Bab 10 Saling Setuju
Bab 10 Saling Setuju
Perdebatan dalam sebuah masalah tak pernah dapat dihindari. Ketika dua orang berselisih atas sesuatu maka perbedaan pendapat selalu menjadi batu sandungan tersendiri. Tidak ada yang bisa menghindari sebuah perbedaan. Sebab satu orang dan orang lainnya pun memiliki cara pikir tersendiri.
Seperti orang lainnya. Flora dan Troy pun memiliki pemikiran dan pendapat mereka sendiri. Troy dengan sifatnya yang pemaksa dan keras kepala menginginkan Flora menjadikannya sebagai pegawai magang di toko bunga. Sementara Flora yang berpikir bahwa keinginan Troy terlalu membuatnya tidak enak hati. Flora merasa bahwa ia akan sangat merepotkan Troy. Sementara itu, Flora sendiri tidak memiliki hal berharga untuk membalas kebaikan Troy.
Mereka terus berdebat selama beberapa saat di pagi itu. Cukup melelahkan berdebat mengenai hal seperti itu dengan seseorang yang keras kepala seperti Troy. Meskipun ia suka memaksa, lelaki itu sebenarnya baik. Ia penuh perhatian dan sangat suka menolong. Bukan hanya pada Flora tapi pada orang sekitarnya termasuk pada Bibi Mira dan suami. Entah bagaimana harus menghadapi sikap Troy ini. Flora hanya tidak ingin berhutang budi lebih banyak padanya.
“Troy, sepertinya itu tidak perlu. Kamu tentu memiliki kesibukan lain yang memerlukan konsentrasimu. Jika kamu sibuk ditempatku, bisa saja pekerjanmu terbengkalai. Dan bagaimana dengan kedua orang tuamu? Apakah kamu sudah meminta izin mereka?” ujar Flora masih berusaha menghadapi Troy dengan sabar. Ia harus mencari alasan lain untuk menolak lelaki itu. Flora memang sangat bersyukur dibantu olehnya, tapi jika terus merepotkan apakah ini baik?
“Tenang saja Flora. Orang tuaku tidak akan bermasalah dengan ini. Kehidupanku akan baik-baik saja dan pekerjaanku tidak akan terganggu. Setelah dari toko ini, aku akan langsung pergi ke tempat kerja. Aku membawa pakaian dan pekerjaanku di tas yang ada di dalam jok motor. Tidak ada yang perlu kamu khawatirkan. Jadi cukup ikuti saja ideku. Kita bekerjasama membesarkan toko ini dan menambah pemasukanmu,” tegas Troy. Lelaki itu tersenyum meyakinkan dan menatap Flora dengan tulus.
“Sudah siang. Ayo kita mulai bekerja. Aku bantu kamu siapkan bahan untuk membuat pesanan sambil menyiapkan diri untuk mengatar pesanan,” putus Troy yang enggan memperpanjang perdebatan keduanya.
Flora menghela napas. Sudah menyerah dengan segala yang mereka perdebatkan. Sebaiknya ia menerima saja ide Troy. Sambil jalan sambil memikirkan cara lain untuk mengembangkan toko itu tanpa merepotkan orang lain.
“Baiklah. Karena memang sudah siang, kita akhiri saja perdebatan ini. Sungguh membuang waktu,” kata Flora. “Kalau kamu memang ingin membantu, cukup bantu aku mengirimkan pesanan pelanggan. Sisanya biar aku yang urus sendiri.”
Troy mengangguk mendengar ucapan Flora. Cukup setuju dengan pembagian tugas yang Flora berikan. Sebab gadis itu memang lebih tahu apa yang ia butuhkan dan bagaimana cara memaksimalkan tenaga yang ada.
“Aku setuju. Jadi apakah sudah ada yang perlu aku kirimkan pagi ini?” tanya Troy dengan wajah yang terlihat bersemangat.
“Ada. Aku sudah buat beberapa sebab akan digunakan pada pagi hari,” balas Flora. Ia lantas berjalan mendekat ke rak penyimpanan buket yang sudah jadi. Ia periksa sekali lagi kualitasnya sekaligus catatan yang tertera di sana. Sebagai penanda supaya tidak sampai terjadi kekeliruan dalam pengantaran nantinya.
“Ini semua sudah ada catatan beserta alamatnya. Silahkan kamu periksa satu per satu,” ucap gadis itu sambil menunjukan rak bunga yang sudah terisi beberapa bunga siap kirim.
Troy mendekat, Memeriksa bunga-bunga itu lantas mengangguk tanda ia paham dengan semua tulisan yang tertera di sana.
“Baiklah. Ini dikirm hari ini, kan?” tanya Troy memastikan.
Flora mengangguk membenarkan. “Iya. Sudah tertera tanggal dan jam pengirimannya di sana. Kamu kirim saja dari yang meminta untuk di kirim lebih pagi. Bunga melati itu contohnya,” ucap Flora sambil menunjuk bunga melati yang ia simpan disebuah kotak dengan tambahan es baru di luar kotak penyimpanannya.
“Bunga melati itu harus sampai sebelum pukul tujuh. Alamatnya sudah aku tempel di kotaknya. Ini dipesan khusus untuk hiasan pengantin. Nanti jangan lupa kamu minta uang pembayarannya,” ucap Flora melanjutkan penjelasannya.
“Itu aja? Ada pesan yang lain?” tanya Troy memastikan. Ia membantu Flora dengan tulus. Tentunya ia harus memeriksa dengan teliti semua yang ia kerjakan agar tidak sampai merugikan temannya itu.
“Sudah. Itu saja. Kembalilah segera setelah selesai mengantar semuanya. Akan aku siapkan sarapan untukmu sebelum pergi bekerja,” balas Flora.
Troy mengangguk. “Aku mengerti. Terima kasih temanku yang baik.”
Flora tersenyum. Troy secara tidak langsung baru saja memujinya. Jarang sekali Flora mendengar ucapan-ucapan manis seperti itu. Apalagi kali ini keluar dari mulut Troy yang notabene adalah teman barunya. Sungguh beruntung Flora bertemu dengan teman sebaik Troy. Mungkin inilah salah satu bukti bahwa setiap kejadian selalu memiliki arti. Pertemuan berlatar kecelakaan pagi beberapa waktu yang lalu membawanya pada hubungan pertemanan dengan Troy. Entah perbuatan baik apa yang sudah Flora lakukan di masa lalu hingga ia mendapatkan bertubi-tubi kebaikan seperti ini.
“Terima kasih kembali, Troy. Berhati-hatilah,” pesan Flora. Troy langsung menanggapinya dengan anggukan bersemangat.
Keduanya lantas mengambil keranjang rotan yang terpasang di sepeda Flora. Memasangkannya di sepeda motor Troy dengan diikat kuat dan hati-hati. Satu per satu bunga yang sudah siap dikirimkan, dipindahkan ke dalam keranjang. Troy pun memeriksa kembali catatan yang tertera di sana kemudian menutup keranjang dan memakai helm. Lelaki itu lantas naik ke motor dan menyalakan mesinnya.
“Flora aku berangkat dulu. Jika ada yang kurang jelas akan aku hubungi lewat telepon,” ucap Troy.
“Iya. Kamu hati-hati di jalan. Dan terima kasih sudah membantuku,” balas Flora.
“Terima kasihnya nanti saja. Setelah aku menyelesaikan tugas ini.”
Troy tersenyum meninggalkan Flora dan menarik gasnya hingga ban motor mulai berputar dan kendaraan itu meninggalkan parkiran depan toko Bungan Flora. Kendaraan bermesin itu berbelok ke jalan beraspal dan terus berjalan hingga menghilang dari pandangan Flora.
Usai mengantar kepergian Troy mengantar bunga-bunga pesanan, Flora kembali ke dalam toko dan melanjutkan pekerjaannya yang tertunda. Flora mulai memeriksa kembali catatan yang sudah ia susun sebelumnya. Ia siapkan alat dan bahan untuk membuat rangkaian buket bunga lantas ia mulai pekerjaannya pagi itu.
Masih sepi sebab waktu masih menunjukan setengah tujuh pagi. Jalanan masih lumayan lengang sebab kendaraan besar belum mulai berlalu lalang. Ruko-ruko yang ukurannya jauh lebih besar dari milik Flora pun belum mulai terlihat geliat kehidupannya. Mungkin mereka masih beristirahat. Mereka tentu lelah dengan pekerjaan kemarin yang mereka lakoni. JIka hari ini mereka terlambat bangun sedikit saja untuk memastikan bahwa istirahat mereka cukup lama, rasanya tidak terlalu berlebihan.
Flora pun sama, ia mendambakan hal sederhana seperti istirahat yang cukup atau bisa bangun lebih siang. Andai saja kehidupannya lebih stabil secara ekonomi tentu hal seperti itu sangat mudah untuk dilakukan. Namun, sekali lagi ia selalu disadarkan akan kenyataan bahwa hidupnya tidak seberuntung orang lain. Dan Flora masih harus terus berjuang apapun yang terjadi.
[]