Terlalu Bertele-tele
Mata Talitha mulai berkaca-kaca, ia masih saja tidak percaya dengan apa yang telah ia lihat saat ini. Ingin sekali ia menumpahkan air matanya, tetapi berusaha ia tahan.
Dikta tidak bisa berkata, ia diam saja. Justru kini Ninda yang menghampiri Talitha," kebetulan sekali kamu tahu sendiri, hingga kami tidak perlu bersusah payah mengatakannya padamu. Aku harap, kamu tahu diri. Cepatlah pergi dari kehidupan Dikta, supaya aku lekas bisa menikah dengannya!"
Talitha menatap sinis kearah Ninda, kemudian ia menatap kearah Dikta dan menghampirinya," mas, kenapa diam saja? aku ingin mendengar penjelasan dari mulutmu, bukan dari mulut pelakor itu!" ucap sinis Talitha menunjuk kasar kearah Ninda.
Sontak saja Ninda naik pitam mendengarnya," heh, aku ini bukan seorang pelakor karena aku sudah lama menjalin kasih dengan Dikta. Hanya saja kamu tidak tahu tentang hal ini. Dikta, kenapa kamu hanya diam saja? cepatlah kamu katakan yang sebenarnya pada istri jelekmu itu!" pinta Ninda kesal.
Tetapi lagi-lagi Dikta tak bisa berkata, ia hanya diam saja bahkan wajahnya terlihat sangat pias hdan gemetar. Ia tidak berani berkata jujur pada Talitha karena khawatir Talitha mengadu pada orang tuanya atau mertuanya.
"Aduhh... bagaimana ini? jika aku mengatakan yang sebenarnya pasti reputasiku akan hancur dan aku pasti dicap buruk oleh semua orang, aku nggak ingin hal inilah terjadi. Lantas apa yang harus aku lakukan?" gumamnya didalam hati.
Ia semakin bingung dan bingung, lidahnya tercekat kelu, dan tidak bisa berkata apapun hingga membuat Talitha dan Ninda menjadi sangat kesal.
"Mas Dikta, jika kamu tetap diam dan tidak bisa berkata seperti ini. Aku yang akan bertindak sendiri. Aku akan menggugat cerai dirimu secepatnya karena aku paling nggak suka di bohongi apa lagi sampai diselingkuhi seperti ini. Dan aku juga akan bercerita bahwa kamu ...
"Jangan!" Dikta mendadak memotong perkataan Talitha.
Ninda semakin kesal pada Dikta yang menurutnya tidak bisa bersikap tegas," mas, biarkan saja wanita kampung itu yang berkata pada orang tuamu. Nanti kita tinggal menambahkan perkataan bahwa kita saling mencintai sejak dulu."
Ninda menatap wajah Dikta dengan mendengus kesal. Ia begitu heran dengan sikap Dikta yang kesannya sangat plin-plan dan tidak bisa bersikap tegas.
Talitha juga merasakan hal yang sama seperti yang dirasakan oleh Ninda. Hingga ia pun berkata lagi," jika aku tidak diizinkan untuk mengatakan yang sebenarnya lantas mau seperti apa rumah tangga kita? satu hal yang perlu kamu tahu ya mas, aku nggak mau dimadu."
Ninda kembali berkata," aku juga tidak mau di jadikan yang kedua apalagi jadi madu wanita desa itu!"
sambil melirik sinis kearah Talitha.
Dikta semakin terpojok, dan ia pun berkata," tolong kalian bersabar ya. Biarkan aku yang akan menyelesaikan permasalahan ini. Aku nggak ingin Talitha yang mengatakan secara langsung pada orang tuaku, ia kan tidak tahu menahu sejauh mana hubungan kita, Ninda. Dan kamu Talitha, aku minta maaf karena telah menyakiti hatimu. Semua di luar kendaliku. Dan biarkan aku juga yang mengatakan semuanya pada orang tuamu."
Sebenarnya Talitha dan Ninda sama-sama tidak setuju dengan apa yang barusan dikatakan oleh Dikta. Tetapi mereka juga ingin mengetahui sejauh mana keberanian Dikta dalam mengatakan secara jujur terhadap orang tua kedua belah pihak.
"Baiklah mas, aku akan menunggumu mengatakan kejujuran terhadap orang tuamu dan juga mertuamu. Kalau begitu aku pamit pulang dulu, aku selalu menunggu kabar baik darimu."
Ninda tanpa ada rasa malu, mendadak menghampiri Dikta dan mengecup pipinya di hadapan Talitha.
Di dalam hati Talitha sangat kesal," dasar wanita murahan dan tidak tahu malu! statusnya saja seorang foto model terkenal dan papan atas. Tapi kelakuannya tidak lebih seperti seorang wanita jalang yang ada di bar-bar!"
Talitha mengepalkan tinjunya seraya menatap tajam kearah Ninda.
Sedangkan Ninda tersenyum sinis ke arah Talitha, bahkan sebelum ia pergi menghampiri Talitha dan mengatakan satu hal," kenapa, cemburu? atau marah? lihat saja ya, Dikta pasti akan memilihku dari pada dirimu."
Setelah Ninda pergi, Talitha pun akan melangkah pergi, tetapi mendadak Dikta mencekal lengannya," Talitha, tunggu!"
Talitha menepis pegangan tangan Dikta, ia menoleh kearahnya," ada apa lagi sih?"
tanyanya ketus.
"Duduklah, karena aku ingin berbicara padamu!" perintah Dikta masih bisa tersenyum kepada Talitha.
Dengan sangat terpaksa, Talitha duduk di kursi di hadapan kursi kerja Dikta. Setelah mereka berdua duduk dengan nyaman, barulah Dikta mengatakan sesuatu pada Talitha.
Dia berbohong pada Talitha bahwa Ninda cuma sebatas masa lalunya. Ia sudah tidak ada hubungan apapun lagi. Itupun Ninda yang telah meninggalkan Dikta begitu saja. Talitha tersenyum sinis pada saat mendengar pengakuan bohong Dikta," mas, aku memang wanita desa. Tetapi aku juga punya otak dan bisa berpikir. Aku juga bukan anak kecil yang mudah kamu tipu dengan omong kosongmu itu."
"Sayang, tolong percaya dengan vapa yang aku katakan barusan. Kami dulu memang pacaran secara diam-diam. Tetapi ia mendadak memutuskan hubungan secara sepihak, dengan alasan mengejar karir di dunia model."
Dikta kembali lagi beralasan, tetapi Talitha tetap tidak percaya.
"Halah, omong kosong apa lagi yang kamu katakan mas? jika memang seperti itu kenapa tadi kamu begitu menikmati ciuman itu bersamanya? dan jika apa yang kamu katakan benar, kenakan pula tidak kamu katakan pada saat masih ada dia? tadi kamu hanya diam saja bukan? tanpa mengatakan apapun, bahkan kfmu terlihat sangat panik," oceh Talitha.
Talitha sudah tidak ada rasa peduli apalagi kagum dengan Dikta seperti sediakala. Kini ia benci pada suaminya yang telah dengan sengaja selingkuh darinya. Ia pun bangkit dari duduknya dan segera berlalu pergi, tetapi secepat kilat, Dikta menghadangnya di depan pintu dengan merentangkan kedua tangannya," sayang, aku mohon jangan berubah padaku ya? dan jangan ceritakan hal ini pada orang tua kita ya, aku mohon padamu. Biarkan aku yang menyelesaikan hal ini sendiri. Aku akan meminta pada Ninda untuk menjauhiku Dann move on dariku karena aku sudah tidak cinta padanya. Tetapi rasa cintaku ini sudah berpindah padamu. Aku minta maaf tadi itu khilaf," ucap Dikta memohon seraya merubah kedua posisi tangannya ditangkupkam didada.
"Halah, bullshit!"
Talitha menyingkirkan tubuh Dikta yang menutupi pintu.
Dan ia pun lekas berlalu pergi dari ruang kerja Dikta dengan penuh kekesalan dan kekecewaan. Didalam hatinya terus saja bergumam.
"Aku tidak menyangka sama sekali jika suamiku yang aku anggap setia ternyata selama ini mendua di belakangku. Ya Allah, kenapa aku harus hadapi hal seperti ini?"