Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

PART 04

“Hm...?” Jasman menatap heran terhadap si Tuan Arogan. Heran bercampur jengkel. Namun ia mencoba bersabar dan berkata dengan nada rendah, "Ah, sorry, Tuan Arogan, saya mulanya tak mau peduli urusan sampean dengan Mbaknya. Tetapi karena sampean mau bertindak zalim terhadap Mbaknya, maka sebagai manusia yang beradab saya harus peduli dan mencegahnya. Ingat, Bos, mencegah dengan ikut campur itu adalah dua hal yang berbeda!"

"Ah, pandai berceloteh kau!"

“Eits! Jangan coba-coba meremehkan saaya...!” Jasman meletakkan teluncuknya di depan mulutnya. “Saya ini seorang calon sarjana, bukan calon balita!”

Lalu kepada si wanita yang dizalimi Jasman menoleh dan bertanya, "Maaf, apakah Mbak butuh semacam perlindungan dari saya? Jika Mbak memberi saya semacam kuasa untuk melindungi Mbak, maka saya siap memberinya dengan ikhlas lillahi ta ala. Bukannya apa-apa, karena saya sangat benci kepada laki-laki yang sok perkasa kepada perempuan macam ketiga banci dongok ini"

Mendapat tawaran pertolongan perlindungan dalam situasi yang sangat dibutuhkannya seperti saat ini, tentu si wanita muda tak menyia-nyiakannya. Dan tanpa ditawari untuk kedua kalinya, wanita yang memiliki wajah mirip-mirip wajahnya artis Dian Sastrowardoyo itu berkata, "Iya Mas, lindungi saya. Saya sangat takut...!"

Lalu tanpa sungkan ia berdiri di belakang Jasman dan memegang lengan jaket si pemuda dengan erat.

"Sampean sudah dengar kan?” ucap Jasman kepada laki-laki gendut yang ber-tuxedo. “Mbaknya ini sudah meminta saya untuk melindunginya. Artinya, sampean sejak saat ini jangan pernah berpikir lagi untuk mengganggu hidup beliau. Jika tidak, sampean dan dua cecunguknya sampean itu akan berhadapan dengan saya. Paham!?"

“Ah, bocah calon sarjana yang sombong!” bentak si Tuan Arogan. Lalu satu anggukan pelan kepalanya menjadi sebuah kode kepada kedua body guard-nya agar melakukan suatu tindakan.

Kedua body guard-nya yang bertampang garang yang barusan disebut oleh Jasman sebagai cecunguk itu pun paham dengan kode itu, dan tanpa membuang-buang waktu lagi keduanya langsung menyerang Jasman secara serentak dengan mengiblatkan tendangan keras ke arah Jasman.

Sebagai seorang pemegang sabuk hitam dari beberapa aliran ilmu beladiri, Jasman sudah sangat paham dengan serangan seperti itu. Dan di luar perkiraan kedua body guard, dengan satu gerakan tendangan menyamping yang sangat cepat, kakinya mendahului gerakan kaki dari kedua lawannya, dan tepat menghantam dada dan rahang kedua musuhnya secara beruntun dan sangat keras.

Buggh!!

Heggh!!

Tak ayal, tubuh kedua sang body guard mencelat ke belakang dan jatuh bertumpangan di samping pintu masuk kedai. Kejadian itu membuat semua yang ada dalam kedai itu sontak berteriak histeris dan berhamburan keluar.

Tetapi hebatnya, walaupun keduanya merasakan keras dan sakitnya bagian tubuh tendangan si pemuda, tetap juga keduanya bangkit sembari menatap tajam kepada Jasman dengan wajah yang menampakkan amarah hatinya yang luar biasa. Lalu tanpa dikomando lagi keduanya pun kembali maju ke depan untuk melakukan serangan terhadap Jasman.

Belum lagi keduanya sempat melancarkan serangan, dengan gerakan cepat Jasman mengambil segelas air teh di atas meja panas milik pelanggan restoran, lalu air teh panas itu disiramkan kewajah kedua lawannnya.

Keduanya cepat menutup wajahnya dengan pergelangan tangannya masing-masing, namun justru saat itu satu tendangan lurus keras dan kilat Jasman kembali menghantam rahang mereka. Keduanya terpental ke belakang dan jatuh membentur lantai restoran yang terbuat dari marmar hitam.

Si Tuan Arogan amat tercekat. Bagaimana bisa kedua body guard andalannya itu dua kali menderita hanya dengan gerakan satu kaki si pemuda? Dia semakin sadar, bahwa si wanita cantik yang dikejarnya sedang mendapat pertolongan dari malaikat maut yang berwujud seorang pemuda!

Mungkin karena gengsi atau memang sudah terlanjut sombong, si Tuan Arogan bukannya ciut nyalinya. Amarahnya masih tersangkut di ubun-ubun kepalanya. Dengan sebuah sikap pengecutnya, ia mencoba memanfaatkan kelengahan si ‘malaikat maut’, dan dengan sebuah gerakan cepat ia mengarahkan pukulan hook tangan kanan ke leher samping si pemuda.

Akan tetapi betapa kagetnya si Tuan Arogan, dengan gerak refleks si pemuda menahan kepalan tangannya dengan punggung tangannya, lalu...dengan cepat pula tangan si pemuda menghantam ke samping, mendarat keras di perut bagian sampingnya.

Buggh...!!

Tubuh si Tuan Arogan langsung hilang keseimbangannya. Namun sebelum tubuh besarnya itu jatuh, dengan cepat Jasman menangkap pergelangan tangannya dan memelintirnya ke samping disusul oleh dengan sentakan kakinya untuk menghantam bagian lipat pahanya si Tuan Arogan.

Si Tuan Arogan langsung menjerit keras. Rasa nyeri yang luar biasa terasa di sendi lengan kanannya. Wajahnya meringis seperti seseorang yang baru menenggak jamu terpahit dari pahan sambiloto dan brotowali.

“Kalau sampean tak menyerah dan tak meminta maaf kepada Mbaknya ini, saya dengan sangat mudah untuk melepaskan tangan sampean ini dari sendinya!” ancam Jasman.

Saat ekor matanya melihat gelagat kedua body guard yang hendak menyerangnya kembali, Jasman langsung menoleh dan memandangi kedua laki-laki itu dengan tajam dan, “Kalian diam di situ! Jika tidak, tangan bos kalian ini akan lepas dari sendinya!”

“I-ya, iya...!”ucap keduannya sembari memperlihatkan kedua belah tapak tangan mereka, meminta agar Jasman tidak semakin memelintir tangan bos mereka.

Tapi pelintiran Jasman justri makin dikuatkan sehingga membuat si Tuan Arogan tambah menyerit kesakitan.

“Oke, oke...saya menyerah...!” ucapnya dengan wajah meringis. “Tolong lepaskan tangan saya. Auw...!”

“Bukan saja menyerah, tapi sampean harus meminta maaf dulu kepada Mbaknya ini!” bentak Jasman.

“Iya, iya...saya minta maaf...!”

Melihat wajah si Tuan Arogan yang memandanginya dengan memelas, Jasman jadi iba juga. Dia pun melepaskan pelintiran dan injakannya pada lipat pahanya. “Sampeyan tolong segera pergi dari sini! Bawa pergi kedua pengawal bancimu itu dari sini! Mau muntah saya melihat tampang mereka!”

Tanpa banyak bicara, si Tuan Arogan langsung mengajak pergi kedua body guard-nya dengan membawa rasa malu yang sangat, tentunya.

***

Sepeninggal ketiga laki-laki yang mendatanginya itu, si wanita cantik tiba-tiba memeluk lengan kiri Jasman dan mengucapkan terima kasih yang sangat. "Saya takut sekali, Mas. Dia laki-laki gila. Dia tak segan-segan untuk menyakiti kapan dan di mana pun."

Mungkin karena beban batinnya terasa demikian berat, si wanita cantik pun terisak sembari menempelkan wajahnya di lengan Jasman, anak muda yang baru saja dikenalnya dan telah menolongnya.

"Mbak...silakan menangislah agar berkurang beban di batinnya Mbak," ucap Jasman dan tanpa sungkan-sungkan untuk membiarkan lengan kekarnya untuk menjadi muaranya air mata si wanita. "Tapi saya jamin, selama saya masih berada di dekatnya Mbak, insha Allah Mbak akan aman-aman saja."

"Iya Mas, sekali lagi saya berterima kasih kepada Mas." sahut si wanita sembari mengusap air matanya dengan menggunakan tisu dalam genggamannya.

"Iya, sama-sama, Mbak. Mbak nggak usah takut lagi, mereka sudah pergi."

Si wanita memandang kepada Jasman dan disambut dengan sebuah anggukan pelan dari Jasman.

Namun, dari mimik yang ditampakkannya, Jasman dapat menangkap bahwa si wanita cantik masih takut dan gugup, atau bahkan mungkin tengah mengalami semacam trauma psikis.

Lalu dengan sikap yang sopan Jasman bertanya, "Mbak mau pulang atau di sini dulu."

"Saya mau pulang saja, Mas. Kalau saya boleh minta tolong lagi, Mas temani saya pulang, ya?"

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel