Bandit.
Bab 05. Bandit.
Pagi datang dengan cepat, ayam berkokok sebagai alarm bagi penduduk desa agar bangun. Satu per satu warga mulai kembali beraktivitas seperti biasanya.
Xiu Zan dan Putrinya lebih awal bangun tidur karena harus membagi daging Serigala Malam yang didapatkan tadi malam.
Xiu Zhu selalu menatap pintu pondok Kepala Desa dan berharap Shimo Ling segera keluar, terlihat mata bulat Xiu Zhu tampak gelisah menunggu teman barunya itu.
"Kamu datangin saja rumahnya, Sayang!" ucap Xiu Zan yang tahu pikiran putrinya.
Tanpa membalas ucapan ibunya, Xiu Zhu segera berlari ke pondok Kepala Desa. Ibunya tersenyum, dan menggelengkan kepalanya.
"Shimo!" panggil Xiu Zhu saat sudah berada di pintu pondok Kepala Desa.
Suaranya kecil melengking, kali ini Xiu Zhu menggunakan pakaian hangfu sederhana berwarna merah jambu, gaya rambut dikepang menjadi dua. Walaupun pakaian tidak bagus, tapi bagi penduduk Desa Bunga itu sudah sangat istimewa.
Dok... Dok... Dok..
"Shimo!" sekali lagi Xiu Zhu memanggil temannya dengan mengetuk pintu.
Tidak berselang lama, pintu terbuka. Terlihat Ju Hua yang membuka pintu, di kelopak matanya sedikit menghitam, bisa dipastikan Ju Hua kurang tidur.
"Zhu'er, sebentar, ya, Shimo masih mandi!" ucap Ju Hua kepada Xiu Zhu, dan kembali masuk ke dalam pondok.
"Baik, Bibi."
Xiu Zhu menunggu Shimo Ling sambil duduk di kursi depan pondok, dengan kaki yang selalu bergoyang-goyang.
"Xiu Zhu!"
Menderita suara familiar memanggil namanya, kepala Xiu Zhu segera di miringkan dan melihat teman barunya. Seketika Xiu Zhu tersenyum dan turun dari kursi.
Seperti kemarin, Shimo Ling hanya menggunakan pakaian biasa, celana dari kulit binatang, dan pakaian atas tanpa lengan. Walau Shimo Ling masih berusia satu tahun, tinggi badannya sudah mencapai 90 sentimeter.
"Ayo kita main di sungai, di sana banyak ikannya, loh!" ajak Xiu Zhu yang sudah tidak sabar ingin bermain dengan teman barunya.
"Oke!"
"Jangan lama-lama di sana karena belum sarapan, dan jangan mandi di sungai. Oh, iya! Nanti siang pedagang Ming akan datang. Apa nanti kalian tidak ingin membeli sesuatu?"
Di saat mereka berdua akan pergi bermain, Chu Ju segera mengingatkan Xiu Zhu tentang pedagang keliling dari kamar dagang Ming. Chu Ju masih khawatir dengan keselamatan Putranya.
Chu Ju juga terlihat kurang tidur, seperti Ju Hua. Di kelopak matanya terlihat menghitam dan muncul kantung mata.
"Aku ingat, Nenek Chu. Kita hanya bermain sebentar, kok!" jawab Xiu Zhu dan tersenyum manis agar lebih menyakinkan Chu Ju.
"Bibi, jangan khawatir. Ingat, semalam Shimo mampu membunuh 15 ekor Serigala Malam yang ganas itu dengan mudah!" ujar Ju Hua sambil melangkahkan kaki keluar pondok, setelah dia mencuci mukanya di pancuran air agar terlihat segar.
"Ya sudah, kalian hati-hati!" pesan Chu Ju kepada putranya dan Xiu Zhu.
"Nanti aku bawakan ikan besar, Bu!" sambil berjalan berdua, Shimo Ling berjanji pada Ibunya.
Tinggi badan Xiu Zhu dan Shimo Ling sama tingginya saat mereka berjalan berjajar, walau Xiu Zhu lebih tua dua tahun.
Tidak jauh dari pondok Kepala Desa, teman-teman juga sudah menunggu.
"Shimo!"
"Xiu Zhu, aku sudah bawa bambu untuk memancing ikan!"
