Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Perjanjian Rahasia

Setelah berpamitan dengan keluarga, Sam dan Wulan berangkat menuju Bandara untuk terbang menuju Jakarta. Sesampainya di Jakarta, Sam membawa Wulan ke apartemennya terlebih dahulu. Selama seminggu kedepan dia akan memprospek Wulan dalam rencananya.

“Aku tinggal di mana, Kak?” tanya Wulan setelah memasuki apartemen mewahnya Sam.

Wulan mengedarkan pandangannya secara berkeliling. Seumur-umur, ini adalah hal baru baginya. Untuk pertama kalinya dia memasuki sebuah apartemen, terlebih yang mewah seperti ini.

“Ya disinilah, Lan. Trus kamu mau tinggal di mana lagi kalau bukan di sini?” Sam menjawab dengan suara yang tenang. Sekilas dia menoleh ke arah Wulan yang mengikuti langkah kakinya.

“Kakak tinggal di sini juga?” Wulan kembali bertanya dengan polosnya. Dia menatap Sam dengan terkejut.

“Sudah jelas ini apartemen saya, malah nanya!” gerutu Sam.

Wulan berjalan ke kamarnya yang berada di sebelah ruang santai. Kamar yang luas dengan kasur yang empuk.

Wulan merasakan tubuhnya yang sudah panas dan lengket karena keringat mengingat perjalan jauh yang telah mereka tempuh. Dia memutuskan untuk mandi terlebih dahulu.

Wulan berendam air hangat di bathub, dia memainkan busa sabun. Sambil memikirkan hal apa yang akan terjadi selanjutnya. Wulan yang awalnya merasa terpaksa menerima tawaran Sam seketika berubah pikiran saat melihat Sam yang berubah menjadi lebih baik kepadanya.

“Ternyata dia bisa baik juga. Apa ini pilihan yang tepat?” gumamnya sendirian seraya memejamkan matanya dengan pelan.

Wulan menyingkirkan pemikiran yang macam-macam yang melintasi pikirannya. Fokusnya sekarang cuma satu, yaitunya kuliah dengan rajin biar bisa mendapatkan pekerjaan yang bisa menjamin masa depan dirinya dan keluarganya dimasa yang akan datang.

Tok tok tok

Suara pintu kamar mandi di ketuk Sam dari luar. Mata Wulan melebar mendengar sahutan Sam.

“Kamu tidur atau mandi di dalam? Sudah hampir satu jam belum juga selesai?” teriaknya dari luar.

“Sebentar,” jawab Wulan mempercepat mandinya.

“Cepatlah sedikit, ada banyak hal yang harus kita bicarakan,” ucap Sam.

Wulan segera keluar dari kamar mandi setelah memakai pakaiannya yang tadi dibawa ke dalam kamar mandi. Wulan berjalan menuju Sam yang duduk membelakanginya.

“Ada apa?” tanya Wulan lembut.

“Duduklah,” ucap Sam begitu melihat Wulan datang. Pria itu lantas menaruh ponselnya di atas meja, dan memberikan selembar kertas kepada Wulan.

“Ini apa?” tanya Wulan sambil menatap bingung kertas yang diberikan Sam padanya.

“Surat kontrak pernikahan. Kemarin kan sudah aku sampaikan,” ucap Sam dengan tenang. Dia menatap Wulan sekilas.

Kening Wulan mengernyit tak paham, “Maksudnya?”

“Aku sudah punya kekasih. Namanya Jedar. Akan tetapi keluarga aku tidak menyukai Jedar. Orang tuaku menyuruh menikah dengan wanita lain. Jika tidak, maka semua asset dan fasilitas yang aku nikmati sekarang bakalan dicabut.”

Sam menarik napas panjang sebelum melanjutkan kata-katanya lagi, sedangkan Wulan hanya diam menyimak penjelasan yang disampaikan Sam.

“Sekarang pilihannya jatuh kepada kamu. Minggu depan kita akan melangsungkan pernikahan. Dalam tiga hari ini kamu harus memahami semuanya. Jangan sampai orang tuaku mengetahui bahwa pernikahan kita nantinya hanyalah sebuah sandiwara,” terang Sam.

“Trus apa yang harus aku lakukan?” tanya Wulan yang mulai paham.

“Kita akan menikah cuma dalam waktu dua tahun kedepan. Kamu tanda tangani surat perjanjian itu. Tuliskan semua keinginan kamu dibelakangnya,” ucap Sam.

Mata Wulan melebar mendengar penjelasan Sam. Sekarang dia baru mengerti dan sangat paham. Ternyata pernikahan yang akan dilakukan cuma bohongan.

Sam memanfaatkan dirinya demi fasilitas hidup mewah yang bisa dinikmatinya. Ada rasa kecewa di sudut hatinya saat mengetahui bahwa semuanya hanya sandiwara belaka.

“Baiklah,” senyum Wulan dengan sangat bahagianya.

“Permintaanku cuma dua kok. Aku ingin kuliah dan kita tidak akan terlibat dalam ‘kontak fisik’,” ucap Wulan pasti.

“Yakin, cuma segitu doang? Tidak ada yang lain?” tanyanya lagi dengan kening berkerut.

“Itu saja cukup. Jika permintaanku terkabulkan, aku akan melakukan apa saja untukmu kecuali ‘kontak fisik’,” tegas Wulan seraya mengacungkan dua jarinya ke udara seperti tanda kutip.

“Itu masalah gampang karena aku tidak akan pernah melakukan hubungan jika tidak dilandasi rasa cinta. Lagian, aku juga tidak menginginkan kamu mengandung anak dariku,” jawab Sam.

“Semua hanya untuk antisipasi saja. Aku berharap semoga kita bisa memegang ucapan dan janji masing-masing,” balas Wulan dengan suara yang bergetar karena mendengar jawaban Sam. Ada luka dihatinya saat mendengar penjelasan Sam. Akan tetapi, luka itu hanya sebentar karena selanjutnya dia bisa tersenyum kembali karena merasa di untungkan dengan adanya perjanjian tersebut.

“Baiklah kalau begitu. Tanda tangan di sini,” jawab Sam sambil memberikan pena kepada Wulan.

Dengan cepat Wulan menandatangi surat perjanjian tersebut dan menuliskan permintaannya dibelakang perjanjian.

“Perjanjian ini hanya untuk kita berdua. Ingat, jangan sampai ada orang lain yang mengetahui perjanjian ini. Apalagi keluarga kita! Katakanlah hal ini semacam our secret agreement.” Sam menambahkan penjelasannya.

“Baiklah. Satu lagi, jangan membawa perasaan ke dalam hubungan kita. Semuanya akan rumit jika sudah menyangkut perasaan,” ucap Wulan menambahkan.

“Kamu tenang saja, aku tidak akan mungkin jatuh cinta kepadamu karena aku sudah memiliki kekasih yang lebih sempurna dari kamu,” jawab Sam dengan tajam untuk meyakinkan Wulan. Yah, Sam tidak mungkin akan jatuh cinta kepada Wulan nantinya

“Deal,” kata Wulan dengan senyuman indahnya.

“Bagus, mari kita mulai sandiwara ini dari nanti malam. Bersiap lah, kita akan kerumah orang tuaku. Biar pernikahan kita bisa diselesaikan dengan cepat. Dan kamu juga bisa mendaftar kuliah minggu depan,” jelas Sam.

Mendengar kata kuliah, wajah Wulan tersenyum dengan lebar. Tanpa sengaja Sam terpaku melihat senyuman Wulan. Jantungnya berdebar melihat wajah Wulan yang tengah diliputi kebahagian itu.

“Ya sudah. Sekarang kamu bersiap dahulu. Pilih pakaian yang ada di dalam lemari untuk dipakai. Semua perlengkapan yang ada di kamar itu, semuanya untuk kamu. Tambahannya, nanti aku akan berikan uang belanja dan semua kebutuhan kamu dan keluarga akan aku tanggung selama pernikahan kita,” ucap Sam panjang lebar.

“Satu masalah lagi sudah beres. Sekarang tinggal praktik saja lagi,” ucap Sam seraya melangkah keluar dari kamar Wulan.

Sam keluar dari kamarnya setelah selesai berkemas, bertepatan dengan Wulan yang juga keluar dari kamarnya. Sam terpaku menatap Wulan yang dibalut dengan dres di bawah lutut berwarna navy. Kulitnya yang putih sangat serasi dengan warna dres yang gelap.

”Ternyata kamu cantik juga,” puji Sam sambil tersenyum.

“Ya jelas cantik lah, kan aku bukan janda.” Jutek Wulan keluar lagi.

“Apa hubungannya cantik dengan janda. Banyak kok janda yang juga cantik. Dasar tidak nyambung,” gerutu Sam.

Setelah menempuh perjalan selama satu jam, mobil Sam memasuki pekarangan sebuah rumah mewah yang merupakan mansion keluarganya.

Wulan terpaku menatap mansion yang sangat mewah. Wulan berpikir, kebaikan apa yang telah dilakukannya pada masa lalu hingga dia bisa menjajakkan kakinya di mansion yang sangat mewah ini.

“Ayo kita masuk. Di dalam sudah ada orang tua aku. Ingat, kamu harus pintar acting jika masih ingin kuliah,” ucap Sam mengingatkan karena takut nantinya Wulan akan keceplosan dengan perjanjian mereka.

“Tenang saja. Serahkan saja semuanya padaku,” jawab Wulan mantap.

“Baguslah.” Sam membawa Wulan masuk ke dalam rumah mewah tersebut.

“Selamat malam, om tante,” ucap Wulan sambil menyalami dan mencium tangan kedua orang tua Sam yang mampu membuat orang tua Sam melongo tanpa kata.

Sungguh diluar dugaan mereka jika Sam akan membawa dan mengenalkan gadis cantik dan sopan seperti Wulan.

Apalagi Ayah Sam, terlihat sangat terkejut sambil memperhatikan Wulan secara intens.

Sam yang memperhatikan Wulan dibuat tidak percaya dengan yang apa yang dia lihat. Orang tuanya melongo melihat ke arah Wulan. Sepertinya tidak akan sia-sia usaha yang telah dilakukan oleh Sam.

“Malam juga, sayang. Silakan duduk,” ucap Mamah sambil tersenyum ramah.

“Namanya siapa sayang?” tanya Mamah Sam.

“Wulan, Tante. Lengkapnya Wulan Balqis,” ucap Wulan dengan senyumannya.

“Jangan panggil Tante dong sayang. Panggil Mamah saja ya. Kan sebentar lagi kamu juga akan menjadi anaknya Mamah,” ucap Mamah dengan tersenyum teduh di wajahnya.

“Baiklah, Mah,” jawab Wulan mantap tanpa keraguan sedikitpun. Wajahnya terlihat seperti orang yang tidak berpura pura. Sam dibuat kagum dengan kemampuan Wulan. Baru tadi sore di prospek, sekarang sudah memberikan hasil yang sangat memuaskan.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel