Ringkasan
Aku sangat bahagia tatkala menikah dengan seorang pria kaya raya. Pria yang selama ini aku kagumi dan aku impikan, yah dia adalah bos aku sendiri. Awalnya rumah tangga kami baik-baik saja, tetapi semua berubah tatkala datang seorang wanita yang mengaku sahabat baiknya. Aku kira ia setia ternyata ia mendua dengan wanita tersebut. Lantas apa yang harus aku lakukan? Karena ia begitu perhatian terhadapku, hingga tidak ada satu orangpun yang tahu jika ia tidak setia. Bagaimana caraku membuktikan pada halayak umum supaya semua orang tahu jika ia tidak setia?
Mendadak Menikah
Hati wanita mana yang tak senang tat kala dijodohkan dengan seorang pria kaya raya. Pria yang selalu menjadi impian setiap wanita, karena selain tampan dan sukses. Pria ini terlihat pendiam dan tidak terdengar jika dirinya suka sekali main perempuan.
Talitha sangat antusias pada saat dirinya akan di jodohkan dengan Dikta yakni bosnya dimana dirinya bekerja menjadi seorang sekretaris pribadi.
"Alhamdulillah ya Allah, padahal selama ini aku cuma bisa berkhayal tentang Pak Dikta, eh Engkau malah mengabulkan hayalanku dengan aku akan menikah dengan Pak Dikta. Aku tidak menyangka jika ternyata orang tuaku mengenal orang tua Pak Dikta," batin Talitha begitu bahagia.
Kedua keluarga sepakat untuk tidak menunda pernikahan. Karena menurut mereka lebih cepat lebih baik. Hingga beberapa minggu kemudian, pernikahan pun terjadi.
Pernikahan begitu mewah karena kedua keluarga mengundang banyak orang dari para rekan kerja bahkan sampai sahabat, tetangga, dan semua orang yang di kenal.
Acara pernikahan juga secara langsung disiarkan disebuah acara televisi.
Talitha sangat bahagia, dirinya seperti menjadi seorang ratu sejagad walaupun hanya dalam waktu satu hari saja.
"Talitha, terima kasih ya kamu sudah mau menikah denganku," ucapnya lembut pada saat malam pengantin.
"Justru aku yang seharusnya mengucapkan terima kasih karena Pak Dikta bersedia menikah denganku," ucap Talitha malu-malu kucing.
"Hey, aku ini sudah menjadi suamimu loh. Bukan lagi atasanmu jadi janganlah memanggilku pak. Romantis sedikit dong, panggil ayang atau beb atau apalah," canda Dikta.
Talitha sama sekali tidak menyangka jika seorang Dikta yang ia kenal dengan sifat dingin dan pendiam, ternyata bisa bercanda dan juga bisa cerewet dihadapan Talitha.
"Alhamdulillah ya Allah, aku sangat bersyukur bisa menikah dengan Pak Dikta. Semoga pernikahan kami langgeng selamanya dan hanya maut yang bisa memisahkan kami. Dan semoga kami juga bisa saling setia satu sama lain," batin Talitha tidak berhenti mengucapkan rasa syukur.
Mereka bagaikan pasangan suami istri yang tidak pernah memiliki sebuah masalah. Karena memang mereka selalu terlihat romantis. Apa lagi perhatian Dikta pada Talitha yang sangat besar.
Kedua keluarga juga turut bahagia karena merasa perjodohan yang mereka lakukan tidak sia-sia. Baik Talitha maupun Dikta, sama-sama terlihat saling mengasihi satu sama lain.
Bahkan kebersamaan mereka selalu berhasil membuat iri kaum hawa. Terutama para karyawati yang bekerja di kantor Dikta.
"Wah, kita benar-benar dibuat patah hati dengan menikahnya Pak Dikta," ucap karyawati A.
"Ya benar sekali, betapa beruntungnya Talitha bisa memiliki seorang suami yang sempurna. Sudah tampan, kaya raya, baik juga, tidak pernah terdengar isu jalan dengan wanita manapun. Tidak seperti lelaki kaya pada umumnya," ucap karyawati B.
Tetapi hal itu tidak menggoyahkan pernikahan keduanya. Bahkan mereka selalu romantis dimana pun berada.
Hingga suatu hari, datanglah seorang wanita yang mengaku sahabat baik Dikta. Ia baru saja kembali dari negara London karena urusan pekerjaannya.
Ninda, seorang wanita cantik bertubuh langsing bak gitar spanyol dan berkulit putih mulus. Pihak keluarga Dikta juga sudah paham dan kenal baik dengan Ninda.
"Ninda, bagaimana kabarmu? sayang sekali kamu nggak bisa datang pada acara pernikahan Dikta."
Salma memeluk Ninda dengan eratnya.
"Maaf Tante, karena kebetulan sedang banyak pemotretan jadi aku nggak bisa balik ke Indonesia. Tetapi acara lancar kan Tante?" Ninda melirik kearah Talitha dengan wajah tidak suka.
Didalam hatinya mengejek penampilan Talitha," jadi ini, wanita yang di pilih oleh Dikta untuk menjadi istrinya? padahal sudah aku katakan tunggu satu tahun lagi, masa kontrakku habis pasti aku bersedia menikah dengannya."
Salma meminta Talitha mendekat," Nak, ini Ninda. Dia sahabat baik Dikta, yang selalu ada di sampingnya. Hanya saja dua tahun terakhir ia sibuk di London untuk pemotretan. Dia ini model kelas atas."
Talitha mengulurkan tangannya seraya tersenyum," Talitha, istri Mas Dikta."
"Ninda," dengan sangat malas Ninda menerima jabatan tangan dari Talitha.
Terus saja didalam hati Ninda penuh rasa cemburu, iri, dan dengki," lihat saja, aku akan menyingkirkan dirimu secepatnya karena Dikta hanya milikku saja. Tidak ada wanita manapun yang boleh memilikinya!" batinnya terus saja bergumam.
Tak berselang lama, pulanglah Dikta dan Johan secara bersamaan.
"Wah Ninda udah pulang, mana mamah dan papah?" sapa Johan menyalami Ninda.
Ninda dengan antusias menerima jabatan tangan Johan," kebetulan papah dan mamah saat ini sedang sibuk om. Mereka sibuk mengurus usahanya di negara Amsterdam bersama dengan Riko.
Ninda beralih menatap kearah Dikta dan ia langsung saja berhambur kepelukan Dikta sambil berbisik," jahat kamu ya! padahal aku sudah bilang padamu supaya menunggu satu tahun lagi. Setelah itu kita akan jujur pada kedua orang tua kita jika selama ini kita berpacaran! tetapi malah seperti ini, kamu menikah! apa kamu sudah melupakan semua janjimu padaku, saat kamu merenggut kesucianku malam itu, bahkan kita juga sering melakukannya setelah kejadian malam itu dengan kamu berjanji akan menikahiku!'
Dikta membalas bisikan Ninda," nanti kita bicarakan di tempat biasa kita bertemu. Aku akan atur waktunya supaya kita bisa bertemu, tolong jangan marah dulu."
"Hey-hey-hey, sudah donk kangen-kangenannya. Nanti ada yang cemburu loh," canda Salma terkekeh seraya melirik kearah Talitha.
Memang didalam hati Talitha juga merasa ada yang janggal dengan persahabatan antara Dikta dan Ninda. Hanya saja ia mencoba untuk tidak berburuk sangka. Ia menepis rasa curiganya tersebut.
"Ya Allah, semoga saja apa yang aku pikirkan tidaklah benar adanya. Semoga ini hanya pemikiranku saja. Semoga Ninda itu memang benar hanya sekedar sahabat Mas Dikta saja," gumam Talitha didalam hatinya.
Selagi dirinya terus saja bengong, Dikta menghampirinya," sayang, suami pulang kok malah bengong sih? nggak seperti biasanya disambut dengan senyuman manis."
Sontak saja lamunan Talitha buyar oleh teguran Dikta," maafkan aku mas, hehehe.."
Talitha menyambut suaminya dan membawanya melangkah masuk ke arah kamar. Dikta sempat melirik kearah Ninda yang terlihat sangat cemburu melihat kekasihnya dengan wanita lain. Pikirannya kembali terselubung dengan umpatan, tangannya tanpa sadar mengepalkan tinjunya.
"Ninda, kapan giliranmu menikah?" tegur Salma menepuk bahunya hingga membuat dirinya tersentak kaget dibuatnya.
"Aku belum kepikiran untuk menikah, Tante. Karena belum ada seorang lelaki yang sesuai dengan kriteriaku, Tante," jawab Ninda menutupi rasa kegugupannya.
Salma merasa heran karena gadis secantik Ninda hingga sampai detik ini belum juga menikah.
"Memangnya lelaki seperti apa yang kamu inginkan, Ninda?"
Belum juga pertanyaan Salma di jawab oleh Ninda, datanglah Johan," heh Mamah, kepo banget sih..Masa iya Ninda cuma diajak ngobrol saja, nggak diajak makan."