Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

The Wedding

Tanpa terasa waktu terus berjalan. Mereka telah selesai makan malam bersama semenjak dua jam yang lalu. Akhirnya, Sam dan Wulan pamit untuk pulang kembali ke apartemen.

“Ternyata kamu pintar juga rupanya,” ucap Sam saat mobil perlahan telah meninggalkan halaman mansion.

“Biasa saja. Itu bukan akting, kok. Aku memang begitu jika bertemu dengan orang tua. Tidak terkecuali dengan orang tuamu juga,” jelas Wulan dengan jujur.

“Baguslah. Semoga kedepannya tidak ada rintangan. Semoga saja Ayah tidak merasa curiga dengan semua permainan kita,” ucap Sam dengan penuh harap. Sedikit beban dikepalanya mulai berkurang setelah mempunyai kesepakatan dengan Wulan.

“Hmm, semoga saja semuanya akan berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Meskipun, hati kecilku menolak untuk melakukan semua ini.” Wulan menghembuskan napasnya yang terasa sesak. Entahlah, pikirannya masih belum stabil jika memikirkan semua kebohongan yang telah mereka ciptakan. ‘Semoga saja semua ini cepat berlalu,’ harapnya di dalam hati.

“Dijalani saja, nantik juga akan terbiasa,” bujuk Sam untuk menenangkan perasaan Wulan.

***

Langit terlihat sangat cerah dengan sedikit awan yang menaunginya. Sam sudah bersiap dengan setelan kantornya, kemeja putih plus jas berwarna hitam pekat yang menjadi pakaiannya pagi ini. Dia berjalan menuju dapur, saat dilihatnya Wulan yang sibuk di dapur.

“Lagi ngapain, Lan?” tanyanya saat sampai di dapur.

“Lagi konser. Pastinya bikin sarapan lah kalau di dapur gini,” ucap Wulan.

Wulan bersiap untuk menikmati sarapannya dengan menu roti bakar yang di kasih slai blueberry kesukaannya, dan minuman secangkir teh hangat. Semua itu sudah masaknya sendiri dari setengah jam yang lalu.

“Untuk aku mana?” tanya Sam polos begitu melihat cuma satu porsi makanan yang dibuat oleh Wulan.

“Kakak mau juga? Kirain tidak mau, makanya tidak aku bikin. Ya sudah, ini buat Kakak duluan karena mau berangkat kerja,” ucap Wulan menyodorkan piringnya seraya berdiri menuju dapur kembali untuk membuat sarapan untuk dirinya.

Sam menikmati menu sarapannya dengan tersenyum bahagia. Bahagia banget rasanya ada yang membuatkan sarapan seperti ini. Dan rasanya juga sangat enak. Biasanya dia tidak pernah sarapan dirumah.

“Enak banget, Lan,” ucap Sam sambil menikmati roti bakar.

“Cuma roti bakar doang dibilang enak banget, kayak tidak pernah makan roti bakar saja,” gurau Wulan.

“Aku memang sangat jarang makan roti bakar,” ucap Sam dengan jujur sambil meminum teh hangat. Kerongkongannya terasa segar setelah disiram oleh dua tegukan air teh hangat. Padahal selama ini Sam adalah orang yang tidak suka dengan teh. Dia lebih menyukai kopi daripada teh. Tetapi, hari ini terasa lain. Tehnya terasa sangat enak di lidahnya, mungkin karena Wulan yang membuat dan menghidangkannya. Sam menggelengkan kepalanya dengan cepat saat menyadari pikirannya yang sudah melayang layang.

“Aku berangkat dahulu, Lan. Nanti Mamah akan menjemputmu untuk mencari baju nikah,” jelas Sam.

“Baiklah,” jawab Wulan singkat dengan patuh, tanpa penolakan maupun bantahan, yang membuat Sam sedikit terkejut.

Wulan mengantarkan Sam sampai keluar dari kawasan apartemen. Setelah mobil yang membawa Sam menuju kantor menghilang dari pandangan matanya, Wulan segera kembali ke unitnya untuk bersiap siap jika nantik dijemput oleh orang tua Sam.

Tepat jam sebelas siang, Hadiana telah sampai di apartemen anaknya. Wulan segera berjalan menuju Hadiana saat dilihatnya wanita itu sudah berada di dalam apartemen.

“Sama siapa, Mah?” tanya Wulan seraya berjalan menuju tempat Hadiana berdiri.

“Sendirian saja, sayang,” jawab Hadiana dengan tersenyum.

“Kita langsung berangkat saja,” ucap Hadiana saat melihat Wulan yang sudah selesai berkemas.

Mereka keluar dari apartemen menuju butik langganan Hadiana. Sebuah butik yang menjual barang barang mewah dan berkualitas dengan harga yang tinggi. Wulan sampai takut untuk memilih gaun yang akan dipakai untuk acara pesta nantinya karena melihat label harga yang tertera pada gaun sangatlah tinggi.

Tetapi, Hadiana langsung memilih beberapa gaun untuk Wulan saat dilihatnya Wulan yang hanya diam saja.

***

Hari pernikahan Sam dan Wulan akhirnya tiba. Tidak seperti pernikahan pada umumnya yang terlaksana atas dasar saling mencintai akan tetapi pernikahan Sam dan Wulan terlaksana berdasarkan sebuah kesepakatan yang telah mereka sepakati.

Dua manusia yang tidak saling mengenal sebelumnya, jangankan untuk saling mencintai saling mengenal saja tidak, sekarang akan terikat di dalam sebuah tali pernikahan.

Sam mengucapkan ijab qobul dengan jelas. Akhirnya, mereka telah sah menjadi sepasang suami istri yang sah dimata agama dan juga sah dimata hukum.

Kini para tamu undangan sudah menanti kedatangan dari mempelai wanita yang belum muncul.

Dengan balutan gaun pernikahan berwarna gold mewah, Wulan tampak begitu cantik dan anggun, tamu undangan terlihat terpesona dengan kecantikan Wulan. Begitu juga dengan Sam tentunya, mata Sam tidak lepas memandang Wulan yang sedang berjalan kearah dirinya.

Dengan di damping oleh Hadiana, Wulan berjalan menuju Sam dengan langkah pelan. Jantung Wulan berdetak lebih kencang ketika melihat pria dengan tuxedo gold yang berdiri di depan sana, yang sekarang sudah resmi menjadi suaminya.

Sam tersenyum ketika Wulan sudah berdiri di hadapannya, pria yang sekarang sudah menjadi seorang suami itu mengulurkan telapak tangannya meminta Wulan untuk menggandeng tangannya.

Wulan tersenyum menyambut uluran telapak tangan Sam, mereka berjalan menuju kursi pelaminan. Seketika para tamu undangan, bersorak gembira seakan ikut merasakan kebahagian yang tengah menyelimuti pasangan berbahagia itu.

Wulan merasakan pelupuk matanya memanas karena rasa haru yang mendera. Dia berusaha dengan sekuat tenaga agar air matanya tidak keluar. Wulan tidak menyangka nasib telah membawanya untuk menjadi seorang istri dari pria sekaya Sam, meskipun pernikahan mereka tidak didasari perasaan saling mencintai karena hal itu hanya mereka berdua yang mengetahuinya.

Dihari pernikahannya yang cuma dihadiri oleh Bapak saja, karena keadaan Keyza yang masih belum pulih. Wulan melihat ayahnya yang menangis bahagia di sudut ruangan.

“Maafin Wulan Pak, karena sudah berbohong dengan semua ini,” lirih Wulan dengan menelan rasa pahit di kerongkongannya. Wulan merasa berdosa karena sudah membohongi orang tuanya. Tetapi, bukankah hidup membutuhkan jalan, dan jalan inilah yang telah di pilih oleh Wulan.

***

Setelah melewati hari yang panjang menjadi sepasang pengantin. Akhirnya Sam dan Wulan bisa bernafas lega ketika mereka sudah menginjakkan kaki kembali di apartemen mewah milik Sam.

Setelah resmi menyandang predikat sebagai istri Sam, Wulan menjalankan semua kewajibannya sebagai seorang istri pada umumnya. Meskipun pernikahan mereka hanya sebuah perjanjian rahasia, akan tetapi Wulan memutuskan untuk tetap menjalankan kewajibannya sesuai ketentuan agama kecuali ‘kontak fisik’ tentunya.

Seperti pagi ini, setelah selesai salat shubuh. Wulan terlihat berkecimpung dengan alat masaknya tanpa memedulikan Sam yang dari tadi memperhatikannya.

Sam tersenyum memperhatikan Wulan. Seakan mereka seperti pengantin baru yang tengah bahagia. Wulan tampak tanpa beban menjalani dan mengerjakan semuanya di dapur.

“Masak apa, Lan?” tanya Sam saat sampai di dapur.

“Nasi goreng untuk sarapan kita, Kak. Kakak sudah selesai?” tanya Wulan tanpa menoleh kepada Sam yang masih memakai kaus oblongnya.

“Sudah,” jawab Sam seraya menarik kursi yang ada di meja makan.

“Sebentar ya, Kak. Duduk dahulu. Bentar lagi selesai,” ucap Wulan yang masih sibuk dengan kegiatannya.

“Mau kopi atau teh?” tanya Wulan sambil melihat ke arah Sam.

“Kopi saja,” ucap Sam tanpa menoleh dari layar ponsel yang di pegangnya.

Wulan segera membuatkan secangkir kopi untuk Sam. Wulan mengambilkan piring dan mengisinya dengan nasi goreng dan memberikannya kepada Sam.

“Sarapan dahulu, Kak,” ucap Wulan pelan.

Sam menikmati nasi goreng buatan Wulan yang terasa enak. Sepertinya lidah Sam sudah terbiasa dengan masakan Wulan. Wulan pintar memasak karena dia pernah bekerja di restoran. Jadi tau bagaimana cara memasak yang enak.

“Kakak tidak kerja sekarang?” ucap Wulan saat melihat Sam yang masih dengan pakaian rumah.

“Tidak. Hari ini kita mau ke kampus tempat kamu akan kuliah. Kita mendaftar sekarang, dan sekalian membeli semua perlengkapan untuk kuliah nantinya. Pekerjaan dikantor sudah ditangani oleh asisten aku,” jelas Sam.

“Terima kasih banyak, Kak. Kakak baik banget,” ucap Wulan dengan senyuman yang merekah di bibirnya. Jantung Sam berdetak dengan sangat kencang saat melihat senyuman manis tersebut.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel