Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 4 Penggerebekan Rahman

[Mas, Aku udah sampai di Jakarta, Aku menginap di Hotel Melati, nomer 37, lokasi hotelnya di seberang rumah sakit. Susul Aku kesini ya, Mas] 

Indah tampak gusar setelah membaca pesan yang dikirim Sulis. Indah terdiam, berpikir sejenak mencari cara agar bisa memata-matai Rahman. Setelah lama berpikir akhirnya Indah menemukan ide yang sangat cemerlang.

"Sejak bangun tidur Rahman mondar-mandir di depan pintu, sambil menggaruk kepalanya, Dia tampak kebingungan.

Indah tersenyum licik melihat sikap Rahman yang tampak kebingungan.

"Kamu kenapa, Mas? Aku perhatikan dari tadi Kamu seperti orang kebingungan, Kamu mau kemana, dari tadi mondar-mandir di depan pintu?" cecar Indah.

"Gak kenapa-kenapa, pengen jalan-jalan keluar kontrakan aja, jenuh di sini tiduran terus," jawab Rahman.

"Udah mau maghrib gini mau jalan-jalan, Mas? Besok pagi aja jalan-jalannya," ucap Indah.

Rahman menuruti perkataan Indah, kemudian masuk ke dalam kontrakan. Indah memandang Rahman yang mukanya masih tampak bingung. 

Sudah larut malam, tetapi mata Rahman belum juga terpejam, masih memikirkan bagaimana caranya agar bisa menyusul Sulis di hotel.

Keesokan harinya, Indah sibuk memasak di dapur, menyiapkan sarapan Rahman, selesai masak Indah mandi. Ketika keluar kamar mandi Rahman sudah tidak ada, Indah kebingungan mencari Rahman keluar kontrakan, tetapi tidak menemukan.

Indah kembali ke kontrakan, mengambil ponselnya, mencari kontak bernama Anton. Anton adalah tetangga di kontrakan Indah. Indah meminta bantuan kepada Anton untuk memata-matai Rahman. Setelah menemukan kontak Anton kemudian Indah mengirim pesan melalui aplikasi berwarna hijau.

[Suamiku sudah keluar dari kontrakan, apakah Kamu tadi membuntutinya?]

Semenit kemudian pesan Indah telah berganti dua centang biru.

[Sudah, Bu, beres. Ini aku sedang membuntuti Rahman, Dia berjalan menuju ke hotel]

[Baguslah, Aku siap-siap dulu nanti Aku nyusul kesitu. Kabari Aku kalau mereka sudah masuk kamar hotel!]

Lima menit kemudian Anton membalas pesan Indah. Anton mengabarkan kalau mereka sudah masuk kamar hotel. 

Indah berjalan santai menuju ke hotel, sambil menyusun rencana yang akan dilakukan untuk memberi pelajaran Rahman dan Sulis. Indah bersikap santai, Dia berhasil menguasai emosinya.

Sesampainya di hotel Indah menemui Anton. Indah memerintah Anton agar berjaga di luar dulu. Nanti setelah pintu kamar berhasil didobrak baru Anton diperbolehkan masuk mengambil foto dan merekam kejadian itu.

Indah masuk, bertemu resepsionis meminta agar dibukakan kamar nomor 37, tapi resepsionis itu menolaknya. Setelah mengobrol cukup lama dan menjelaskan kalau yang di kamar nomor 37 itu suami dan selingkuhannya, resepsionis itu menyetujui dan mengetuk pintu, tetapi tak ada jawaban sedikitpun dari dalam kamar.

Indah geram karena sudah menunggu lama tidak ada jawaban akhirnya Indah memaksa mendobrak pintu, berkali-kali tidak berhasil, kemudian resepsionis itu memanggil satpam hotel untuk membantu mendobrak pintu kamar.

Setelah pintu berhasil didobrak Indah nyelonong masuk, menghajar dan mencakar tubuh Sulis yang tanpa sehelai benangpun.

Rahman yang kondisinya lemah tidak bisa memisah, Dia tertegun menyaksikan Indah dan Sulis yang sedang beradu kekuatan.

Setelah puas menghajar Sulis, Indah meninggalkan Sulis dan Rahman. Indah lari ngumpet  di kontrakan temannya, Bu Ismi.

Sebelumnya Indah sudah berkenalan dengan Bu Ismi di rumah sakit, Bu Ismi sedang mengantar suaminya berobat. Bu Ismi datang jauh-jauh dari Kalimantan. Sebelum kejadian ini, Indah memang sudah curhat dan menceritakan masalah ini saya Bu Ismi.

Sampai di kontrakan Bu Ismi, Indah menangis histeris meluapkan emosinya. Dia tidak menyangka kalau Rahman nekat berbuat seperti itu lagi, bahkan kini dalam keadaan sakit parah dan besok jadwal pemasangan Ring di jantungnya.

Indah sudah mengalah mengesampingkan rasa sakit hatinya, dibela-belain mengurus dan mengantar Rahman berobat ke Jakarta, tetapi balasannya seperti ini.

Bu Ismi membuatkan teh hangat untuk Indah. Kemudian mengelus bahu Indah dan memberi nasehat untuk menenangkannya. 

Setelah Indah merasa tenang, Indah merogoh ponselnya di dalam tas. Mencari kontak Maria di aplikasi berwarna hijau kemudian menelponnya.

"Halo Maria, Kamu lagi dimana?" tanya Indah.

"Aku di rumah ini, Kak. Suara Kamu kok beda, seperti habis nangis, Kak?" balas Maria.

"Iya memang Aku habis nangis, tadi Aku sudah menggerebek Mas Rahman di hotel sama perempuan itu, Mar." Indah menjawab sambil terisak.

"Terus sekarang Kakak di mana? Tinggal pergi aja Mas Rahman, gak usah di urus orang kayak gitu, Kak. Udah dibela-belain malah gak tau diri, udah mati mati kelakuannya masih kayak gitu," geram Maria.

"Aku masih ngumpet di kontrakan temanku, Aku mau memberi pelajaran Mas Rahman, biar Dia mikir kalau Aku tinggal siapa yang bakal ngurus Dia, emang bisa sendiri," ujar Indah.

"Ya sudah, Kak gak apa-apa biarin aja, kasih pelajaran aja Mas Rahman. Nanti kalau Dia telpon gak usah dijawab, Kak! " perintah Maria.

"Tapi gimana, Mar? Besok, kan jadwal pemasangan Ring jantung, terus siapa yang mau menemani Mas Rahman?" jawab Indah. Meskipun kesal sama Rahman, Indah masih memikirkan nasib Suaminya itu.

"Nanti biar Aku telpon Umar, Mas Rahman biar ditemani Umar," tutur Maria.

Umar adalah sepupu Rahman, kebetulan Umar kerja di Jakarta.

Selesai menelpon Maria, Indah ke kamar mandi membersihkan diri, kemudian Bu Ismi mengajak makan Indah. Bu Ismi menasehati agar Indah sementara tinggal di kontrakan Bu Ismi untuk beberapa hari ke depan, Bu Ismi tidak merasa keberatan. 

Lewat tengah malam mata Indah belum juga terpejam. Indah masih ngobrol dengan Bu Ismi. Tiba-tiba ponsel Indah berdering, ada panggilan suara dari Rahman, tetapi Indah tidak mau menjawab telepon.

Lima menit kemudian ada pesan masuk di aplikasi berwarna hijau.

[Dek, kenapa telponku gak diangkat. Kamu sekarang dimana?]

Indah hanya membaca pesan itu, tidak berniat untuk membalas. Indah memilih tidur, sejenak melupakan kejadian tadi.

Bangun tidur Indah memeriksa teleponnya, banyak sekali panggilan tidak terjawab dan pesan masuk. Indah membuka pesan.

[Dek, aku mau ke rumah sakit, hari ini, kan jadwal pemasangan Ring jantung, Kamu gak mau menemaniku, Dek?]

Indah hanya membaca pesan kemudian meletakkan ponselnya lagi.

"Bener-benar gak tau malu, udah jelas salah, tapi gak mau minta maaf, eh … sekarang berani mengirim pesan seperti ini. Ternyata masih butuh Aku juga, kirain ditemani selingkuhannya itu setelah aku tinggal pergi," gumam Indah.

Indah belum berniat membalas pesan itu juga. Indah masih bingung, sebenarnya masih ingin memberi pelajaran Rahman, di sisi lain Indah juga gak tega kalau tidak menemani Rahman. Bagaimana pun juga Rahman masih suami sahnya.

Indah minta pertimbangan kepada Bu Ismi, apa yang harus dilakukan. Setelah ngobrol cukup lama, Bu Ismi memberi saran agar Indah menyusul Rahman ke rumah sakit. Tetapi jangan menemui Rahman dulu, cukup melihat dari kejauhan saja.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel