Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 5 Indah Tergerak Hatinya

Indah menuruti saran Bu Ismi, kemudian Indah bersiap-siap pergi ke rumah sakit. Sambil berjalan menuju rumah sakit Indah merogoh teleponnya di dalam tas. Indah mulai mengetik dan mengirim pesan kepada Umar.

[Umar, Kamu jadi ke rumah sakit menemani Mas Rahman?]

Tidak menunggu lama pesannya sudah berganti dua centang biru.

[Jadi, Kak. Aku udah di rumah sakit ini, Kakak di mana? Gak nyusul kesini?]

Indah sengaja hanya mengirim pesan, tidak menelponnya khawatir Rahman ada di sampingnya.

[Aku di kontrakan Bu Ismi, temanku. Aku mau nyusul ke situ, tapi jangan bilang sama Mas Rahman!]

Semenit kemudian Umar membalas pesan Indah.

[Oke, hati-hati di jalan, Kak]

[Kak, Mas Rahman udah masuk ruang operasi, Kakak kesini aja, aku tunggu di depan ruang operasi]

Umar mengirim pesan berikutnya.

Indah berjalan mencari Umar, setelah bertemu dengan Umar, Indah mengobrol dengan Umar.

"Umar, Aku mau memberi pelajaran buat Mas Rahman, jadi tolong temani Dia dulu. Aku masih kesal sama kejadian kemarin, Aku mau nenangin diri dulu," ucap Indah.

"Iya, Kak. Orang seperti itu memang harus diberi pelajaran, bisa-bisanya dalam keadaan sakit parah masih berbuat seperti itu. Gimana jalan pikirannya," jawab Umar.

Umar bertanya secara detail tentang kejadian kemarin, karena kemarin Maria hanya menjelaskan secara singkat sewaktu Maria minta tolong Umar untuk menemani Rahman. Pada saat Indah menjelaskan mata Umar melotot, sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal itu, kemudian mengelus dadanya.

"Ya sudah, Kak, kalau gitu mending Kakak balik lagi ke kontrakan Bu Ismi, sepertinya operasinya juga hampir selesai!" Umar menyuruh Indah.

"Iya. Umar, Aku balik ke kontrakan Bu Ismi ya, nanti kalau ada apa-apa kabari Aku!" pinta Indah.

Sambil berjalan menuju kontrakan Bu Ismi, Indah mengambil ponselnya, membuka aplikasi berwarna hijau mencari kontak Maria, kemudian menelponnya.

 Tidak perlu menunggu lama, telepon langsung tersambung.

"Halo … Maria, Mas Rahman sudah operasi pemasangan Ring jantung hari ini, barusan aku ke rumah sakit menemui Umar, tapi sekarang Aku udah balik lagi ke kontrakan Bu Ismi. Gimana Apa Sulis udah sampai rumah? Sepertinya setelah aku grebek kemarin Dia langsung pulang," kata Indah.

"Udah, Kak. Sulis udah di rumah kata orang-orang, tapi Dia gak berani keluar rumah, Kak. Soalnya kabar Dia menyusul Mas Rahman ke Jakarta, dan Kakak menggerebek Dia udah tersebar di sini, semua mulut ngomongin Dia," terang Maria.

"Hah … jadi orang-orang udah tau masalah ini? Mau ditaruh mana nanti mukaku kalau pulang Maria? Masalah kemarin aku menyeret Dia di rumahnya belum reda, sekarang udah ditambah lagi," imbuh Indah.

"Biarkanlah, Kak. Bodo amat orang mau ngomong apa, harusnya yang malu bukan Kakak, tapi Sulis, kan yang salah Dia, bukan Kakak." terang Maria.

"Ya udah, kalau gitu aku matikan dulu ya telponnya, Aku udah sampai di kontrakan Bu Ismi." pungkas Indah.

Cuaca di Jakarta sangat terik, Indah sudah sampai di kontrakan Bu Ismi, Bu Ismi kemudian membuatkan jus untuk Indah. Indah menceritakan pertemuannya sama Umar, sambil rebahan. Mungkin karena terlalu lelah, Indah pun sampai tertidur.

Adzan ashar berkumandang, Indah terbangun. Tiba-tiba ponsel Indah berdering ada tanda panggilan masuk, Indah meraih ponselnya, ternyata Umar yang menelpon. 

"Halo … ada apa, Mar?" jawab Indah.

"Mas Rahman udah selesai operasinya, sekarang udah dipindahkan ke ruang rawat inap, Kak," Umar menjelaskan dari seberang telpon.

"Oh, syukurlah kalau gitu, Mar," jawab Indah

"Setelah sadar dari tadi Rahman menanyakan Kamu, Kak. Karena Dia tidak melihat Kamu sampingnya," ucap Umar.

 "Biarin aja, untuk saat ini Aku belum mau bertemu dengan Mas Rahman, mungkin besok Aku baru ke sana," jawab Indah.

Indah belum juga tergerak hatinya untuk menemui Rahman ke rumah sakit. Karena sudah malam Indah memutuskan ke rumah sakit besok pagi.

Adzan subuh berkumandang, Indah bangun dan melaksanakan kewajiban shalat 2 rakaat. Kemudian bersiap-siap berangkat ke rumah sakit. Selesai sarapan Indah berjalan menuju ke rumah sakit.

Sesampainya di rumah sakit Indah menelpon Umar, agar Umar menjemput di lobi rumah sakit, karena Indah belum tahu kamarnya.

Ceklek!

Umar membuka pintu kamar dimana Rahman terbaring setelah melakukan operasi pemasangan Ring jantung. Indah menyusul masuk di belakang Umar.

Indah mendekati Rahman masih memasang muka sinisnya tanpa menyapa Rahman.

Rahman meneteskan air mata melihat Indah, kemudian memanggil Indah untuk mendekatinya. Indah berjalan malas menuju brankar, kemudian duduk di samping brankar.

Rahman meminta maaf kepada Indah dan membujuk agar mau menemani dan merawat Rahman lagi. Karena Indah yang membawa Rahman ke Jakarta, Indah pun menyetujui permintaan Rahman.

Setelah sebulan di rawat, keadaan Rahman semakin membaik. Indah konsultasi kepada Dokter yang menangani Rahman, apakah sudah diperbolehkan pulang. Dokter pun menyetujui dan memperbolehkan pulang.

Besoknya Indah mengurus semua administrasi di rumah sakit, agar Rahman bisa segera di bawa pulang hari itu juga. Setelah selesai mengurus administrasi, Indah dan Rahman kembali ke kontrakan untuk mengemas barang-barang, dibantu oleh Umar.

Sambil berkemas Indah mengambil ponsel mencari kontak Andi, kemudian menelponnya.

Tidak perlu menunggu lama, Andi menjawab telepon Indah.

"Halo … Kamu dimana, An? Bisa jemput kakak ke Jakarta gak?" tanya Indah.

"Halo … Aku di rumah. Bisa nanti Aku jemput Kak. Aku berangkat nanti sore, besok pagi Insya' Allah udah sampai kalau gak macet," jawab Andi dari seberang telpon.

Selesai menelpon Andi dan berkemas, Indah pergi ke kontrakan Bu Ismi, untuk berpamitan karena besok pagi Indah pulang. Indah meminta tolong kepada Umar agar menemani Rahman dulu.

Sesampainya di kontrakan Bu Ismi, Indah mengetuk pintu dan mengucap salam.

"Assalamu'alaikum," ucap Indah.

"Walaikumsalam," jawab Bu Ismi dari dalam kontrakan.

Bu Ismi membukakan pintu kemudian mempersilahkan Indah masuk. Indah mengutarakan maksud kedatangannya, kemudian berpamitan dan mengucapkan banyak terima kasih karena sudah ditolong.

Bu Ismi berpesan agar Indah lebih sabar lagi, meskipun sekarang Bu Ismi dan Indah berpisah, tetapi Bu Ismi meminta hubungan tetap selalu terjalin meskipun hanya via telepon. 

Karena nanti setelah Suami Bu Ismi selesai berobat, ia juga kembali ke Kalimantan.

Selesai berpamitan, Indah meminta izin kembali ke kontrakannya. Bu Ismi memeluk Indah sambil terisak, seakan berat melepas Indah.

Sesampainya di kontrakan, ternyata Umar diluar  sedang minum kopi dan menghisap rokoknya. Indah membuka pintu, masuk ke dalam ternyata Rahman sudah tidur. 

Indah keluar lagi, mau ngobrol dengan Umar di teras.

"Umar, Besok Kamu ikut pulang gak?" Indah bertanya sambil menggeser kursi. 

"Gak, Kak. Aku gak ikut pulang, Aku besok harus masuk kerja lagi, soalnya izinku sampai hari ini," jawab Umar.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel