Ringkasan
Dikhianati oleh sang kekasih, membuat Stevani memenuhi ajakan sahabatnya untuk pergi berlibur kesebuah villa dipuncak, namun keputusan mereka ini adalah awal pertemuan tidak terduga Stevani dengan pangeran kerajaan jin bukit Delarose, yang langsung jatuh cinta akan kecantikan alami yang dimiliki Stevani. Demi mengejar cintanya, pangeran rela menyamar menjadi manusia biasa. yang merupakan CEO perusahaan besar yang akan menjerat Stevani untuk jatuh kedalam pelukannya. Akankah percintaan dua alam ini akan bisa bersatu, terutama restu kedua orang tua Stevani. yang syok begitu menyadari jika calon menantu mereka ternyata bukan manusia biasa, melainkan makhluk astral tak kasat mata.
Dua Penghianat
"Ayo Devan, aku su... su.... sudah ingin keluar lagi.”
“Tahan Bella, aku masih ingin bermain-main dengan tubuh indah mu sayang." Balas Devan.
Suara desahan dan bisikan lembut, terus keluar dari bibir Bella maupun Devan. nafas keduanya ngos-ngosan seperti lari maraton dengan jarak tempuh sudah mencapai titik puncaknya.
Keduanya, semakin berpacu menikmati gairah yang terus memuncak. Memberikan sensasi yang membuatnya keduanya tidak ingin mengakhiri permainan panas ranjang ini, tanpa peduli dengan keringat yang sudah membasahi tubuh mereka yang polos. ruangan kamar apartemen Devan yang biasanya sunyi dan sepi, mulai sedikit berisik dengan desahan yang keluar dari bibir mungil Bella maupun Devan.
Nafsu membuat Devan kalap mata, dia dengan kondisi sadar berselingkuh dengan Bella. yang merupakan sepupu dari calon istrinya sendiri Stevani. Mengingat selama ini Stevani selalu menolak setiap Devan mengajaknya bercinta dengan adegan ranjang yang selalu dia inginkan dengan gadis yang sudah lama dipacari, bahkan setelah bertunangan pun Stevani selalu tidak mau untuk diajak bercinta, atau sekedar bercumbu untuk menyalurkan hasrat Devan yang selalu naik setiap kali berdyan dengan Stevani, yang menurut Devan gadis yang sok suci.
“Dasar wanita sok alim, itulah yang selalu Devan katakan. Meskipun tidak pernah terdengar oleh Stevani kata hati tunangan nya itu, secara langsung.
Stevani mempercepat langkah kakinya, memasuki lobby apartemen milik laki-laki yang sebulan ini sudah bertukar status menjadi tunangan nya.
Keluar dari lift, langkah gadis itu semakin cepat menuju unit apartemen yang dituju. sambil sesekali melirik jam yang melingkar dipergelangan tangannya.
“Biasanya jam segini, Devan pasti masih meringkuk tidur dikamar nya, dasar tukang tidur." gerutu Stevani sambil mengulum senyum membayangkan wajah Devan saat ini.
Stevani sengaja tidak menghubungi Devan terlebih dahulu, dia ingin memberikan kejutan pada sang kekasih, tentang kepulangannya dari luar kota lebih cepat satu hari dari waktu yang sudah ditentukan sebelumnya.
Tangan mungil Stevani langsung terangkat, menekan password apartemen yang sudah sangat hafal diingatannya. Mengingat Devan sengaja menggunakan tanggal dan waktu hari jadi mereka pacaran dulu.
Ceklek, pintu terbuka perlahan. dengan senyum yang terus mengembang dibibir mungilnya. Stevani melangkah masuk sambil mengedarkan pandangannya kesekeliling ruangan apartemen yang terlihat sangat sepi.
Stevani semakin bersemangat berjalan menuju kamar Devan, dia paling suka membangunkan dan menjahili calon suaminya itu jika tengah tidur.
Belum sempat tangan mungil Stevani menarik gagang pintu kamar, senyumnya tiba-tiba memudar ketika telinganya secara nyata dan jelas mendengar desahan, antara laki-laki dan perempuan. Stevani juga sudah hafal pemilik dari suara-suara yang saling bersahutan tersebut.
Rasa penasaran dengan apa yang sedang terjadi, membuat Stevani langsung mengintip melalui celah-celah jendela kamar yang tidak tertutup sempurna oleh tirai gorden pintu dari dalam.
“Tidak....tidak mungkin, saudaraku Bella dan tunangaku tega berkhianat dibelakang ku sendiri.”
Stevani bersandar ke didinding, berusaha untuk memopang tubuhnya yang ingin ambruk kelantai. Kedua belah tangannya menutup mulutnya yang ingin berteriak dan menangis sekencang-kencangnya untuk meluapkan betapa kecewa dan hancur nya dia saat ini.
"Tega....tega kamu menghianatiku, mas Devan." Stevani mengusap dadanya yang terasa sesak.
Didalam kamar, tubuh Bella masih meliuk-liuk diatas tubuh Devan yang polos, mereka yang sedang dimabuk buaian asmara seolah tidak mendengar Isak tangis Stevani yang lirih.
“Sayang, apa setelah menikah dengan Stevani. Kita masih bisa berhubungan dan melakukan hal ini lagi?” ucap Bella manja.
“Tentu Bella, bagaimana pun tubuhmu ini tidak akan tergantikan. Aku mencintai Stevani dan aku juga sangat menginginkan tumbuh mu yang indah ini Bella. Kamu wanita spesial dihatiku yang tidak akan pernah tergantikan oleh wanita manapun.” Ucap Devan.
Stevani tidak sanggup lagi, mendengar desahan dan percakapan mereka sela-sela percintaan panas itu. Kotak yang berbentuk warna merah tua yang berisikan dasi, yang sengaja dibeli Stevani sebagai oleh-oleh untuk Devan. Jatuh didepan lantai kamar apartemen, seiring dengan langkah kaki gadis itu yang berlari meninggalkan unit apartemen.
“Bruuuaggkk.”
“Sayang suara apa Itu?”
Kedua pasangan yang tengah main kuda-kudaan, saling pandang sesaat. menghentikan sejenak aktivitas permainan panas. Rasa penasaran membuat Devan mencabut belatinya dari tubuh Bella dan berjalan menuju pintu kamar.
Dengan gerakan cepat... Devan menarik gagang pintu kamar sehingga terbuka lebar, mata elang Devan langsung membulat takkala melihat sebuah kotak merah hati tergeletak dilantai. Perlahan tangan Devan terangkat untuk mengambil kotak tersebut, Lalu membuka nya.
“Stevani, tidak mungkin dia kembali secepat ini, Bukanah dia harusnya pulang besok sore.”
Devan langsung syok, dia terhenyak dilantai sambil menatap kado yang berisik sebuah dasi berwarna merah maron. yang sempat dijanjikan calon istri nya untuk menghadiahkan pada Devan, jika nanti balik dari luar kota.
“Apa Stevani sudah melihat dan mengetahui semua ini? Tidak aku harus segera mengejarnya., aku yakin dia belum jauh dari tempat ini.”
Devan langsung masuk Kekamar dan memakai pakaian nya dengan tergesa-gesa.
“Sayang ada apa?” tanya Bella penasaran melihat sikap Devan dan wajah nya yang berubah tegang.
“Stevani, telah memergoki kita. Aku harus mengejar dan meyakinkannya.”
Mendengar hal itu, Bella pura-pura syok dan ketakutan. tidak sesuai dengan gambaran hatinya yang tengah berlonjak kegirangan dan bahagia.
“Bagus, aku berharap pertunangan kalian berakhir. sehingga aku bisa memilikimu seutuhnya Devan." gumam Bella tertawa sinis sambil melihat punggung Devan yang berjalan tergesa-gesa keluar kamar.
“Ste... Stevani sayang tunggu.” Dengan gerakan cepat Devan berhasil menarik sebelah tangan Stevani yang berlari hendak memasuki lift.
“Lepas Devan, aku jijik disentuh oleh tanganmu yang kotor ini.” Elak Stevani yang berusaha menjauh dari tangan Devan yang berusaha menariknya.
“Sayang Please dengarkan aku dulu, semua ini tidak seperti yang kamu lihat. Aku...aku tidak dalam kondisi sadar, Bella memanfaatkan aku dan menjebakku sayang.” Ucap Devan berusaha membujuk calon istrinya.
“Sudah cukup, diantara kita sudah tidak ada ikatan apa-apa lagi.” Stevani langsung membuka cincin pertunangan mereka dan melempar kan ketangan Devan.
Dia benar-benar jijik melihat Devan, sehingga untuk bersentuhan tangan pun dia tidak rela dan sudi lagi.
“Tidak Stevani, sampai kapanpun aku tidak akan pernah mau putus dari kamu, Please dengarkan penjelasan ku dulu.” Devan berusaha menarik tangan Stevani kembali.
Sekuat tenaganya gadis itu menarik tangan nya, dan berlari meninggalkan Devan. yang masih berusaha untuk menahan langkahnya.
Sepanjang perjalanan, Stevani terus menangis. tujuannya sekarang adalah rumah sahabat baiknya Alexa. yang merupakan tempat curhat dan berbaginya selama ini.