Bab 5
Celline melirik ke arah James yang mulai memegang sendok dan garfu. Celline pun berusaha mengikuti gerakan James itu. Dia melihat cara makan James yang memang cara makan orang kaya pada umumnya.
Makan dengan cara sangat tenang dan sopan. Sangat berbeda dengan diri Celline, yang tidak sabar melihat cara makan James seperti itu.
“Apa orang kaya cara makannya seperti itu? Aku benar-benar jadi tidak sabar melihatnya. Rasanya aku ingin menjadikan satu piring semua makanan yang ada di depan ini.” Ucap Celline dalam hati sambil menatap makanannya.
James menghentikan gerakan makannya. Sedangkan Celline masih asyik menikmati makan malamnya. Saat James sudah berdiri dari tempat duduknya, Celline pun langsung menghentikan makannya.
Raut wajah Celline terlihat sangat sedih saat melihat makan malam yang belum dia habiskan. Dengan terpaksa harus dia hentikan saat melihat James mulai meninggalkan ruang makan.
James yang tahu kalau istrinya itu masih ingin makan, terpaksa menyuruh kepala pelayan untuk tidak membereskan meja makan sampai istrinya itu benar-benar sudah selesai makan.
Kepala pelayan mengerti arti tatapan James itu. Saat Celline ingin bangkit dari tempat duduknya, James menahan tubuh Celline dan menyuruhnya untuk duduk kembali.
“Habiskan makan malammu itu.” Kata James.
“Baik, tuan.” Ucap Celline. Seketika itu terlihat senyuman mengembang di wajah Celline.
Kemudian Celline melanjutkan makan malamnya. Sedangkan James kembali ke ruang kerjanya.
Setelah selesai makan malam, Celline berjalan masuk ke dalam kamarnya. Celline melihat kamar masih sepi. Dia tahu kalau James belum kembali ke kamar. Kemudian dia duduk di atas tempat tidur dan bersandar sambil menunggu perutnya mencerna semua makanan yang barusan dia makan.
Sekitar setengah jam, barulah Celline mulai merebahkan tubuhnya. Tubuhnya sudah sangat lelah dengan semua kegiatan hari ini. Dia mencoba untuk memejamkan matanya, sampai dirinya benar-benar hilang kesadarannya.
*****
Pukul 11 malam, James menghentikan semua aktivitasnya dan berniat untuk kembali ke kamarnya. Sampai di depan pintu kamarnya, dia jadi ragu untuk masuk ke dalam kamar. Dia berpikir apakah wanita itu sudah tidur atau belum.
Jemas akhirnya terdiam di depan pintu kamar sekitar 10 menit. Sampai pada akhirnya dia membuka knop pintu kamarnya dan melihat Celline sudah tertidur pulas di atas tempat tidur.
“Dasar wanita tidak tahu diri! Dengan gampangnya dia tidur di dalam kamarku ini.”
Setelah itu James naik ke atas tempat tidur dan mencoba merebahkan tubuhnya di samping istrinya itu. Sampai akhirnya James ikut terpejam dikarenakan sudah lelah dengan padatnya aktivitasnya hari ini.
*****
Di pagi harinya………
Nyanyian burung-burung yang berkicau merdu di pagi hari seolah menyambut matahari yang kini sudah beranjak ke sebelah timur. Sehingga, membuat cahaya matahari berhasil masuk melalui celah-celah gorden jendela kaca kamar.
Sepasang manusia yang berbeda jenis kelamin, masih asyik berada di atas ranjang mereka. Kini jam dinding sudah menunjukkan pukul 7 pagi. Namun, tidak membuat sepasang suami istri itu terganggu.
Tok….. Tok…… Tok……..
Suara ketukan pintu itu pun telah berhasil menarik kesadaran si wanita. Terbukti kalau dia mengernyitkan dahi, meskipun matanya masih terpejam rapat.
“Siapa itu? Mengganggu saja!” Gumam Celline dalam hati. Dalam hatinya sangat kesal mendengar suara ketukan pintu yang mengganggu tidur nyenyaknya.
Saat hendak bangun, Celline meraba bagian samping ranjangnya tanpa membuka kedua matanya.
“Eh…… Ini apa ya?” Tanya Celline dalam hati.
Celline merasa sangat aneh dengan benda yang berada di sampingnya itu. Akhirnya dia membuka kedua matanya. Remang-remang dia melihat sosok seseorang sedang tidur di atas ranjangnya.
Setelah mata Celline terbuka lebar, betapa kagetnya saat dia melihat James sedang tidur pulas di sampingnya. Langsung saja dia kaget dan berteriak.
“Ah…….!” Teriak Celline saat melihat James bangun dari tidurnya.
“Ada apa ini? Mengapa sudah teriak-teriak di pagi ini? Mengganggu saja!” Kata James kesal sambil mengusap wajahnya yang masih mengantuk.
“Tuan, mengapa tuan bisa ada di sini?” Tanya Celline dengan polosnya.
“Mengapa? Mengapa kamu masih bertanya? Ini kamar saya. Hak saya untuk tidur di sini!” Jawab James kesal.
Tiba-tiba saja terdengar suara ketukan pintu dari luar.
Tok….. Tok…… Tok……
Terdengar suara ketukan kembali. Mereka menoleh ke arah pintu kamar.
“Cepat buka pintunya.” Perintah James.
“Ba…. Baik, tuan.”
Terlihat kepala pelayan sudah berdiri di depan pintu kamar mereka.
“Permisi, nona. Saya hanya ingin memberitahu kalau sarapan sudah siap.”
“Iya, baik, pak. Kami akan keluar sebentar lagi.”
“Baik, nona.” Kepala pelayan pergi meninggalkan Celline.
Setelah itu Celline menutup pintu kamar kembali. Sementara James sudah berada di kamar mandi. Celline berusaha mempersiapkan kebutuhan James sebelum berangkat kerja.
Kemudian James mengambil baju yang sudah disiapkan oleh Celline dan memakainya. Sedangkan Celline bergantian untuk mandi.
Setelah selesai semuanya, mereka berdua turun ke lantai bawah untuk sarapan. Para pelayan sudah siap melayani tuan dan nona mudanya untuk sarapan.
Mereka duduk di kursi meja makan. Para pelayan sudah berada di belakang mereka, di dekat tuan dan nona mudanya.
Celline merasa sedikit tegang saat melihat raut wajah James yang terlihat tidak bersahabat sama sekali. Wajah James terlihat sedingin es.
“Cepat hidangkan makanannya!”
“Baik, tuan.”
Mereka mulai sarapan dengan suasana yang terlihat sangat sunyi. Hanya terdengar suara ketukan dari alat-alat makan mereka masing-masing.
Selesai sarapan, Celline mengatar James sampai di depan pintu mobil. Setelah James berangkat kerja, barulah Celline bisa bernapas lega. Berada di sekitar James dengan suasana yang dingin membuat Celline terlihat kaku dan sulit untuk bergerak.
*****
Celline naik ke lantai atas menuju kamarnya. Hari ini dia berencana untuk keluar mansion menemui kedua sahabatnya itu.
Sekitar jam 10 pagi, Celline sudah terlihat rapi. Dia turun kembali ke lantai bawah dan berencana untuk keluar mansion.
Saat Celline baru sampai di depan pintu, Pak Dar memanggilnya. Celline menoleh dan menatap ke arah Pak Dar.
“Nona, mau pergi kemana?”
“Aku mau pergi keluar menemui sahabatku.”
“Apakah nona sudah minta izin pada tuan muda?”
“Belum. Memangnya aku perlu minta izin terlebih dulu padanya kalau aku mau keluar rumah?”
“Tentu saja, nona. Tuan akan marah kalau Anda tidak memberitahunya terlebih dulu.”
“Baiklah kalau begitu. Tapi, aku tidak tahu nomor handphonenya.” Kata Celline yang terlihat sangat bingung dan dia lupa bertanya pada James tadi.
“Biar saya saja yang menghubungi tuan. Nona bisa menunggu dulu di sini.”
Pak Dar mencoba menghubungi asisten Benny untuk menanyakan pada James.
Apakah James mengizinkan Celline keluar? Atau malah mengurungnya di dalam rumah saja? Nantikan jawaban James pada bab berikutnya………