Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

4. Tawaran Menikah.

Aygul menatapnya tak berkedip, sementara pria di hadapannya dengan santai memandang ke luar seraya menghela napas panjang.

Vengo baru saja berkata sembarang, tetapi dia seolah-olah tak melakukan kesalahan apapun.

Meski akhirnya Vengo tak berbicara lebih lanjut, Aygul merasa ada sesuatu yang harus diluruskan. Jadi Aygul menarik diri, menyandarkan punggungnya pada kursi, menyambar segelas wine dingin.

Gluk!

Aygul hanya sedikit meneguk, selanjutnya hanya menggoyangkan gelas wine searah gantungan jam kuno.

"Maksud Pak Vengo adalah..." Aygul tak mengerti isi pikiran Vengo, dia mencoba memancing pengakuan pria itu sendiri.

"Apa kamu lajang?" Bukannya menjelaskan, Vengo malah balik bertanya.

Satu pekan berlalu, hubungan lama Aygul telah berakhir. Meski sebelumnya menangis meraung-raung, sekarang dia tak sama sekali merasakan cinta ataupun benci.

Jadi dengan yakin Aygul membalas, "Lajang."

Setelah menantikan pertemuan ini kembali dengan Aygul selama lima tahun lamanya, Vengo tak mau melewatkan kesempatan.Pria itu mengambil tisu, menggulungnya sampai berbentuk cincin kemudian menyodorkannya ke arah Aygul.

"Nona Aygul Fusun, menikahlah denganku!" Tatap Vengo serius.

Aygul melongo, gerakan gelas wine nya seketika terhenti. Namun, detik berikutnya gadis itu terkekeh-kekeh seraya menggelengkan kepala tak habis pikir.

"Aku tidak bercanda," tegas Vengo membuat tawa Aygul berhenti dalam sekejap.

"Ini hanya tisu tapi niatku asli," tambah Vengo.

Aygul bergeming, secara bersamaan jantungnya berdebar-debar namun pikirannya melayang ke mana-mana.

Satu tahun lalu... seorang Gao Nathan juga pernah mengatakan berniat menikahinya, tetapi tak berselang lama malah mengatakan orang tuanya tidak setuju.

Semua karena latar belakang Aygul!

Nathan berasal dari keluarga kaya raya, sementara Aygul bukan hanya tidak memiliki itu semua tapi juga hidup sebatang kara.

Saat itu Aygul merasa putus asa. Dia hampir mengakhiri hubungannya dengan Nathan. Hanya saja Nathan kembali meyakinkan, dia akan mengubah keputusan orang tuanya.

Tak disangka semua hanya omong kosong!

Satu tahun kemudian pria itu malah berpaling ke perempuan lain, pun tanpa lebih dulu mengakhiri hubungan lamanya.

Jika Aygul tak mendatangi pesta temannya malam itu, dia akan tetap tertipu oleh Nathan.

Sekarang, memikirkan masa lalu, Aygul tak begitu mempercayai ucapan pria manapun lagi. Terlebih, dia dan Vengo baru bertemu kali kedua ini.

"Jangan konyol! Pernikahan masalah serius." Tampaknya Aygul tidak tertarik mengiyakan ajakan Vengo.

"Kamu ingin melihat keseriusanku?" Bukannya mundur, Vengo malah semakin berani.

Aygul menatapnya beberapa saat kemudian menghela napas diikuti gelengan lemah. "Tidak per---"

"Aku serius!" Tegas Vengo. "Satu bulan lagi cincin tisu ini akan berubah menjadi cincin berlian, saat hari itu datang kamu boleh menjawab dengan benar."

Aygul terdiam.

Vengo melirik arlojinya dan beranjak bangun. Tanpa mengatakan apapun, dia sedikit membungkuk tanda berpamitan lalu pergi begitu saja.

Aygul masih diam di tempat.

Ting!

Berikutnya pesan masuk muncul di layar ponselnya.

[Taksi menunggumu di bawah]

Pada akhirnya Vengo tak mengantarkan Aygul ke apartemen, tetapi dia masih bertanggung jawab dengan memesankan taksi.

Tak berselang lama Aygul menyusul meninggalkan resto, menaiki taksi yang dipesan Vengo dan kurang dari 20 menit sampai di area parkir apartemen nya.

Setelah ke luar mobil, Aygul tak sengaja melihat motor Harley Davidson yang tak asing lagi di matanya.

Ketika pandangan gadis itu terangkat, benar saja seorang pria muncul, mencoba menghampirinya.

Dialah si Gao Nathan!

Tak suka akan kedatangannya, Aygul memutar bola matanya malas sekaligus berbalik acuh tak acuh.

"Gul!" Kejar Nathan.

Aygul tetap melangkah pasti, hingga Nathan pun mencekal pergelangan gadis itu.

"Gul! Kita harus berbicara!" desak Nathan tak sabar.

Aygul mau tak mau berbalik memicingkan mata. "Hm, tidak ada yang perlu dibicarakan di antara kita."

"Gul." Nathan tampak memelas.

Hal itu biasa dia lakukan ketika bertengkar dengan Aygul. Setelahnya Aygul mudah memaafkan, jadi Nathan percaya kali ini akan sama.

Tak disangka, Aygul malah semakin menunjukkan wajah jengkel.

Tak sampai disitu, Nathan mencoba menariknya dalam dekapan, karena tindakan itu yang paling bisa meluluh lantakan kemarahan Aygul.

Bug!

"Lancang!" Dan ternyata kemarahan Aygul tak terbujuk.

Belum sampai Nathan berhasil menarik Aygul dalam dekapan, gadis itu telah lebih dulu menendang perutnya.

"Ash," ringis Nathan, karena tendangan ahli bela diri seperti Aygul tentu saja menyakitkan.

"Sejak malam itu kita tak punya hubungan apapun lagi! Jika selanjutnya kamu masih menggangguku, aku tak segan-segan membuat wajahmu bonyok," kecam Aygul.

Nathan masih meringis-ringis, sementara Aygul bergegas pergi tanpa punya perasaan peduli sedikitpun.

"Gul! Aku terpaksa melakukan itu," teriak Nathan, "seperti yang kamu tahu sebelumnya, aku tidak akan menjadi ahli waris kalau tidak menikahi perempuan pilihan orang tuaku!"

Aygul tahu tapi tetap tak peduli, dia terus mengayunkan kakinya.

"Aku mencintaimu! Mari tetap lanjutkan hubungan ini meski secara diam-diam!" Kali ini Nathan yakin Aygul akan berbalik.

Benar saja. Namun bukan berbalik, melainkan berhenti di tempat.

Nathan merasa kalimat terakhir tadi sebagai umpan terampuh, dia tak sabar menambahkan, "Walau nanti aku menikahi perempuan lain tapi kita juga bisa tetap menikah!"

Maksudnya, Aygul menjadi yang kedua!

Aygul terkekeh lirih kemudian melanjutkan langkahnya lebih lebar nan pasti.

"Gul!" Panik Nathan. "Gul, berhenti!"

Aygul bukan hanya tidak peduli tapi seakan-akan tidak merasakan kehadiran Nathan. Gadis itu terus melangkah hingga sampai di unit apartemen nya dia baru berhenti, bersandar melepas penat.

***

"Ayah!"

Pulang rumah, Vengo disambut pelukan tangan kecil nan hangat putranya, Loi.

Segera Vengo membopong bocah itu, dan membawanya ke tepi kolam renang rumah mereka.

"Ayah ingin merilekskan tubuh, Loi bisa tunggu di sini atau kembali ke kamar," ujar Vengo seraya mendudukkan Loi di kursi pantai tepi kolam.

Hubungan antara ayah dan anak mereka sangat lengket!

Vengo kerap kali sibuk di luar, alhasil jarang punya waktu untuk Loi. Jadi ketika pria itu pulang, Loi akan menghabiskan waktu penuh bersamanya.

"Loi mau lihat Ayah renang!" Semangat Loi. "Loi juga mau berenang."

"Besok." Vengo mengusap gemas rambut bocah laki-laki itu lantas berbalik, menanggalkan celana dan kemeja putihnya.

Byur!

Selanjutnya pria itu menceburkan diri ke dasar kolam, berenang lebih dari dua putaran, baru menepi menghampiri Loi.

"Loi, minta Bibi buatkan jus jeruk kesukaan ayah!" perintah Vengo.

"Oke." Loi membulatkan kedua jarinya, dan berlari kecil memasuki rumah.

Vengo menduduki kursi pantai. Dalam diam, dia membayangkan wajah Aygul.

Teringat tindakan tanpa pikir panjang sebelumnya, Vengo merasa sedikit menyesal. Dia pikir, seharusnya memberi Aygul waktu mengenal dirinya lebih jauh dulu. Namun, Vengo terkesan tak sabaran.

Sekarang Vengo khawatir kalau bulan depan Aygul akan menolak tawarannya menikah secara mentah-mentah.

Vengo tertunduk. "Payah!"

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel