Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 7. Kepergok Juga

Talitha dan kedua mertuanya justru terlambat sampai di hotel karena ban mobil yang ditumpangi oleh mereka sempat bocor.

Hingga Dikta yang sampai terlebih dahulu di hotel tersebut dan segera menemui Ninda yang sedang menunggu di lpbi hotel.

Melihat kedatangan Dikta, Ninda begitu antusias. Ia segera bangkit dari duduknya dan akan memeluk Dikta, tapi ditepis oleh Dikta, hingga membuat Ninda kecewa," kenapa sih, aku kan kangen kamu?" tanyanya sembari mengerucutkan bibirnya.

Dikta celingukan keseluruh penjuru arah yang ada di lobi hotel, hingga membuat Ninda semakin heran dan merasa ada yang aneh pada diri Dikta.

"Sayang, ada apa sih? kok kamu celingukan seperti sedang mencari seseorang?" tanya Ninda penasaran ikut pula celingukan kesana kemari.

Dikta berkata bahwa char pesan yang dikirim oleh Ninda, bukan dirinya yang membalas melainkan Talitha. Tetapi hal ini justru membuat Ninda terkekeh," memangnya kenapa jika wanita desa itu yang telah membalasnya? bukankah itu suatu kebetulan hingga ia tahu sejauh mana hubungan kita berdua, hingga ia sadar diri dan pada akhirnya kita bisa hidup bersama sesuai dengan harapan dan impian kita yang beberapa tahun yang lalu sempat pupus."

Ninda terus saja berkata panjang lebar mengenai hubungannya dengan Dikta, tanpa ia tahu jika di belakangnya sudah ada Talitha dan kedua mertuanya.

Dikta yang melihat kedatangan Talitha bersama orang tuanya tepat di belakang Ninda, merasa paniknya dan bahkan bibir tercekat tak bisa berkata apa-apa. Ia berusaha memberikan kode pada Ninda supaya berhenti berkata dengan menggelengkan kepalanya. Akan tetapi Ninda terus saja berkata tanpa ada jedanya.

"Ada apa sih sayang, dari tadi kok kamu menggelengkan kepalamu? apakah kepadamu sakit, atau lehermu ya yang sakit. Ya sudah kita lekas kekamar langganan kita yuk! nanti aku servis kamu seperti biasa. Aku juga akan memijit lehermu atau pijit seluruh tubuhmu pun aku mau sayang."

Dengan sangat manja, Ninda bergelayut manhq di lengan Dikta, dan ia terhenyak kaget pada saat dirinya di samping Dikta.

Secara kini Ninda bisa melihat adanya Talitha dan juga kedua orang tua Dikta.

"Tannnnnnte, Om!" ucapnya terbata-bata dengan wajah pias.

Dalam hatinya begitu panik dan gelisah," bagaimana ini? Tante Salma dan Om Johan sudah melihatku dengan Dikta, bahkan di hotel ini. Pasti semua ini ulah wanita desa itu!"

Ninda menatap tak suka pada Talitha, tetapi Talitha tidak tinggal diam, ia juga membalas tatapan tajam Ninda.

Johan dan Salma masih saja tidak percaya dengan apa yang mereka lihat saat ini. Mereka benar-benar kecewa dengan Dikta dan juga Ninda.

"Dikta-Ninda, sekarang juga pulang ke rumah dan jelaskan pada kami tentang hubungan kalian ini!" perintah Johan seraya melangkah pergi diikuti oleh Salma.

Bahkan Salma menggandeng Talitha, mengajaknya turut serta pulang ke rumah.

Sepanjang dalam perjalanan menuju ke rumah, tidak ada satupun yang berkata. Berbeda dengan Dikta yang saat ini terus saja mengomel pada Ninda.

"Aku kan sudah memberikan kode dengan menggelengkan kepala, tetapi kamu tidak juga paham jika di belakanu ada orang tuaku. Jika sudah seperti ini lantas apa yang akan kita lakukan? aku yakin pasti nanti Papah akan marah banget," ucap Dikta kesal dengan tindakan ceroboh Ninda.

Tetapi Ninda justru bersikap biasa saja, ia malah tersenyum senang. Hingga membuat Dikta semakin bertambah kesal saja," kenapa kamu malah tersenyum? gila kamu ya? di saat kita ada permasalahan seperti ini malah kamu tersenyum seperti senang."

Ninda memang merasa senang jika orang tua Dikta telah mengetahui hubunganmya dengan Dikta.

"Seharusnya kamu juga senang, karena kita tidak perlu menjelaskan secara detail pada orang tuamu tentang hubungan kita berdua. Tinggal kita cerita sekenanya saja, dan juga untuk apa kamu khawatir seperti ini? aku sangat yakin jika orang tuamu tidak akan melarang kebersamaan kita berdua loh. Justru mereka pasti juga akan setuju SM bahagia setelah tahu kita ada hubungan spesial," ucap Ninda sangat yakin jika dirinya akan mendapatkan restu dari orang tua Dikta.

Dikta melirik sinis pada Ninda," belum tentu orang tuaku sejalan dengan apa yang sedang kamu pikirkan saat ini karena mereka sudah begitu sayang pada Talitha tanpa kamu tahu!"

********

Beberapa menit kemudian...

Semua sudah sampai di rumah Dikta dan berkumpul di ruang tamu. Dikta bahkan tidak berani menatap kearah orang tuanya. Ia terus aja tertunduk lesu dan khawatir dengan semua kemungkinan yang ada.

Sedangkan Johan terus saja menatap kearah Dikta, dan ia pun mulai berkata," Dikta, coba kamu jelaskan pada mamah dan papah! sejauh apa hubunganmu dengan Ninda! karena tadi papah dan mamah sudah mendengar semua yang dikatakan oleh Ninda!"

Dikta menghela napas panjang, ia masih tertunduk lesu," pah-mah, aku minta maaf. Memang dulu kami sempat berpacaran."

Dikta pun sejenak bercerita tentang masa lalunya bersama dengan Ninda. Sementara Ninda tidak terima karena Dikta tidak mengatakan pada orang tuanya jika sekarang pun mereka masih berpacaran.

"Dikta, kenapa kamu tidak jujur pada om dan Tante? jika sampai sekarang kita masih berpacaran. Lantas aku, kamu anggap apa? apa selama ini aku cuma untuk pelampiasanmu saja?" protes Ninda kesal.

Dengan sangat berani, ia pun berkata panjang lebar pada Salma dan Johan. Tanpa ada rasa malu sama sekali, ia menceritakan jika dirinya dan Dikta sudah sering melakukan hubungan suami istri.

"Astaghfirullah aladzim, dengan bangga kamu bercerita tentang aibmu sendiri Ninda? apakah memang urat malumu sudah putus hingga kamu bangga menceritakan perbuatanmu dan Dikta yang sangat menjijikkan itu!" tegur Salma sama sekali tidak suka dengan perkataan Ninda.

Johan juga tidak suka dengan perbuatan Ninda," om sangat kecewa padamu Ninda. Kamu ini berpendidikan tinggi dan anak dari keluarga terpandang. Tetapi perbuatanmu ini rendahan. Kamu raawk ubahnya sama seperti jalang ydng ada di pinggir jalan yang suka mencari target di malam hari."

"Kami kecewa denganmu Ninda, kamu tak ubahnya seperti seorang pelakor! jika memang dulu kalian saling suka seharusnya berkata jujur. Mana mungkin kami akan marah atau tidak memberi restu."

"Semua kesalahan ada padamu Ninda, ydng telah menolak niat baik Dikta untuk menikahimu. Seharusnya kamu koreksi diri."

"Dan kamu Dikta, kamu juga salah. Setelah aia yang dilakukan oleh Ninda padamu. Seharusnya kamu berpikir ulang jika ingin kembali padanya."

"Jika dari awal diantara kalian berksya jujur, pasti tidak ada hati yang tersakiti terutama Talitha."

"Jika sudah seperti ini, lantas apa yang akan kami katakan pada orang tua Talitha?"

Terus saja Johan berkata untuk meluapkan rasa kecewanya pada Dikta.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel