Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 6. Jujur Pada Mertua

Dikta tidak tinggal diam, iapun terus membujuk Talitha untuk bersedia tidur di ranjang bersamanya," sayang, berapa kali aku harus katakan padamu jika aku sudah tidak ada hubungan dengan Ninda, jadi tolong percaya padaku. Dia yang tidak bisa move on dariku hingga berkata seperti itu padamu."

Tetapi bujukan Dikta sama sekali tidak mendapatkan respon yang positif dari Talitha. Ia justru menutup rapat tubuhnya dengan selimut dan mencoba memejamkan matanya. Hal ini membuat Dikta menyerah dan ia pun memutuskan untuk tidur di ranjang.

Tetapi matanya sama sekali tidak bisa terpejam justru pikirannya tetap saja traveling.

"Aku harus bagaimana ya? aku tidak bisa melepaskan Talitha dan juga Ninda. Awalnya aku tidak mencintai Talitha, tapi lambat laun aku cinta padanya. Aku juga masih cinta pada Ninda. Aku ingin mereka berdua saling menerima satu sama lain supaya aku bisa bersama mereka. Tapi aku rasa itu tidak mungkin deh," gumam Dikta dalam hati.

Dia terus saja berpikir dan berpikir tetapi tidak juga menemukan solusinya, bahkan ia sampai tidak bisa tidur. Hal serupa juga dirasakan oleh Talitha, ia juga tidak bisa tidur. Talitha berpikir bagaimana caranya supaya bisa membuka perselingkuhan Dikta dan Ninda di hadapan orang tuanya dan juga kedua mertuanya.

"Ya Allah, aku tidak ingin terlalu lama memendam rasa ini. Aku harus secepatnya membuka hubungan antara Mas Dikta dan pelakor itu. Tapi bagaimana caranya ya? karena Mas Dikta selalu bersikap baik padaku bahkan pada saat tidak berada di hadapan orang tua atau di hadapan umum, ia juga masih romantis seolah tidak melakukan kesalahan sama sekali."

"Hatiku sangat yakin ya Allah, jika mereka itu selingkuh apalagi aku masih ingat betul bagaimana Mas Dikta berciuman bibir dengan Ninda. Jijik banget aku ya Allah. Aku bahkan yakin jika hubungan mereka bukan hanya sekedar berciuman."

Terus saja Talitha berpikir dan berpikir, hingga ia tidak bisa tidur dengan nyenyak yang mengakibatkan bangun kesiangan.

******

Pukul tujuh pagi....

"Astaghfirullah aladzim, aku kesiangan. Seharusnya waktu subuh, aku nggak tidur lagi. Untung saja hari Minggu, Mas Dikta libur nggak ngantor."

Talitha melihat Dikta juga masih tidur dengan nyenyak. Tetapi ia sejenak kaget pada saat melihat ponsel Dikta berdering. Secepat kilat, Talitha berlari dan meraih ponsel yang ada di atas nakas. Ia melihat nomor yang tercantum tertera nama, My Love."

Iseng, Talitha mengangkat ponsel milik Dikta karena kebetulan tidak dikunci. Tetapi Talitha sengaja tidak berkata apa-apa, ia hanya diam saja. Terdengar suara manja dari seberang telpon, suara seorang wanita yang tidak asing lagi bagi Talitha.

?"Pagi sayang, maaf ya aku ganggu kamu di pagi hari. Aku yakin kamu masih mengantuk kan? setelah semalam kita ngobrol lama. Aku hanya ingin mengajakmu bertemu di hotel yang biasa kita bertemu. Aku kangen dengan belaian dan cumbuanmu sayang."

?"Sayang, setelah aku berpikir. Aku putuskan untuk bersedia menjadi yang kedua yang terpenting aku bisa menikah denganmu karena aku begitu cinta padamu."

Talitha terperangah seraya menutup mulutnya sendiri dengan satu tangannya. Sedangkan di balik telepon, Ninda terus saja berkata panjang lebar, membuat mata Talitha berkaca-kaca dan ia mendadak mematikan panggilan telpon dari Ninda.

Sementara Ninda merasa heran, kenapa Dikta tidak berkata apapun justru mematikan panggilan telpon darinya. Hingga ia memutuskan untuk mengirim pesan ke nomor ponsel Dikta.

Sejenak Talitha bisa melihat isi pesan tersebut pada saat ada notifikasi chat pesan masuk, walaupun ia belum membukanya.

Otaknya bekerja, ia langsung keluar kamar secara perlahan-lahan. Ia sudah tidak bisa lagi memendam rasa sakit hatinya," ini kesempatan bagus untukku membuktikan pada kedua mertuaku bahwa anak mereka tidak sebaik yang mereka pikirkan."

Talitha sudah paham jika Dikta tidak akan terbangun jika ia belum membangunkan dirinya, apa lagi jika di hari libur Dikta pasti bangun agak siang.

Talitha segera melangkah ke ruang makan karena ia tahu jika kedua mertuanya pasti sedang sarapan.

"Talitha, mana Dikta?" tegur Papah Johan.

"Masih tidur, pah. Aku ingin mengatakan sesuatu pada papah dan mamah. Ini mengenai Mas Dikta," ucap Talitha dengan wajah cemas dan gelisah.

Sejenak Salma dan Johan saling berpandangan satu sama lain. Mereka merasa ada yang tidak beres.

"Wajahmu kok serius sekali, Talitha. Sebenarnya ada apa?" tanya Salma penasaran.

"Mah-pah, lihatlah chat pesan yang dikirimkan oleh seorang wanita yang kalian kenal. Dan barusan juga telpon ke nomor Mas Dikta."

Talitha membuka chat pesan yang barusan di kirim oleh Ninda, dan menunjukkannya pada mertuanya.

[Sayang, kenapa di telpon kok diam saja sih dan malah di matiin? oh iya aku tahu kalau kamu masih ngantuk ya, sayang. Nanti aku tunggu kamu di hotel A jam makan siang ya. I love you.]

Chat pesan tersebut dibaca oleh Salma dan Johan, mereka terpengarah.

Mereka hampir tidak percaya dengan apa yang mereka baca. Hingga Talitha berkata lagi," aku tahu mamah dan papah pasti tidak percaya bukan? begini saja, biar kalian percaya. Nanti kita ke hotel yang dimaksud wanita ini."

Talitha pun akhirnya mengatakan semuanya pada mertuanya bahkan tentang apa yang ia lihat di kantor.

"Astaghfirullah aladzim, jadi pada saat kamu bengong di teras itu...

"Ya mah, itu aku sedang shock dengan apa yang aku lihat secara langsung dengan mata dan kepalaku sendiri," ucap Talitha memotong perkataan Salma.

Kedua mertuanya setuju untuk mengikuti cara Talitha menjebak wanita yang menjadi pacar Dikta. Karena Salma dan Johan belum percaya sepenuhnya jika wanita yang dimaksud oleh Talitha adalah Ninda.

Hingga siang menjelang, pada saat Dikta masih tidur. Talitha dan kedua mertuanya pergi ke alamat hotel yang di tunjukkan oleh Ninda lewat chat pesan.

Sementara saat ini Ninda sangat senang sekali karena ia berpikir jika Dikta sedang dalam perjalanan ke hotel. Ia sama sekali tidak tahu jika yang membalas chat pesan tersebut adalah Talitha atas persetujuan dari kedua mertuanya.

"Wah, asik banget aku akan berduaan lagi dengan Dikta. Aku sengaja mengajaknya untuk sering berhubungan intim supaya aku hamil, dan dengan begini aku bisa memilikinya," gumamnya dalam hati.

Berbeda situasi di rumah, dimana Dikta baru bangun," astagaaaa... sudah siang rupanya. Kenapa juga Talitha tidak membangunkanku? apakah ia masih marah ya?" gumamnya.

Dikta mengusap matanya dan ia pun meraih ponselnya. Iseng membukanya dan ia terbelalak," ya ampun...Ninda chat dan di balas. Jangan-jangan yang membalas chat Ninda adalah Talitha."

Dikta pun panik, ia segera mencuci muka dan gosok gigi. Ia hanya berganti pakaian saja dan segera ke garasi tanpa melihat jika di garasi tidak ada mobil Johan.

"Aku harus segera ke hotel, supaya tidak terjadi keributan antara Talitha dan Ninda."

Oceh Dikta seraya melajukan mobilnya begitu cepat, supaya lekas sampai di hotel.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel