Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 4 Perintah!

Mendengar itu, semua orang langsung tercengang!

Tidak disangka, orang ini lagi-lagi mengeluarkan kata-kata yang mengejutkan dan tidak masuk akal.

Jocelyn melihat Frederic dengan perasaan yang campur aduk.

Wayne adalah orang pertama yang bereaksi, dia tertawa-tawa, "Kamu belajar berakting dari sinetron? Ini uang jajan untukmu, kamu main di luar saja!" Setelah berbicara, Wayne mengeluarkan uang 200 ribu untuk Frederic.

Melihat Frederic mengambil uang itu, Wayne pun tertawa-tawa lagi, "Kamu pergi saja, beli permen di luar."

Sret!

Tapi tiba-tiba, uang 200 ribu itu dirobek menjadi empat bagian.

Kemudian, Frederic melempar robekan uang itu ke wajah Wayne, dengan dingin dia berkata, "Pergi!"

Satu kata yang sungguh menggemparkan.

Baginya, Wayne bukanlah siapa-siapa, sehingga dia malas berbasa-basi dengan orang seperti Wayne ini.

Tapi Wayne marah besar setelah diusir oleh pria bodoh ini, bagaimanapun juga dia pernah belajar menjadi tentara di daerah militer, bagaimana mungkin dia bisa menerima perlakuan seperti ini?

Dia mengayunkan kepalan tangannya ke arah Frederic, tapi kepalan tangannya ini digenggam dengan akurat oleh Frederic.

Dia mau menarik tangannya kembali, tapi tidak bisa, karena tenaga Frederic terlalu besar.

Sabina berteriak, "Kamu, sejak kapan kamu diizinkan berbicara di rumah ini?"

"Ibu!" Jocelyn langsung berdiri dan berkata, "Wayne, kamu pergi dulu saja!"

Dengan penuh antusias Wayne berkata, "Jocelyn, memangnya aku tidak sebanding dengan pria bodoh ini?"

"Wayne, jangan dengarkan Frederic, bibi merasa..."

"Ibu, jangan ikut campur dalam urusanku. Wayne, kamu pergi saja! Kami akan mengembalikan semua hadiah pemberianmu, pergi saja!" Setelah berbicara, wajah Jocelyn sudah terlihat tidak senang.

Keywin juga berdiri dan berkata, "Wayne, kamu pulang dulu saja!"

Sabina masih mau mengatakan sesuatu, tapi Frederic sudah mendorong Wayne dengan keras sampai terjatuh.

Sambil menunjuk Frederic, Wayne berkata dengan kesal, "Baiklah, berani-beraninya kamu mendorongku, kamu tunggu saja!"

Frederic tidak mengatakan apa-apa, dia hanya melihat kepergian Wayne dengan tatapan yang tenang.

Setelah Wayne pergi, Jocelyn langsung berkata, "Frederic, apa yang kamu lakukan? Apa pun yang terjadi, kamu juga tidak boleh mendorongnya begitu saja!"

Sambil menunjuk Frederic, Sabina memakinya, "Bodoh, kamu masih belum puas menjadi beban di keluarga ini? Selama tiga tahun ini, keluarga ini sudah dihina habis-habisan karena kamu, memangnya kamu tidak tahu?"

Frederic menjawab, "Aku tahu! Tapi tenang saja, aku tidak akan membiarkan orang lain menertawakan Jocelyn dan keluarga kalian lagi."

Ucapan ini membuat Sabina kebingungan, apakah orang bodoh bisa berkata seperti itu? Dulu orang bodoh ini selalu mengatakan sesuatu yang tidak berguna dan tidak dipahami olehnya, ada apa dengannya hari ini?

"Frederic, apakah kamu sudah bisa mengingat sesuatu?" Dari kemarin Jocelyn sudah menemukan ada yang tidak beres dari Frederic.

Frederic masih tidak menjawabnya, tiba-tiba ponsel Jocelyn berdering, ada telepon dari Nyonya Besar Kusuma.

"Nenek!"

Nyonya Besar Kusuma berkata, "Jocelyn, 30 menit lagi, kalian sekeluarga datang ke ruang rapat."

10 menit kemudian, di ruang rapat keluarga.

"Jocelyn, kenapa kamu membawa pria bodoh ini?" Tanya Nyonya Besar Kusuma sambil melihat Frederic dengan kesal.

Beberapa saudara Jocelyn tertawa-tawa, "Nenek, kalau dia tidak diawasi dengan baik, mungkin dia bisa melompat dari gedung lagi."

"Kurasa Kak Jocelyn sudah memiliki perasaan dengan pria bodoh ini, sehingga tidak tega meninggalkannya di rumah sendirian."

"Aku sungguh tidak mengerti apa yang dipikirkan oleh Tuan Anadra itu, bisa-bisanya memberikan hadiah seperti itu pada orang yang sudah menikah."

Sambil melihat mereka semua, Nyonya Besar Kusuma berkata, "Sudah cukup, kalian jangan berbicara lagi."

Mereka semua pun mencibir dan berhenti berbicara.

"Tapi bagus juga kalau dia dibawa ke sini, sekalian bisa mengurus perceraian kalian." Ucap Nyonya Besar Kusuma dengan tegas.

Setelah itu, dengan wajah yang serius Nyonya Besar Kusuma berkata, "Keluarga terbesar di Wilayah Barat Daya, Keluarga Yohan, mau mengembangkan lahan di zona pengembangan selatan kota, kita harus berusaha untuk menjadi penyedia bahan mereka, kalau kita berhasil mendapatkan kesempatan ini, maka Keluarga Kusuma pasti akan menjadi lebih besar."

"Nenek, sepertinya mustahil, mungkin keluarga kita juga tidak dianggap sama sekali oleh Keluarga Yohan."

"Benar, nenek, walaupun Kota Nogova ini tidak besar, tapi orang kayanya sangat banyak. Dibandingkan dengan mereka, kita bukanlah apa-apa, bagaimana mungkin kita bisa mendapatkan kesempatan ini."

Dengan serius Nyonya Besar Kusuma berkata, "Jadi, aku mengumpulkan kalian semua di sini untuk mendiskusikan hal ini, kalau dulu, mungkin keluarga kita tidak memiliki kesempatan sama sekali, tapi sekarang sudah berbeda."

Setelah berbicara, Nyonya Besar Kusuma melihat ke arah Jocelyn dengan tatapan yang lembut, "Sekarang, Jocelyn memiliki hubungan dengan orang dari daerah militer, kalau Jocelyn menikah dengan Tuan Anadra ini, maka bisa dibilang Keluara Kusuma adalah keluarga dengan latar belakang yang kuat. Di saat itu, kita pasti bisa mendapatkan proyek ini dengan mudah."

Ini adalah aturan yang sudah ada sejak dulu, biasanya para pebisnis tidak akan mencari masalah dengan orang-orang dari daerah militer, justru sebaliknya, mereka akan berusaha menjalin hubungan yang baik dengan orang-orang dari daerah militer.

Nyonya Besar Kusuma lanjut berkata, "Jocelyn, masa depan keluarga kita ada di tanganmu, kalau kamu bisa menikah dengan Tuan Anadra ini, maka kamu akan berkontribusi banyak pada keluarga kita."

Sabina jadi antusias membayangkan kedudukan dirinya di keluarga ini akan meningkat setelah Jocelyn menikah dengan Tuan Anadra itu.

Oleh karena itu, dia juga ikut menambahkan, "Benar, nenekmu ini memiliki visi yang sangat jauh ke depan, ini bukan hanya untuk kebaikanmu sendiri, tapi juga untuk kepentingan seluruh keluarga kita."

Dengan iri Angela Kusuma berkata, "Aku penasaran, apakah Tuan Anadra itu buta? Bisa-bisanya dia mau menikahi wanita yang sudah menikah."

"Tidak! Nenek, aku sudah berjanji pada kakek untuk merawat Frederic. Kalau aku harus mengingkari janjiku pada kakek hanya demi kepentingan keluarga, kurasa kakek juga tidak akan senang di atas sana." Ini adalah pertama kalinya Jocelyn menentang Nyonya Besar Kusuma.

Wajah Nyonya Besar Kusuma berubah, dengan marah dia berteriak, "Kakekmu sudah mati, lagipula dia pasti akan senang kalau aku melakukan ini demi kepentingan Keluarga Kusuma. Aku yang akan memutuskan hal ini! Hari ini, kamu harus mengurus perceraianmu dengan pria bodoh itu, lalu menikah dengan Tuan Anadra."

Tidak tahu kenapa, setiap kali mendengar kata 'cerai', hati Jocelyn langsung terasa sakit seakan-akan sedang ditusuk.

Dia menggeleng sekuat tenaga, dengan tegas dia berkata, "Tidak, nenek!"

"Aku tidak berdiskusi denganmu, ini adalah perintah!" Ucap Nyonya Besar Kusuma sambil menggebrak meja dan berdiri.

Tubuh Jocelyn gemetar, dia melihat Nyonya Besar Kusuma sambil menggeleng-geleng, "Nenek, kalau nenek memintaku menikah dengan Tuan Anadra itu hanya demi proyek ini, aku akan mencari cara untuk mendapatkan proyek ini, aku tidak mau mengingkari janjiku pada kakek saat itu!"

Setelah berbicara, Jocelyn langsung keluar meninggalkan ruang rapat!

 

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel