Bab 5 Hari Membakar Hasrat
Bab 5 Hari Membakar Hasrat
Susan tertawa kecil dan berpikir, bagaimana bisa suaminya itu bersikap romantis seperti ini. "Koko...," manjanya sambil memeluk Chen. "Thank you so much," Dia memberikan kecupan manis di bibir suaminya.
Chen terkekeh dan balas mengecup bibir itu bertubi-tubi yang otomatis membuat mereka tertawa bersama. Kecupan-kecupan kecil yang diberikan sang suami membuat Susan berpikir, inilah cinta. Begitu manis dan menyenangkan.
Masih dengan posisi berdiri, kecupan-kecupan manis itu menjadi lumatan yang sedikit menuntut. Menginginkan sesuatu yang lebih dari sekedar beradu lidah. Tangan besar Chen menekan tengkuk Susan, mencoba memperdalam kegiatan mereka. Dia memiringkan kepalanya ke arah yang berbeda dengan istrinya, berharap dengan seperti itu apa yang ada dalam fantasinya akan terwujud.
Di kamar yang temaram ditemani lilin-lilin kecil yang langsung mati saat mereka lewati, Chen menuntun istrinya berjalan mundur menginjak puluhan kelopak bunga mawar yang ditabur di atas karpet oleh staf hotel.
Hati Susan kembali bergetar mendapatkan perlakuan seperti itu. Tangannya yang tadi memeluk pinggang suaminya naik ke atas, ke leher Chen dan sesekali menjambak rambut suaminya.
Chen mendudukkannya di pinggir ranjang. Bibirnya masih semangat bermain dengan bibir milik suaminya, seakan tidak akan ada lagi hari esok. Tangan suaminya merayap ke dada, melepaskan blazer yang menutupi bahu. Ciuman mereka terlepas. Chen maupun Susan, terengah-engah dan berebut mengambil oksigen untuk mengisi paru-paru mereka.
Suaminya itu mengelus pundaknya yang terbuka, hingga naik ke atas lehernya. Mata Susan terpejam menikmati sentuhan tersebut. Kepalanya langsung mendongak saat merasakan Chen mulai mengendus leher hingga ke belakang telinganya.
Rasanya seperti ada sengatan-sengatan bermuatan kecil yang menyetrum sel-sel tubuhnya, terutama di bagian dada. Di bagian situ, Susan merasa sengatan yang lebih tinggi membuat jantungnya terus berdebar semakin cepat seiring makin intimnya mereka berdua.
Dia melenguh saat Chen mulai menggoda tengkuknya dengan bibir dan lidahnya yang hangat. Chen sudah berada di atasnya, menjadi dominan untuk pergulatan mereka saat ini. Dadanya membusung menandakan jika gairahnya juga terbakar. Kedua tangannya ditahan sang suami di atas kepala, membuatnya semakin terpancing.
Bibir Susan terus meracau bercampur desahan, yang membuat Chen semakin bersemangat untuk mengeksplorasi wanitanya itu. Chen membalikkan tubuh istrinya menjadi menelungkup. Jari telunjuknya naik ke atas, dimulai dari tulang pinggang hingga tulang leher. Setelah menyentuh ujung resleting dress brokat yang dikenakan istrinya, dengan gerakan yang sensual Chen menarik resleting tersebut turun kearah bawah.
Fantasinya semakin bergelora saat kembali melihat kulit punggung sang istri. Buru-buru dia lepaskan dress tersebut dan menghempaskannya sembarang. Susan terlihat malu-malu saat hampir tak ada selembar benang pun menutupi tubuhnya yang dia rawat mati-matian untuk hari ini.
Tapi Chen merasa semakin terbakar melihat tingkah tersebut. Dia melepaskan pakaiannya sendiri di hadapan Susan. Baju, celana hingga akhirnya dia benar-benar bulat tanpa penutup. Chen mengurung Susan dibawahnya, mata mereka saling memandang penuh hasrat sebelum Chen kembali menyesap bibir istrinya lagi.
Kini, yang dilakukan Chen benar-benar membuat Susan bergairah. Perempuan itu menahan tangan suaminya yang menyelusup masuk ke dalam celana dalamnya dan bermain dengan lihai di sana.
"Engh...Chen."
Dengan mata terpejam, Susan menarik rambut suaminya yang tengah menghisap dadanya. Dia benar-benar sudah tidak tahan lagi, "Ko...semuanya untuk mu," ucapnya sambil terengah.
Chen menyeringai. Tangannya langsung menurunkan penutup terakhir itu. Lalu menempatkan apa yang harus dia tempatkan di antara kedua paha istrinya. "Susan, buka matamu," ucapnya dengan napas memburu. "Lihat mataku!"
Dengan mata yang sudah dipenuhi kabut gairah yang ingin dipuaskan, Susan menurutinya. Matanya yang sayu menatap Chen dengan wajah memerah. Chen langsung menekan miliknya, menenggelamkannya secara halus di inti milik Susan. Sensasi yang mereka dapatkan begitu luar biasa, hingga membuat kedua insan tersebut melenguh bersama-sama.
Kedutan di dalam sana memijat miliknya, hingga mengerang dan terengah. Dengan kedua tangan yang bertumpu pada kasur, Chen mulai menarik dan menenggelamkan miliknya itu di bawah sana. Terus berulang hingga tubuh Susan terdorong naik, setiap mendapatkan hentakkan yang suaminya berikan. Tangan Susan mencengkeram punggung sang suami, sedikit menenggelamkan kuku ke dalam kulit suaminya itu.
Chen menunduk tidak mau menyia-nyiakan dada Susan yang berguncang begitu indahnya. Bibirnya mendarat tepat di pucuknya, memberikan gigitan juga hisapan di area tersebut. Hawa panas pun makin menyelimuti mereka, membuat peluh mulai naik ke permukaan kulit dan membasahi tubuh keduanya.
Tempo pergerakan keduanya semakin cepat, saat merasa waktunya akan segera tiba. Susan melenguh panjang diikuti Chen yang langsung ambruk di atasnya. Mereka sampai pada tujuan mereka. Tarikan napas yang memburu, menjadi tanda jika pergulatan itu telah usai untuk hari ini.
Tidak ada pembicaraan setelahnya. Mereka hanya mampu melempar senyum di jarak sedekat itu. Chen mengecup sayang kening istrinya juga kedua mata, pipi dan berakhir di bibir. "Aku sangat mencintaimu," bisiknya setelah mengecup bibir Susan.
"Aku juga, Ko," Susan memeluk sang suami yang sudah berguling ke samping. Mereka berdua masuk ke bawah selimut dan mulai menutup mata masing-masing.
Hati Susan rasanya sudah terasa ringan setelah melakukan pelepasan tadi. Dia menyembunyikan wajahnya ke dalam dada Chen sambil menyunggingkan senyumnya yang tenang. Sedang Chen tidur sambil merengkuh tubuh istrinya.
Perjuangan tiga bulannya berbuah manis, sesuai dengan apa yang diharapkannya. Yakni menjadikan Susan sebagai istrinya juga menghangatkan ranjang di rumahnya. Bahagianya saat ini sesederhana itu.
***
Sebuah usapan lembut di wajahnya membuat Susan melenguh, merasa terganggu. Matanya terbuka dan mendapati wajah penuh senyum sang suami. "Pagi, Yang...."
Susan menengadah untuk menatap suaminya itu. "Pagi, Ko. Tidurnya nyenyak, hmm?" tanyanya.
Chen mengangguk dan mengusap-usap alis sang istri yang tipis itu. "Tidak pernah senyenyak ini, sebelumnya. Tidurmu bagaimana Yang, nyenyak?"
Susan mengangguk. Dia merubah posisinya menjadi miring, sambil menjepit selimut di dadanya. "Nyenyak sekali. Tidak seperti sebelumnya."
Keduanya kembali tersenyum. Lalu Chen mengangkat istrinya itu hingga kini Susan menindih badannya. "Ko!" protes Susan sambil mendelik, antara malu dan grogi karena dia merasa sesuatu mengganjal di bawah sana.
"Hmm? Kenapa? Katakan padaku, apa yang kamu rasakan?" godanya.
Susan semakin menunduk saat merasakan remasan di pinggulnya.
"Yang...," panggil Chen yang membuat Susan mengangkat kepalanya lagi. "Katanya bagus loh, kalau kita melakukan hubungan badan saat pagi hari."
Wajah Susan sudah sangat-sangat merah mendengar ucapan nakal itu. Apalagi saat merasakan tangan sang suami menekan pinggulnya agar lebih merapat ke benda itu. "Nghhh...."
Erangan tertahan itu membuat bulu kuduknya berdiri dan keinginannya bergejolak lagi seperti semalam.
"Kiss me!" perintah Chen dengan suara seraknya.
Susan mengubah posisinya menjadi duduk mengangkangi suaminya itu dan langsung memberikan lumatan lembut untuk Chen. Pinggulnya secara refleks bergoyang menggoda sesuatu di bawah sana. Kegiatan itu masih terhalang selimut, tapi Chen tetap merasakan kenikmatan yang diberikan oleh sang istri.
Dia bangun, merubah posisinya menjadi duduk dengan kaki sedikit terbuka agar istrinya itu bisa duduk lebih nyaman lagi. Tangannya meraba punggung hingga perut istrinya, memberikan rangsangan-rangsangan kecil untuk membakar gairah sang istri.
Chen bersandar pada headboard. Tangannya sudah berhenti bermain dan mulai memberikan tanda untuk sang istri memasukkan miliknya sekarang juga.
Dibantu tangan sang suami yang mengarahkan miliknya di bawah sana, Susan mulai menurunkan dirinya pelan-pelan dan bertumpu pada bahu Chen karena tiba-tiba kedua kakinya terasa lunglai sampai dia tak bisa menahan itu semua.
Chen langsung membuat gerakan naik-turun dengan bantuan tangannya yang ada di pinggul sang istri, tanpa menunggu kesiapan Susan. Setelah mulai pulih kembali, Susan bertopang pada kedua tungkainya dan mulai menjalankan tugasnya sebagai istri sah dari Chen.
Dia mengambil alih permainan, memberikan kepuasan kepada Chen sampai laki-laki itu mengumpat saking tak bisa memberikan gambaran yang jelas tentang apa yang dirasakannya saat ini. Bahkan Susan terlihat lebih liar daripada semalam yang masih terlihat malu-malu.
Saat mereka hampir mencapai pelepasan mereka, Chen langsung membalikkan posisi dengan Susan yang terbaring. Dia mengangkat kedua tungkai istrinya itu ke bahu, dan langsung menggempurnya lebih cepat lagi untuk mengejar pelepasan mereka yang kesekian.