Bab 9 Posesif dan Kemarahan Chen
Bab 9 Posesif dan Kemarahan Chen
"Ko! Kamu kenapa sih?!" Susan berseru marah, saat Chen menghempaskannya kasar ke jok mobil. Dia memegang pergelangan tangannya yang sedikit merahkarena ulah suaminya.
Chen menatap sinis Susan dan melajukan mobilnya kearah rumah mereka. Kepalanya masih mendidih akibat perilaku istrinya yang dia pikir tidak benar dan tak patut dilakukan.
"Kalau aku ada salah, bicarakan baik-baik. Jangan seperti ini. Kita sedang ditempat umum! Kamu tahu kan, Ko?!"
"Diam!" bentak Chen kasar.
Susan langsung menatap suaminya itu, antara kaget dan syok bercampur secara bersamaan. Ini kali pertamanya Chen berbicara sekeras itu padanya dan Susan juga ikut tersulut karena dia tidak merasa melakukan sebuah kesalahan, tapi kenapa suaminya itu tiba-tiba bersikap seperti ini.
"Apa salahku?! Kenapa kamu menyentak dan membentakku secara tiba-tiba, Ko! Jawab aku!" raung Susan tak terima diperlakukan seperti itu.
"Susan! Kamu berani melawanku?! Aku bilang diam, ya diam!" Bersama dengan cecaran itu, Chen semakin menginjak pedal gas lebih dalam lagi. Membuat mobil melaju cukup kencang sampai Susan mencengkeram sabuk pengamannya dalam diam.
Jantung perempuan itu berdebar kencang. Takut Chen tidak bisa mengendalikan kemudi dan membuat mereka kecelakaan. Lebih baik dia diam, daripada nyawa melayang.
Chen seperti kesetanan, dia melajukan mobilnya dengan mengebut. Sukses membuat pengendara-pengendara lain memberikan mereka hadiah, berupa umpatan dan bunyi klakson yang memekakkan telinga.
Dalam diamnya, Susan pun mulai mengintrospeksi dirinya sendiri. Memikirkan kesalahan apa yang dilakukannya hingga Chen bisa semurka itu. Tapi dipikirkan berulang-ulang pun, dia merasa tidak melakukan kesalahan apa pun. Mau itu hari ini atau hari-hari sebelumnya, dia tidak melakukan sesuatu yang kemungkinan besar bisa membuat Chen seperti sekarang.
"Turun!" perintahnya, yang langsung dituruti Susan.
Perempuan itu langsung membukakan gerbang untuk suaminya dan langsung masuk ke dalam rumah tanpa menunggu Chen terlebih dahulu. Dia butuh air dingin untuk menetralkan perasaannya yang berkecamuk.
Chen masuk dengan belanjaan mereka tadi, lalu menaruhnya dengan kasar di atas lantai. Dia menatap nyalang pada istrinya itu.
Susan melihat kemarahan besar di balik tatapan sang suami. Setelah membuang napasnya kasar, barulah Susan berani membuka suaranya walaupun ada sedikit nada kesal di dalamnya. "Apa? Apa masalahnya, sampai kamu melakukan hal seperti tadi?"
"Kamu masih bertanya? Aku tidak salah dengar, hah?!" balas Chen masih berteriak marah.
"Aku memang tidak tahu duduk masalahnya! Kenapa kamu tiba-tiba marah seperti ini?! Beritahu aku duduk masalahnya agar aku paham!"
Rumah yang biasanya diisi canda dan tawa itu, kini berubah dengan teriakan juga jeritan diantara Susan dan Chen. Suasananya terasa menegangkan dengan Susan yang berdiri di balik meja yang berhadapan dengan suaminya itu.
"Kamu tidak sadar juga?! Kamu itu terlalu murahan sebagai perempuan! Tersenyum manis pada setiap lelaki yang kamu temui! Tidak bisa menjaga etikamu sebagai wanita yang sudah bersuami! Paham kamu, Susan?!"
Mata Susan membola, kaget dan tidak terima dengan ucapan suaminya. "Aku ini makhluk sosial! Wajar saja jika aku beramah-tamah pada setiap orang yang aku temui! Lagi pula aku tidak seperti yang kamu sebutkan, yang hanya beramah-tamah pada laki-laki saja! Aku melakukannya pada semuanya! Laki-laki, perempuan, muda maupun tua! Aku beramah-tamah pada mereka semuanya!"
Mendapat teriakan yang lebih kencang dari sang istri, emosi Chen makin tersulut layaknya bensin yang tersambar api. Matanya sudah hampir keluar, urat-uratnya semakin mengencang dan wajahnya sudah memerah tanda dia benar-benar tidak suka mendengar ucapan dan pembelaan diri yang Susan lakukan.
Dengan langkah lebar dan kasar, Chen mendekati istrinya itu. Yang otomatis membuat Susan berjalan mundur sebagai pertahanan terakhirnya.
Saat lengannya ditarik kasar oleh Chen, Susan memberontak berusaha melepaskan tarikan tersebut. Bahkan karena adegan tarik menarik yang tidak ada lembut-lembutnya itu, satu gelas kaca bekas minum Susan menjadi korban dengan terjatuh dari atas meja dan berakhir pecah berkeping-keping hingga sedikit melukai kakinya.
Melihat Susan lengah karena hal tersebut tanpa perasaan Chen menarik lengan sang istri dengan kasar ke kamar mereka. Dia langsung mengunci pintunya dan menaruh kunci kamar mereka di kantung celananya.
"Apa yang mau kamu lakukan Ko?!" tanya Susan dengan gusar dan penuh antisipasi, saat melihat itu.
"Memberikan pelajaran untuk istri yang tidak tahu diri!" Chen menjawab sambil melepaskan jaket dan menaruhnya begitu saja di atas meja dekat lemari mereka, membuat beberapa benda yang ada di sana sedikit bergeser dari tempatnya.
Susan menggelengkan kepalanya sambil terus mundur hingga bertemu dengan ranjang mereka. "Kamu enggak mungkin menyakitiku, kan Ko."
Chen tidak menjawab, dia mulai membuka jam tangan dan menaruhnya di tempat yang sama dengan jaketnya. Lalu mulai melepaskan kaus yang dia kenakan, hingga sekarang hanya celana lah yang menjadi penutup tubuhnya.
Mata Susan mengarah pada kantung celana di mana Chen menaruh kunci kamar mereka. Susan harus keluar dari kamar tersebut. Dia tidak mau melayani suaminya dengan kondisi seperti sekarang.
"Ko!"
"Biar aku tunjukkan bagaimana harusnya aku memperlakukan seorang perempuan murahan," ucapnya dingin yang sukses membuat Susan mengkerut ketakutan.
Apa pun yang akan dilakukan suaminya itu, pasti sesuatu yang tidak menyenangkan. Susan yakin itu. "Aku bukan perempuan yang kamu ucapkan!" seruan itu terdengar bergetar, tapi tak membuat Chen berhenti maju mendekati istrinya itu.
Dia malah menyeringai dan langsung menyerang Susan. Memperlakukan perempuan itu tanpa ada kelembutan sama sekali. Di melumat kasar bibir sang istri, menunjukkan siapa yang berkuasa saat ini. Walaupun bercampur asin entah karena air mata ataupun bibir sang istri yang berdarah, dia terus memaksakan lumatannya. Menggigit bibir Susan sampai sang empunya menjerit kesakitan dan menjejalkan lidahnya masuk ke dalam sana. Memaksa agar lidah Susan menaut bersama lidahnya.
Susan benar-benar menangis, tangannya sudah memukul bahkan mencakar tubuh sang suami meminta Chen untuk menghentikan aksinya itu. Bahkan tidak ada erangan ataupun desahan sama sekali saat bibir panas Chen mulai bermain memberikan tanda merah di lehernya. Hanya ada isakan dan ucapan agar laki-laki itu mau berhenti.
"Lihat, seperti inilah perempuan-perempuan murahan yang ada di luar sana," Chen berucap dengan napas memburu, tangannya masuk ke dalam celana Susan, memainkan jari-jarinya di inti sang istri. Meminta berhenti, sedangkan tubuhnya meminta lebih.
Susan sungguh tidak menginginkannya, tapi tubuhnya tidak bisa berbohong saat merasakan sentuhan-sentuhan kasar yang suaminya berikan. Dia benar-benar tidak mengenali Chen sama sekali. Laki-laki yang kini merobek pakaiannya itu seperti orang lain yang membuatnya ketakutan. "Ko, jangan...," mohonnya sambil menahan tangan sang suami yang mulai melucuti pakaiannya yang tersisa. Matanya sudah banjir air mata. Tapi itu tak bisa meluluhkan Chen yang terbakar karena amarah dan hasratnya.
Laki-laki itu membuang celana jeans Susan ke lantai dan mulai menanggalkan celananya sendiri, sambil menyeringai penuh kemenangan saat melihat Susan berusaha menjauh dengan pipinya yang berurai air mata.
Tangannya langsung menarik sebelah kaki sang istri, hingga seprai kasur mereka ikut tertarik. "Beginilah aku melakukan perempuan murahan," ucapnya sambil membuka lebar-lebar paha sang istri dan memasukkan miliknya sepenuhnya ke dalam sana tanpa peduli Susan kesakitan ataupun tidak.
Di detik itu juga, Susan merasa benar-benar hancur. Entah jiwa dan raganya, dia benar-benar merasa mati karena diperlakukan dengan tidak hormat oleh suaminya sendiri.
Susan yang kesakitan tidak mau menatap sang suami yang tengah mengerjainya. Dia hanya melihat ke arah tembok kamar mereka, membiarkan Chen mengerang sendirian. Membiarkan suaminya itu cepat-cepat menuntaskan apa yang tengah dilakukannya.
Bahkan saat tangan besar itu meraup kedua dadanya yang berguncang karena sentakkan di bawah sana, Susan hanya menggigit bibirnya menahan perasaan ngilu yang tengah menerpanya.
Kamar itu hanya dipenuhi suara Chen dan suara pergumulan yang dilakukan olehnya sendiri. Bahkan Susan tetap diam saat Chen semakin semangat dan sesekali menggodanya dengan gerakannya yang memperdalam penyatuan mereka.
Tidak hilang akal, Chen mulai memagut bibir sang istri kembali. Memaksa agar Susan menatapnya. Saat mata itu benar-benar menatapnya, Chen merasa kesenangan bercampur kesal karena Susan masih tidak mengeluarkan suara-suara indahnya.
Dengan sedikit trik yang dia lakukan pada kedua dada sang istri, akhirnya Susan mengerang saat Chen menggigit pangkal dada istrinya itu. Dengan pinggul yang menekankan semakin dalam, pada akhirnya Chen mencapai puncaknya.