kembali jabatannya.
“Sekretaris Er, saya mohon Anda jangan keluar,” ucap salah satu bawahannya yang sangat terbantu semenjak Eriska menjadi sekretaris dari Mario Dewantara.
“Kami harap Anda bisa memikirkan dampaknya Sekretaris Er, kami mohon pikirkan lagi, jangan terburu-buru dalam mengambil keputusan!” timpal yang lainnya.
Eriska tetap akan pergi dia sudah matang dengan keputusannya. Kali ini Eriska benar-benar menyerah dia merasa sudah tidak berguna berada di perusahaan itu.
Sementara Mario tampak tersenyum, lantaran tidak akan ada lagi yang mengganggunya setelah Eriska pergi.
“Baguslah kalau Sekretaris Eriska akan Resign, tidak akan pernah lagi ada yang menggangguku,” gumam Mario menatap dari tirai di balik ruangan.
TRING!!!
Tiba-tiba saja satu pesan masuk ke dalam ponselnya.
Mario semula senang lantaran Eriska akan keluar dari pekerjaannya, sedetik kemudian raut wajah Mario kembali ke habitatnya.
Setelah melihat pesan dari Papa, dan Mamanya.
{Mario cegah Eriska, jangan biarkan dia keluar dari pekerjaannya. Kalau tidak Papa akan menarik kembali jabatan kamu sebagai CEO, Papa akan memberikan jabatan itu pada Kakakmu kalau kamu tidak mencegah Eriska!}
Mario menatap nanar layar ponsel setelah membaca pesan itu, mau tidak mau Mario harus segera membujuk Eriska agar tidak keluar dari perusahaannya.
Sementara Eriska terus berjalan hingga ke Lobby, ia menoleh dan menoleh lagi ke arah belakangnya.
Para karyawan memelas agar Eriska tetap bekerja di perusahaan.
“Selangkah saja kau keluar dari Perusahaan ini, maka kau akan kehilangan kesempatan mendekatiku Eriska!”
Mario bersuara lantang menghentikan langkah Eriska, para karyawannya pun tak percaya bahwa bos besarnya itu menghentikan Sekretaris Er.
Seketika langkah Eriska terhenti, ia memejamkan matanya hatinya berbunga-bunga lantaran Mario menahannya untuk tetap bekerja di perusahaan tersebut.
‘Aku tidak mimpikan? Benarkah Mario membuka hatinya untukku!’ gumam Eriska berbunga-bunga.
Dengan cepat Eriska menoleh, benar saja dugaannya. Bahwa yang menghentikannya adalah pria yang teramat sangat ia cintai.
Mario melangkahkan kakinya, mendekati Eriska. “Aku memberikan kesempatan padamu, kalau dalam waktu tiga bulan aku tidak bisa mencintaimu kau harus pergi jauh dari kehidupanku, DEAL!” Mario mengulurkan tangannya.
Tanpa sadar keputusan bodoh Mario itu, memberikan kesempatan untuk Eriska mendapatkan cintanya.
Eriska tidak mau menyia-nyiakan kesempatannya kali ini, baginya kesempatan sekecil apapun harus dia gunakan, walau kecil kemungkinan untuk berhasil membuat Mario menyukainya.
“DEAL! Aku terima tawaranmu meski mencintaimu bagaikan berjalan di atas pecahan kaca bagiku!” Eriska menjabat tangan Mario.
‘Aku akan membuktikan kalau cintaku ini tidak main-main terhadapmu Mario,' gumam Eriska dalam hatinya.
“Sudah ayo kembali bekerja, aku tidak mau ada kegaduhan lagi di kantor ini!” ujar Mario meminta Eriska kembali ke ruangannya.
“Bolehkah aku meminta satu syarat darimu?” Eriska mengajukan satu syarat untuk Mario.
DEGH!!!
Mario berusaha menetralkan emosinya, lantaran dia tidak mau kehilangan jabatan CEO, gara-gara Eriska keluar dari perusahaan.
‘HUH!’ Mario menghela nafas panjang.
Lalu bergumam dalam hati. ‘Dasar tidak tahu malu, di kasih hati malah minta jantung,' batinnya.
“Sudah katakan saja apa syaratnya?” ucap Mario meminta Eriska menyebutkan syarat yang akan di mintanya.
“Tapi kamu berjanji untuk tidak menolaknya ya!” balas Eriska.
“Iya!” sahut Mario malas.
“Mulai saat ini, biarkan saya keluar masuk ruangan kamu, dan jangan pernah meminta Willy ke ruanganku untuk mengambil berkas, biarkan saya yang mengantar berkas itu sendiri ke ruanganmu!”
Mario terdiam dia mau menolak pun tidak bisa, untuk sekarang Mario masih menimbang-nimbang syarat yang di ajukan Sekretarisnya itu.
“Jawab! Kenapa kau diam?” ucap Eriska dengan tegas dan lantang.