Semua anak-anak menyapa Shimo Ling. Mereka mengobrol dengan asyik dan riang. Entah apa yang mereka obrolkan. Mereka semalam buat rencana untuk memancing ikan di sungai sebagai lauk pauk sarapan pagi.
Tidak jauh di belakang Desa Bunga, memang ada sungai. Sungai itu tidak terlalu lebar, tetapi cukup dalam. Persawahan penduduk juga mendapatkan air dari sungai itu.
Sesampainya di sana, Mu Liang terlebih dahulu memang memancing ikan. Melihat Paman Liang sudah lebih dulu memancing, membuat langkah kaki anak-anak semakin cepat.
"Paman!"
Sapa anak-anak kepada Mu Liang yang sedang serius memancing ikan. Mendengarkan suara anak-anak dan Shimo Ling si bayi ajaib, Mu Liang menoleh ke belakang.
"Ayo bantu Paman memancing, kita akan jual hasil ikan pada pedagang Ming!" Mu Liang tertawa gembira melihat Shimo Ling yang juga ikut memancing.
"Siap, Paman. Kita akan mendapatkan ikan yang banyak." salah satu anak yang berusia 8 tahun menjawab dengan percaya diri.
Shimo Ling hanya duduk di atas batu di belakang Mu Liang, Xiu Zhu juga ikut memancing, ia menggunakan bambu milik Mu Liang yang sengaja membawa lebih banyak hari ini.
"Shimo, kenapa kamu tidak ikut memancing?" tanya paman Mu Liang yang heran melihat keponakannya tidak seperti anak-anak seumuran, biasanya anak-anak sangat senang memancing jika melihat air yang berisi banyak ikan.
"Terlalu lama, Paman!" jawab Shimo Ling sambil berdiri dan berjalan menuju tepi sungai.
"Hahaha, memang begini memancing ikan, harus sabar untuk mendapatkan hasilnya. Kamu harus tahu, di dunia ini tidak ada yang namanya instan." Mu Liang tertawa melihat ketidaksadaran keponakannya ini, ia memberikan sedikit kata bijak kepada Shimo Ling dan anak-anak yang lain.
Shimo Ling memicingkan matanya untuk melihat ke dalam sungai. Di dalam sungai dia melihat banyak ikan besar yang berada di dasar air.
Kemudian, Shimo Ling mengalirkan energi Qi yang berpusat pada telapak kaki kanannya.
"Iya, Paman. Tetapi ada jalan untuk mendapatkan hasil yang lebih cepat!" jawab Shimo Ling tanpa melihat paman Mu Liang.
"Hentak-hentak Bumi." teriak Shimo Ling yang sedikit keras, dengan mengangkat kaki kanannya. Lalu Kaki kanannya di hentakkan ke tanah dengan keras dan...
Boom... Byurrrr...
Air sungai segera terangkat ke atas setinggi 6 meter, terlihat ikan-ikan di sungai juga ikut terangkat. Kemudian, Shimo Ling dengan sigap mengangkat kedua tangan, lalu menarik ikan-ikan itu dengan energi Telekinesis sebelum kembali masuk ke air.
Swosh Swosh Swosh... Tap... Tap... Tap
Shimo Ling menghempas ikan-ikan itu ke belakang pamannya dengan cepat, dan mengulang prosesnya sebelum air kembali ke sungai.
Tindakan Shimo Ling sangat cepat hingga Mu Liang dan teman-temannya hanya bisa melongo melihat aksi si bayi ajaib ini. Mereka hanya membelalakkan matanya melihat ikan-ikan besar dan kecil melayang di atas kepala mereka.
Byurrrr...
Air yang terangkat tadi segera kembali ke sungai, dan keadaan sungai telah kembali tenang seperti semula, mengalir pelan mengikuti arus ke bawah.
"Cepat tangkap ikan-ikan itu sebelum kembali ke sungai!" teriakkan Shimo Ling kepada Paman Liang dan teman-temannya.
"Hah, bayi ini--" desah Mu Liang yang telah kembali setelah tercengang dengan perbuatan keponakannya, ia hanya bisa geleng-geleng kepala karena tidak berdaya melihat kehebatan keponakannya.
"Hahaha, Shimo, memang hebat!" Xiu Zhu segera beraksi dengan mengambil ikan yang begitu banyak di tanah, dia tertawa gembira dan memuji teman barunya ini.
"Pasti hebat adik kita ini!"
Semua anak-anak buru-buru mengambil ikan-ikan itu yang menggelepar di tanah, demikian juga dengan Mu Liang. Shimo Ling kembali duduk di batu, dia tersenyum melihat teman dan Pamannya yang sibuk menangkap ikan.
"Haiyo, Paman, kita tidak bisa membawa yang besar ini!" ucap Xiu Zhu yang menarik ekor ikan yang ukurannya melebihi besar dari badannya.
"Kamu panggil para penduduk desa untuk membantu kita... Hahaha!!" Mu Liang memerintahkan salah satu anak laki-laki yang berusia 8 tahun untuk meminta bantuan. Dia tertawa bahagia karena memperoleh hasil yang melimpah berkat bayi ajaib.
"Baik, Paman."
Segera satu anak itu berlari menuju ke dengan tergesa-gesa. Sesampainya di desa, anak itu segera berbicara kepada semua penduduk tentang perbuatan si bayi ajaib, memperagakan apa yang tadi dilakukan oleh Shimo Ling.
Tidak berselang lama, Mu Jin, Chu Ju, Ju Hua dan para penduduk berbondong-bondong datang bersama beberapa penjaga desa.
Sesampainya di tempat, mereka semua tercengang melihat banyaknya ikan-ikan segar yang menumpuk, sebagian ikan masih menggelepar di tanah.
Semua orang melihat wajah si bayi ajaib yang hanya tersenyum melihat mereka. Chu Ju buru-buru menghampiri putranya, dan memeluk dengan kasih sayang.
"Putraku, memang luar biasa, Hahaha!" ucap Mu Jin yang segera membantu Mu Liang yang mengikat ikan-ikan yang besar.
Mu Jin tertawa gembira karena hari ini juga bertepatan dengan datangnya kamar dagang Ming.
Penduduk desa segera ikut membantu mengikat ikan-ikan itu dengan tawa bahagia. Anak-anak juga demikian, mereka ikut mengikat ikan yang kecil.
"Hari ini kita akan mendapatkan hasil yang besar berkat bayi ajaib. Ikan-ikan ini adalah buruan para pengusaha rumah makan di kota!" kata Mu Liang yang hafal dengan kebutuhan rumah makan.
"Benar, setiap ikan ini berharga 100 keping perak. Jika di olah oleh rumah makan untuk pelanggan, harganya mencapai 1 keping emas." ujar Mu Jin yang juga paham pangsa pasar di kota, karena dia sering datang ke kota terdekat untuk bertransaksi.
1 keping emas seharga 1.000 perak, 1 perak seharga 100 perunggu, 1 platinum seharga 10.000 emas. Mata uang platinum biasanya hanya dimiliki para pengusaha dan para bangsawan saja. mata uang itu dalam bentuk koin dengan tengah berlubang. Khusus untuk mata uang platinum, bentuknya sebuah kartu seperti kartu ATM.
Setelah menghabiskan waktu satu batang dupa, semua ikan besar dan kecil telah selesai di ikat. Mereka terlihat begitu bersemangat ketika bekerja sama.
Desa Bunga selalu kompak dalam melakukan suatu pekerjaan, dan saling membantu dalam setiap pekerjaan dan kegiatan apapun.
"Ayo kita kembali. Kita akan persiapkan bahan-bahan yang akan kita jual." titah Mu Jin kepada semua orang.
Para penjaga segera memikul ikan yang besar, yang telah di ikat tapi di batang bambu. Sedangkan para wanita dan anak-anak membawa ikan yang kecil.
"Dengan hadirnya bayi ajaib ini, desa kita akan berkembang pesat dan makmur." kata-kata Mu Liang yang penuh harapan kepada Shimo Ling.
"Ada apa, Nak?" tanya Chu Ju yang heran melihat Shimo Ling tiba-tiba berhenti berjalan dengan melihat ke belakang.
Chu Ju dan Ju Hua juga ikut melihat ke belakang, tetapi mereka berdua tidak melihat apapun yang mencurigakan di seberang sungai.
"Tidak apa-apa, Bu!" jawab Shimo Ling yang kembali berjalan.
Chu Ju dan Ju Hua saling bertukar pandang dan menggelengkan kepalanya tanda tidak mengerti dengan keanehan Shimo Ling yang lama menatap ke arah hutan.
Mereka bertiga kembali berjalan mengikuti penduduk yang berada di depannya. Memang di dalam hutan itu ada beberapa orang yang berpakaian serba hitam sedang mengamati penduduk Desa Bunga.
"Sialan, apa bayi itu tahu keberadaan kita?" umpat salah satu orang yang bersembunyi di belakang pohon besar, dia sempat kaget saat matanya berbenturan dengan persepsi (panca indera) milik Shimo Ling yang sudah mengetahui keberadaan mereka.
"Tidak, jika bayi aneh itu tahu, dia pasti sudah memberi tahukan posisi kita, dan wanita itu sudah pasti mengejar kita!" jawab rekannya yang juga sedang bersembunyi.
"Benar. Hanya wanita itu saja yang harus kita kalahkan dulu. Tanpa wanita itu, Kepala Desa Bunga tidak bisa berbuat apa-apa. Hanya pemimpin kita yang mampu melawan murid Akademi Langit Abadi."
"Ayo, kita berikan kabar ini kepada pemimpin kita sebelum kamar dagang Ming tiba!"
Segera beberapa orang itu bergerak memasuki kedalaman hutan setelah memeriksa keadaan Desa Bunga.
Wanita yang mereka bicarakan adalah Ju Hua, pemimpin mereka sudah sering bentrok dengan Ju Hua dan selalu berhasil imbang.
Hanya Desa Bunga yang belum mereka taklukan, sebagian banyak desa lainnya telah mereka jarah. Mereka adalah para bandit di wilayah Klan Ming, yang sulit untuk diberantas oleh para tetua dari Klan Ming.
Bandit itu memilik julukan Bajing Loncat. Seperti namanya, mereka selalu berpindah-pindah tempat, karena itu Klan Ming selalu kesulitan memberantas bandit Bajing Loncat.
"Bos, Ju Hua masih berada di Desa Bunga, terlihat mereka mendapatkan panen besar kali ini!" lapor salah satu bandit kepada pemimpinnya yang sedang duduk di atas pelana kuda.
"Tidak masalah, aku sudah menerobos ke tingkat Master level 8, yang berada di atas jalang itu. Hahaha.!" pemimpin itu terlihat bangga dengan hasil terobosan tadi malam, dia sudah tidak takut lagi dengan Ju Hua.
Pemimpin bandit Bajing Loncat, memakai penutup mata di kirinya, terlihat bekas luka yang memanjang dari kening hingga di pipinya.
"Hahaha, pemimpin kita memang jenius."
Semua anak buahnya yang berjumlah 120 orang, tertawa terbahak-bahak dan memuji pemimpinnya, mereka sangat bangga.
"Ayo, kita hancurkan Desa Bunga itu. Ingat, tangkap semua wanitanya. Setelah aku puas, aku akan berikan pada kalian, Hahaha!" perintah pemimpin bandit kepada anak buahnya.
Segera pemimpin bandit bergerak terlebih dahulu dengan memacu kudanya, beberapa dari bandit juga memakai kuda.
Di Desa Bunga, semua penduduk sibuk mengumpulkan bahan-bahan yang akan di jual kepada kamar dagang Ming. Di wajah setiap penduduk terlihat ceria dan bahagia, karena sudah membayangkan apa saja yang akan mereka beli dengan hasil yang melimpah berkat si bayi ajaib.
Kepala Desa Bunga selalu membagi hasil panen dengan adil tanpa pilih kasih, terutama bagi janda dan para manula. Bagi penduduk yang memiliki panen hasil kerja kerasnya, Mu Jin selalu memberikan hasil yang lebih banyak, ia hanya akan mengambil 40 persen hasil panen mereka, untuk dibagikan bagi para manula dan wanita yang ditinggal oleh suaminya.
Setelah waktu dua batang dupa, para bandit itu telah tiba di perbatasan hutan dan Desa Bunga, mereka berhenti untuk mengamati sekelilingnya. Mereka hanya khawatir dengan kamar dagang Ming yang memiliki banyak pengawal sangat kuat.
Penjaga Desa Bunga yang melihat ke hutan, langsung kaget saat mengetahui para bandit itu.
"Bandit datang...!"
Teng... Teng...
Penjaga itu segera berteriak sambil membunyikan lonceng marabahaya dengan panik. Mendengarkan tanda lonceng itu, penduduk menjadi ikut panik dan ketakutan.