Pustaka
Bahasa Indonesia

KESAYANGAN DUDA!

106.0K · Tamat
Zhang Ayu
96
Bab
5.0K
View
9.0
Rating

Ringkasan

Hanya gadis miskin dan sebatang kara! Setiap orang mengira Aygul hanyalah si miskin yang gila uang tapi di hari setiap orang mengolok-oloknya karena tak punya apa-apa... sales dealer mobil tak dikenal mendadak datang. "Nona Aygul, Audi a8 milik anda sudah siap, bagaimana kalau kamu pergi mencobanya dulu, jika tidak suka kamu berhak mengganti dengan mobil lain."

RomansaBillionaireIstriDewasaAnak KecilCinta Pada Pandangan PertamaPernikahanWanita Cantik

1. Dipermalukan.

Jeder!

Guntur menggelegar, memadu gelap malam tanpa bintang.

Aygul duduk di trotoar, tertunduk dengan rambut tergerai menutup seluruh wajahnya.

Pundaknya naik turun tak menentu, diikuti isak tangis riuh rendah, diikuti rintik-rintik menghujani.

Beberapa jam lalu, dia pergi ke sebuah pesta yang diadakan temannya. Tak mengira malah menemukan pria yang dipacarinya selama dua tahun ini sedang bermesraan dengan wanita lain.

"Kamu berselingkuh!" Marah dan sedih seketika menyelimuti perasaan Aygul.

Rasa-rasanya dia ingin mengamuk sekaligus menangis di hadapan mereka, tetapi entah kenapa air matanya enggan turun. Hanya meninggalkan tatapan murka dengan kemarahan meluap-luap dalam dada.

"Maaf, kita tak bisa melanjutkan hubungan ini." Tanpa basa-basi lebih dulu, pacar Aygul langsung saja mengakhiri hubungan.

Aygul tercengang juga merasa konyol!

Mereka telah bersama selama dua tahun ini. Dua tahun bukan waktu yang singkat, tapi pacarnya itu memutuskan dirinya seolah-olah dia baru mengenal Aygul kemarin sore.

"Seperti yang kamu tahu, orang tuaku menginginkan menantu yang setara." Kemudian pacarnya menambah dengan suara merendah... hanya saja sejak kedatangan Aygul musik pesta sudah berhenti, bahkan tatapan semua orang memusat padanya.

Pengakuan pacar Aygul otomatis didengar semua orang!

Dalam sekejap mereka langsung berbisik-bisik dengan tatapan mengolok-olok.

Aygul merasakan itu!

"Selain tidak punya kekayaan, kamu tidak memiliki keluarga. Apa kata orang jika seorang Gao Jonathan menikahi gadis tanpa keluarga?"

Masih belum cukup, pacar Aygul yang bernama Nathan itu menambahkan, "Cukup sampai di sini, Gul. Terima kasih untuk dua tahunnya."

Aygul spontan terkekeh dengan mata berkaca-kaca.

"Bagus! Akhirnya otakmu tercerahkan!" timpal teman Nathan.

Tak mau kalah, beberapa juga ikut bersuara!

"Meski cantik, status keluarganya tidak jelas. Kamu layak memutuskan hubungan buruk itu."

"Biarkan dia mendapat pasangan yang setara dengannya!"

"Ck! Akhirnya kalian putus. Hartamu aman, Than!"

Sebagian besar orang di sini terus menerus mengintimidasi Aygul. Meski gadis itu kuat menahan segala cemooh selama bertahun-tahun ini, dia tak rela setiap orang punya kesempatan menghinanya.

"Baik!" Dan secara lantang Aygul membalas. "Mulai detik ini hubungan kita selesai!"

Tak membiarkan Nathan maupun yang lain berbicara lebih jauh, Aygul berbalik melenggang pergi.

Sekarang dia berhenti di tepi jalan usai melangkah tanpa arah.

Malam ini terasa begitu melelahkan. Dia duduk tertunduk, tak terasa bulir-bulir bening mulai membanjiri pipinya.

Hiks!

Pada akhirnya Aygul tak tahan. Dia terisak-isak sampai pundaknya bergoyang tak beraturan.

Jeder!

Ditambah hujan mengguyur, seakan-akan langit turut merasakan perasaan Aygul.

"Kakak, tolong!" Dan tiba-tiba saja suara kecil seperti akan menangis memenuhi telinga Aygul.

Kepala Aygul reflek terangkat, tangisannya menghilang dalam sekejap.

Benar saja. Seorang bocah laki-laki bersetelan jas basah kuyup berdiri di hadapan Aygul. Mata dan ujung hidungnya merah, tetapi wajah bulat miliknya itu terlihat pucat.

Aygul merenung. Seorang bocah keluyuran di malam hari begini, apa benar-benar manusia?

"Kakak! Tolong aku." Dan si bocah kembali bersuara.

Aygul mengusap matanya beberapa saat kemudian menatap bocah laki-laki itu secara serius. "Ada apa? Kenapa kamu hujan-hujanan semalam ini?"

Si bocah mengeluarkan kartu nama dari kantong jas hitam nya. "Kakak punya ponsel, tolong hubungi ayahku."

Aygul mengernyitkan alis. Hanya saja dia tidak berpikiran banyak. Gadis itu mengambil alih kartu nama yang disodorkan si bocah.

Aygul tak memperhatikan nama pemilik kartu, fokusnya hanya pada nomor tertera dan dia lekas menghubungi nomor tersebut.

Dalam hitungan detik panggilan tersambung, bahkan suara pria tampak terburu-buru menyambar lebih dulu.

"Halo!"

Sembari menatap si bocah, Aygul menjawab ragu-ragu. "Ha--halo."

Hening!

Aygul melihat layar ponselnya untuk memastikan panggilan masih terhubung.

"Anu, ada bocah laki-laki yang memintaku menghubungimu," lanjut Aygul.

"Dimana posisi kalian sekarang?" tanya seseorang di seberang ponsel.

Aygul mengedarkan mata lalu baru terkejut karena ternyata dia sudah berjalan begitu jauh dari lokasi pesta.

"Di seberang Restoran Huang Jiaguo," jawab Aygul.

Sebagian besar penduduk Nanjing mengetahui restoran ini.

"Tunggu di sana!"

Tak butuh waktu lama setelah panggilan berakhir, seorang pria bersetelan jas serba hitam datang seraya membawa payung hitam. Langkahnya lebar, tatapannya resah dan awas.

"Ayah!" seru si bocah laki-laki.

Aygul reflek melihat ke bocah lalu melihat pria yang saat ini mendekat ke arah mereka.

Lantas, satu meter di hadapan Aygul, pria pembawa payung itu mengangkat sedikit lebih tinggi payungnya, sehingga wajahnya terekspos.

Pandangan Aygul langsung bersitemu dengannya!

Sesaat mereka seakan-akan terjebak dalam berhentinya waktu!

Di antara mereka, si bocah laki-laki menatap keduanya secara bergantian sembari mengerutkan alis kemudian menarik lengan sang pria dengan kesal.

"Ayah! Aku kedinginan!"

Barulah pria; ayah si bocah terkesiap, begitu pula dengan si Aygul.

Segera pria setinggi 192 cm itu membopong si bocah laki-laki tapi kembali fokus pada Aygul.

"Terima kasih telah membantunya," ucap pria tersebut.

Aygul hanya balas tersenyum membungkuk kemudian berbalik berniat pergi.

Belum sampai dua langkah, pria di belakangnya berseru, "Kamu basah kuyup! Silahkan pakai ini."

Aygul menoleh.

Pria yang sama mengulurkan jas hitam yang barusan dipakai. Jas itu masih kering, lagi pula dia mengenakan payung sejak tadi.

Menerima barang asing bukan kebiasaan Aygul, gadis itu langsung menolak. "Tidak, terima kasih."

Tak disangka, pria itu malah memaksa. "Pakai saja! Gaunmu terlalu memberi kesempatan."

Spontan Aygul memperhatikan penampilannya sendiri.

'Shit!' Dalam hati Aygul mengumpat, ini karena dia baru menyadari gaun yang dikenakan, yakni gaun tanpa lengan setinggi lutut.

"Ambilah!" Jas hitam itu diserahkan dengan paksaan.

Selain ternyata membutuhkan, Aygul merasa tak enak hati. Jadi dia bergegas mengenakan jas hitam tersebut.

"Terima kasih, besok pasti akan kukembalikan," ucap Aygul.

"Tidak perlu. Jika kita bertemu kembali, mari makan bersama saja sebagai gantinya."

"Ehh?"