Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 4

Setelah Benny keluar kamar, Celline melihat-lihat seisi kamar James yang terlihat sangat besar dan mewah. Dia juga melihat kamar mandi yang ada di dalam kamar itu. Kamar mandi juga sangat besar. Luas kamar itu beberapa kali lipat dibandingkan dengan kamarnya yang dulu di rumah pamannya.

Celline juga merasa sangat penasaran dengan isi lemari yang Benny tadi katakan padanya. Dia membuka satu per satu lemari itu. Dia melihat pakaian mewah dan elegan yang sudah disiapkan oleh James untuknya. Dia memegang salah satu dari gaun itu dan melihat merk gaun itu.

“Ya ampun….. Bukankah ini pakaian bermerk mahal?” Celline sangat kaget melihat label harga gaun tersebut yang masih terpanpang, belum dibuka.

Celline menaruh baju itu kembali ke dalam lemari pakaian dengan hati-hati supaya tidak rusak. Kemudian dia mengeluarkan pakaiannya dari koper dan menyimpannya di bagian space yang masih kosong.

Setelah selesai, Celline berjalan masuk ke dalam kamar mandi. Tubuhnya sudah merasa lengket. Dia melihat berbagai produk di dalam kamar mandi itu dengan merk terkenal dan harganya pun pasti sangat mahal.

Celline tersadar betapa kaya suaminya itu. Dia merasa sangat beruntung bisa tinggal di rumah semewah itu setelah meninggalkan rumah om-nya itu.

Dengan hati-hati Celline menggunakan semua produk yang ada. Selesai mandi dia mengistirahatkan tubuhnya yang lelah di atas tempat tidur.

Tak butuh waktu yang lama, akhirnya Celline bisa masuk ke dalam dunia mimpinya. Sedangkan James sedang sibuk bekerja di ruang kerjanya. Tak lama terdengar suara ketukan dari luar ruangannya.

“Permisi, tuan. Saya mau melaporkan, saya sudah membawa nona ke dalam kamar.”

“Baguslah kalau begitu. Sekarang kamu boleh pulang. Kalau ada sesuatu di perusahaan, tolong kabari aku segera.”

“Baik, tuan. Saya permisi.” Ucap Benny sambil menundukkan kepalanya dan berjalan keluar dari ruang kerja James.

James melanjutkan kerjanya kembali setelah Benny pergi meninggalkan ruangannya.

*****

Kini jam sudah menunjukkan pukul 5 sore…………

James berjalan keluar ruangan kerjanya dan berjalan menuju kamarnya. Dia melihat sang istri sedang tertidur pulas. Dia melewati Celline begitu saja dan langsung masuk ke dalam kamar.

Celline merasa terganggu mendengar bunyi suara shower menyala. Dia terbangun dan melihat James baru keluar dari dalam kamar mandi dengan hanya menggunakan handuk sepinggang.

Celline langsung membulatkan matanya saat menatap tubuh James yang sangat indah untuk dipandang mata. Dirinya tidak berkedip sedikit pun. James yang sadar dilihat, langsung mengeluarkan suaranya.

“Sampai kapan kamu diam dan menatapku seperti itu?”

Seketika Celline jadi tersadar dan langsung berjalan ke arah walk in closet, menyiapkan pakaian ganti untuk James. Setelah selesai Celline memberikannya pada James.

“Ini tuan, pakaian tuan.”

“Hm……” James mengambil pakaian yang sudah disiapkan Celline.

Setelah itu Celline berjalan keluar dari walk in closet meninggalkan James yang sedang memakai pakaiannya.

Setelah selesai memakai pakaian, James keluar dari ruangan pakaian. Celline masih diam menunggu perintah dari James selanjutnya.

“Makan malam sedang disiapkan. Kamu bisa bersantai selagi menunggu.” James sambil keluar menuju ruang kerjanya.

Sambil menunggu makan malam disiapkan, James melanjutkan pekerjaannya di dalam ruangan kerjanya. Sedangkan Celline sibuk dengan handphonenya. Dia mencoba menghubungi kedua sahabatnya yang sedari tadi menghubungi dirinya.

Tut…… Tut……. Sambungan telepon Celline.

“Hallo, Celline.”

“Hallo, Dewi.”

“Kamu lagi ada dimana, Celline?” Tanya Dewi yang sedang mengkhawatirkan keadaan Celline.

Apalagi Dewi sudah tahu kalau Celline sudah keluar dari rumah om-nya itu?

Flashback on………

Dewi dan Chris mendatangi rumah Om Celline. Mereka mau mengajak Celline pergi. Namun sayangnya jawaban yang mereka dapatkan adalah kabar buruk mengenai Celline.

“Permisi, tante. Apa Celline ada?”

Dewi dan Chris memang sudah dikenal oleh keluarga om-nya Celline.

“Celline sudah pindah dari sini. Dia sudah tidak tinggal di sudah tidak tinggal di sini lagi.” Jawab Tante Bibi Celline dengan santai.

“Celline pindah kemana, tante?”

“Mana saya tahu. Saya tidak ada urusan lagi dengan anak itu. Kalian cari saja sendiri sana!” Jawab Bibi Celline dengan ketus. Setelah itu Tante Celline menutup pintu rumahnya.

“Eh….. Aku sumpel juga mulut tantenya itu!” Dewi terlihat sangat kesal mendengar jawaban dari Tante Celline barusan.

“Sabar........ Sabar….. Kayak kamu tidak tahu saja watak buruk keluarga ini.”

“Tapi, aku kesal. Bisa-bisanya dia bilang segampang itu tentang Celline.”

“Sudahlah, jangan dipikirkan lagi. Sebaiknya kita segera pergi dari sini. Kamu coba hubungi Celline lagi. Lalu kamu tanya, sekarang dia tinggal dimana?”

“Oke-lah kalau begitu. Kita cari tempat santai sambil hubungi Celline lagi.” Dewi sangat setuju dengan ide Chris barusan.

Setelah itu Dewi dan Chris mencari tempat yang tenang, yaitu di taman, yang tidak jauh dari rumah Om Celline itu. Mereka duduk santai sambil mencoba menghubungi Celline kembali. Tapi, tidak diangkat juga oleh Celline. Berulang kali mereka mencoba menghubungi Celline namun handphonenya tetap tidak diangkat juga.

“Bagaimana? Apa sudah diangkat?”

“Tidak. Belum diangkat juga sedari tadi. Anak ini kemana ya?”

“Ya sudah, kita sabar saja. Mungkin Celline lagi tidak pegang handphone.”

Flashback off

“Aku ada di……” Sejenak Celline terdiam. Dia sangat bingung untuk menjelaskannya.

“Kamu ada dimana? Tadi aku dan Chris barusan dari rumah om kamu. Tapi, kamu tidak ada di sana.” Kata Dewi yang mencecah pertanyaan pada Celline.

“Nanti aku jelaskan sama kalian. Tapi, tidak bisa sekarang. Aku akan jelaskan secara langsung saat kita bertemu nanti.”

“Baiklah. Kalau begitu aku tunggu kabar dari kamu lagi.”

“Iya, nanti aku akan hubungi kalian lagi.”

Setelah itu Celline mengakhiri pembicaraannya dengan Dewi. Sekarang dia harus memikirkan cara untuk berbicara kepada kedua sahabatnya itu.

Tok….. Tok…….. Tok……

Terdengar suara ketukan pintu. Celline bangun dari atas tempat tidur kemudian berjalan menuju arah pintu kamarnya. Terlihat seorang pelayan sedang berdiri di depan pintu kamarnya.

“Maaf, nona. Makan malam sudah siap.”

“Baiklah. Aku akan turun sebentar lagi.”

Setelah pelayan itu pergi, Celline menutup pintu kamarnya dan berjalan menuju ruang makan. Di meja makan sudah ada James yang sedang duduk di kursi meja makan menunggu Celline.

Kepala pelayan mulai memberikan perintah untuk membuka makanan yang ada di atas meja makan. Dia mulai sibuk membantu majikannya makan.

Celline hanya berani melirik cara makan James. Dia tidak berani sampai menatap. Dia melihat menu makanan yang ada di atas meja makan, yang ternyata sangat menggiurkan. Rasanya dia sudah tidak sabar untuk mencicipi semua makanan itu. Mengingat selama tinggal di rumah om-nya itu, Celline hampir tidak pernah makan makanan yang layak.

Makanan layak yang Celline dapatkan hanya saat dirinya berada di luar rumah. Itu pun berbeda dengan makanan yang ada di hadapannya saat ini.

Apakah Celline bisa menyeimbangi gaya hidup James? Nantikan jawabannya pada bab berikutnya……….

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel