Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 3 Shen Ruolan Putri Pejabat

Angin dingin menusuk tulang, menyusup ke setiap relung tubuh dan menusuk relung hati Li Tianwei yang masih diliputi duka mendalam. Setiap hembusan angin seolah membawa bisikan kenangan pahit yang sulit untuk dilupakan. Langit kelabu membentang luas, bagaikan tirai duka yang menyelimuti bumi, seakan ikut merasakan kesedihan pemuda itu yang terasa begitu berat. Gunung-gunung berdiri kokoh, bagaikan saksi bisu tragedi yang menimpa Li Tianwei, menyaksikan setiap tetes air mata yang jatuh dan setiap langkahnya yang penuh beban.

Di puncak gunung terpencil itu, Li Tianwei terbangun dari pingsannya. Rasa pusing masih menyelimuti kepalanya, namun rasa penasaran mengalahkan rasa sakit. Di mana dia? Siapa pria tua berjubah putih yang duduk di hadapannya?

"Anak muda," suara pria tua itu bergema, bagaikan alunan musik yang menenangkan jiwa Li Tianwei yang gundah. "Namaku Master Feng Yi. Kau telah pingsan selama beberapa hari di sebuah desa. Aku menemukanmu dan membawamu ke tempat ini."

Li Tianwei terdiam, mencerna setiap kata yang diucapkan Master Feng Yi. Pertanyaan demi pertanyaan berkecamuk dalam benaknya. Siapa yang telah membunuh ibunya? Di mana dia sekarang? Dan mengapa dia diselamatkan oleh pria tua ini?

Master Feng Yi, seolah membaca isi hati Li Tianwei, berkata, "Aku tahu kau memiliki banyak pertanyaan. Tapi untuk saat ini, yang terpenting adalah kau beristirahat dan memulihkan diri."

Li Tianwei mengangguk, air mata mengalir di pipinya. Dia merasa seperti anak ayam yang kehilangan induknya, terombang-ambing di tengah badai kehidupan. Master Feng Yi memberinya secangkir teh hangat. Aromanya yang menenangkan sedikit meredakan kegelisahan di hatinya.

Hari-hari berikutnya dilewati Li Tianwei dengan penuh kepedihan dan kebingungan. Ia sering termenung, memikirkan ibunya dan masa depannya yang tidak pasti. Master Feng Yi selalu menemaninya, mendengarkan ceritanya dengan penuh kesabaran.

Suatu hari, ketika Li Tianwei melihat Master Feng Yi berlatih bela diri, dia terpesona oleh kekuatan dan kelincahan Master Feng Yi. Api semangat berkobar di dalam dirinya. Ia ingin menjadi kuat, ingin melindungi diri dan orang-orang yang ia sayangi.

Dengan penuh tekad, Li Tianwei menghampiri Master Feng Yi dan memohon untuk menjadi muridnya. Master Feng Yi memandangnya dengan tatapan penuh selidik. Ia menyadari aura kekuatan yang luar biasa dalam diri Li Tianwei, namun di balik kekuatan itu, ia juga melihat kegelapan.

"Aku tidak bisa menjanjikan bahwa aku bisa mengajarimu semua yang kau inginkan," kata Master Feng Yi dengan suara lembut. "Sebelum aku mengajarimu teknik bela diri, kau harus belajar tentang moral dan kebaikan hati."

Li Tianwei tidak sepenuhnya memahami maksud Master Feng Yi, tapi ia tahu Master Feng Yi itu bijaksana. Dia ingin menjadi kuat, bukan sekadar belajar tentang moralitas yang sering dianggapnya membosankan. Namun, ketika dia menatap mata Master Feng Yi, dia melihat kesungguhan dan ketulusan yang mendalam, seolah-olah Master Feng Yi telah melewati banyak pengalaman dalam hidupnya. Melihat dedikasi gurunya, Li Tianwei merasa tergerak dan memutuskan untuk mempercayainya.

Bulan demi bulan berlalu. Li Tianwei tak hanya diajari seni bela diri, tetapi juga nilai-nilai kehidupan seperti kejujuran, keberanian, dan kasih sayang. Ia belajar untuk mengendalikan emosinya, menggunakan kekuatannya untuk kebaikan, dan selalu berpegang teguh pada kebenaran.

Perlahan tapi pasti, Li Tianwei berubah menjadi pemuda yang bermoral dan berkarakter mulia. Aura kekuatannya yang dulu penuh dengan keraguan kini terpancar dengan penuh kebijaksanaan dan kedamaian. Master Feng Yi merasa lega melihat perkembangan Li Tianwei. Ia yakin bahwa muridnya akan menjadi pendekar yang adil dan bijaksana. Akhirnya, ia memutuskan untuk menurunkan ilmu tingkat tinggi yang dimilikinya kepada Li Tianwei.

Namun, di balik pepohonan rimbun, sepasang mata licik mengamati setiap gerakan Li Tianwei dan Master Feng Yi. Mei Xiangling, siluman rubah berekor sembilan yang penuh pesona dan bahaya, tersenyum puas melihat perkembangan Li Tianwei. Senyumnya seperti bulan sabit yang memancarkan aura misterius, menyembunyikan niat tersembunyi di balik kecantikannya.

Mei Xiangling yakin bahwa Li Tianwei, dengan kekuatan dan hatinya yang murni, adalah kunci untuk mencapai tujuannya. Dia akan menarik Li Tianwei ke dalam jaring pesonanya, membuatnya tergoda oleh kecantikannya dan kekuatan magis yang ia miliki. "Belum saatnya," bisik Mei Xiangling dalam hatinya. "Saat yang tepat akan datang."

*** Sepuluh Tahun Kemudian

Sepuluh tahun telah berlalu sejak Li Tianwei melangkahkan kakinya ke pertapaan Master Feng Yi, sebuah tempat yang dikelilingi oleh pegunungan hijau dan udara yang segar. Kini, remaja itu telah menjelma menjadi pemuda berusia 16 tahun yang sangat tampan dan gagah perkasa, dengan postur tubuh yang tegap dan wajah yang tampak penuh percaya diri. Dia memancarkan aura kekuatan tersembunyi di balik senyum ramahnya, yang mampu menenangkan hati siapapun yang dilihatnya. Setiap langkahnya menunjukkan kebijaksanaan yang diperoleh dari tahun-tahun latihan keras dan pengorbanan, serta tekad untuk mengejar impian dan tujuan yang lebih besar dalam hidupnya.

Suatu sore di Desa Liancheng, Tianwei berjalan-jalan di pasar bersama teman-teman wanitanya. Tiba-tiba, matanya tertuju pada seorang gadis kecil kurus dengan pakaian compang-camping yang berdiri di depan restoran. Gadis itu tampak memohon belas kasihan pada pemilik restoran, tapi malah diusir dengan kasar.

Hati Li Tianwei bergetar. Ia mendekati gadis kecil itu, tetapi sebelum dia bisa bertindak, segerombolan prajurit berkuda melintasi jalan, hampir menabrak gadis kecil itu. Tanpa berpikir panjang, Tianwei melesat cepat menggunakan ilmu meringankan tubuhnya, meraih gadis itu dan membawanya ke tempat aman.

Salah satu prajurit turun dari kudanya dengan marah, tetapi sebelum situasi semakin buruk, sebuah suara anggun terdengar dari belakang.

"Apa yang terjadi di sini?" tanya Shen Ruolan, gadis cantik berpakaian mewah yang turun dari kudanya dengan anggun. Ia adalah putri pejabat tertinggi di prefektur dan dikenal memiliki sikap angkuh, namun selalu adil.

Shen Ruolan mendengarkan penjelasan dari kedua belah pihak dan memutuskan masalah itu dengan adil. "Pemilik restoran, beri gadis ini makanan, dan prajuritku, lanjutkan tugas kalian. Jangan ada kekerasan yang tidak perlu."

Setelah situasi mereda, Shen Ruolan berbalik ke arah Tianwei dan berkata dengan senyum penuh arti, "Terima kasih telah menyelamatkan gadis kecil itu. Aku Shen Ruolan, putri Prefek Shen Zhaoyang."

Li Tianwei, terkejut dengan kecantikan dan auranya yang kuat, membalas dengan hormat, "Aku Li Tianwei. Senang bertemu denganmu, Nona Shen."

Pertemuan singkat itu meninggalkan kesan mendalam bagi Li Tianwei dan Shen Ruolan. Di balik tatapan dingin Ruolan, Tianwei merasakan kebaikan hati yang tersembunyi. Sementara Ruolan, di balik sikap angkuhnya, terpesona oleh keberanian Tianwei. Saat Ruolan pergi, dia meninggalkan jejak misteri yang menggelayut di udara.

Li Tianwei masih tertegun, menatap kepergian Shen Ruolan dengan perasaan campur aduk dalam hatinya. Bajunya ditarik lembut oleh Lian Xiaomei yang mengulurkan sepotong bakpao hangat yang baru saja dikukus, aromanya yang menggugah selera memenuhi udara. "Ayo makan, Kak Tianwei!" kata Lian Xiaomei dengan suara ceria, matanya bersinar penuh semangat. Dengan senyum lembut, Li Tianwei menerima bakpao itu, merasakan kehangatan dari makanan dan perhatian Lian Xiaomei.

Li Tianwei tersenyum dan menerima bakpao itu. Dia menggigitnya perlahan, merasakan rasa gurih dan hangat di mulutnya. Perhatiannya teralihkan pada Lian Xiaomei, gadis kecil yang selalu ceria dan penuh kasih sayang.

"Terima kasih, Xiaomei," kata Li Tianwei. "Kau selalu baik padaku."

Lian Xiaomei mengangguk. "Tentu saja! Kak Tianwei kan pahlawan yang menyelamatkan aku dari kuda prajurit."

Li Tianwei tertawa kecil. "Aku hanya melakukan apa yang harus dilakukan."

Li Tianwei mendengar suara gemerisik yang aneh dari balik jendela rumah besar di seberang jalan. Suara itu terdengar seperti sesuatu yang menggesek permukaan, mengusik ketenangan sore hari. Dia mengerutkan kening, matanya tertuju pada tirai yang bergerak-gerak dengan lambat, seolah ada sesuatu yang berusaha mengintip dari baliknya. Rasa penasaran mulai menguasainya, dan dia tidak bisa menahan diri untuk bertanya-tanya apa yang mungkin terjadi di dalam rumah itu.

Sebuah insting aneh muncul dalam dirinya, firasat yang tak bisa diabaikan. Perlahan, dia bangkit dari duduknya dan berjalan ke arah jendela itu.

Lian Xiaomei mengikutinya dengan langkah kecil, matanya yang besar penuh dengan rasa ingin tahu. "Ada apa, Kak Tianwei?" bisiknya.

Li Tianwei ingin menjawab, namun dia merasakan sesuatu yang ganjil. Dia menelan ludah dan berkata, "Ayo, kita pergi dari sini."

Lian Xiaomei mengerutkan kening. "Tapi, Kak Tianwei..."

Li Tianwei menarik tangan Lian Xiaomei dan berjalan dengan langkah cepat. Dia tidak menjelaskan alasannya, tapi Lian Xiaomei bisa merasakan ketegangan dalam dirinya.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel