Villa mewah
Ziko langsung menghampiri seekor kucing hitam, yang sedang terluka. dia mengusap pelan kucing itu. Alexa dan Stevani memberanikan dirinya ikut turun dan melangkah berjalan mendekati Ziko. sambil sesekali melirik kiri dan kanan nya.
"Kita ternyata sudah menabrak kucing hitam ini."
"Ziko, ayok kita segera pergi saja aku takut." ucap Stevani sambil terus bergelayut ketakutan dilengan Alexa.
"Kita harus mengobati kucing ini terlebih dahulu." ucap Ziko sambil mengolesi obat merah. untuk dibalutkan pada tubuh kucing yang terluka. dengan mengunakan alat seadanya, Ziko memindahkan kucing itu dibawah pohon beringin besar yang terdapat di pinggir jalan itu.
"Maafkan kami kucing, kami tidak bermaksud membuatmu terluka."
Setelah selesai mereka langsung menuju mobil, terlebih dahulu Ziko, membersihkan tangan nya dengan air mineral yang mereka bawa. setelah itu mobil dikendarai oleh Ziko langsung meluncur meninggalkan tempat itu.
Mereka bertiga sudah bisa bernafas lega setelah mobil mereka sudah menjauh, berbaur dengan kendaraan lainnya. meskipun mereka merasa ada keanehan dengan perjalanan yang mereka tempuh barusan. mengingat sekarang sudah banyak rumah-rumah, orang serta kendaraan yang lalu lalang melintas didepan mobil mereka.
"Kalian merasa ada yang aneh ngak dengan perjalanan kita barusan?" tanya Stevani was-was.
"Iya, tapi sebaiknya kita lupakan saja mengingat tujuan dan niat baik kita datang kesini, toh kita juga sudah mengobati kucing yang tertabrak tidak sengaja itu." ucap Ziko yang terus membaca salawat dalam hatinya.
Mobil mereka sudah memasuki gerbang utama villa, yang membuat mereka tersenyum kagum dengan pesona alam disekitar nya.
"Villa ini benar-benar nyaman, meskipun tidak terlalu mewah, namun aku menyukainya." teriak Alexa.
Setelah menempuh perjalanan jauh, Stevani dan Alexa menatap takjub sekeliling villa tempat yang seperti surga dunia, sambil melangkah masuk kedalam gedung yang begitu megah dan sangat mewah bagi ukuran mereka yang tergolong ekonomi menengah kebawah.
“Wah, tempat ini begitu menakjubkan dan udaranya sangat sejuk dan bersih.” Puji Stevani sambil menggandeng lengan sahabatnya Alexa. mengayunkan langkah santai memasuki lobby yang luas.
mereka disambut hormat oleh dua orang pelayan, koper mereka masing-masing dibawakan menuju kamar sesuai dengan No yang tertera dalam pesanan.
“Stevani, sebaiknya kita langsung bersenang-senang saja. biar pelayan itu mengantarkan barang-barang kita kekamar.”Ucap Alexa sambil memperlihatkan voucher liburan mereka bertiga.
"Idemu boleh juga." jawab Stevani sedikit ragu-ragu, dia masih seakan tidak percaya bisa sampai ketempat ini.
"Ayo Stevani, aku sudah tidak sabaran lagi tau.” Alexa langung menarik tangan sahabat nya memasuki sebuah bar yang tersedia beraneka minuman keras, tempat yang masih baru dan asing bagi mereka berdua. sementara Ziko memilih untuk beristirahat dalam kamarnya. lelah sehabis menempuh perjalanan jauh.
“Alexa, kamu yakin untuk masuk kedalam?”
“Stevani, kita harus berani untuk mencoba sesuatu yang baru. Devan tidak peduli pada lagi padamu. sekarang waktunya bagimu untuk menikmati hidup dan bersenang-senang. meskipun harus tanpa dia.” bujuk Alexa.
"Iya, rasanya ingin aku mencakar-cakar wajah Devan dan Bella. setiap aku teringat kembali kejadian itu." Balas Stevani.
"Sudahlah, mendingan kita lupakan hal itu. karena hanya akan membuat kita akan merasa marah, kesal dan benci. bisa-bisa tujuan kita untuk bersenang-senang malah jadi rusak."
"Oke, aku akan ikut apa katamu saja." Stevani mengikuti arah jalan sahabat baiknya.
Gemerlap cahaya lampu dan musik yang memecah gendang teliga, tidak menyurutkan langkah kaki dua wanita cantik ini. mereka terus melangkah memasuki bar yang terdapat dilantai paling atas tempat penginapan mereka. yang berhadapan dan berdekatan langsung dengan mentions milik pangeran Alexand yang tidak terlihat dengan mata manusia biasa.
“Minumlah apaan ini?" Ujar Stevani memperhatikan minuman yang dipesan Alexa untuk mereka berdua.
"Kata pelayan klub, ini minuman yang sangat enak dan termahal di tempat ini. Aku yakin kamu bakal menyukainya.” Ujar Alexa ikut meminumnya, sambil memejamkan mata, seperti orang kepahitan.
“Tapi Xa” Stevani mencoba untuk menolak, namun saat melihat Alexa dengan santai nya meminum kembali. akhirnya Stevani ikut memberanikan dirinya, sambil mencoba-coba meneguk sedikit demi sedikit minuman yang terasa panas di tenggorokan mereka yang belum terbiasa, namun berani untuk mencoba-coba nya. tanpa peduli akibat yang akan muncul setelah meminum minuman berakhol tersebut.
“Minuman ini ampuh mengurangi beban pikiran dan kesedihan mu Stevani, bahkan mampu membuat kita terbang melayang.” ucap Alexa yang juga galau atas perceraian kedua orang tua nya. sehingga tanpa ragu mereka berdua kembali meneguk minuman tersebut, meskipun sedikit tapi mampu membuat kesadaran kedua gadis itu berkurang.
“Kepalaku pusing Xa.” Stevani memijid pelipisnya.
"Ha...Ha itu karena kamu baru pertama kali meminumnya, aku ketoilet bentar ya." Ucap Alexa yang pandangan nya mulai berkunang-kunang.
"Cepatan ya."
"Okey Beb, tapi kalau kamu mau duluan pergi kekamar mu juga ngak papa." Ucap Alexa berjalan menuju toilet sambil berjalan sempoyongan.
" Aduh...mana Alexa, kenapa dia lama banget ya?"
Stevani mulai resah, bahkan pandangan mulai tidak fokus, sehingga apapun yang dua lihat seperti kembar, bahkan sangat banyak, sehingga dia kebingungan untuk membedakan mana yang aslinya.
"Bagaimana ini, kepalaku semakin pusing."