Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Perempuan Lain

“Kan sudah kesepakatan kita,” balas Sam.

“Kamu mau kuliah jurusan apa?” tanya Sam saat mereka sedang sarapan.

“Kalau bisa Akuntansi saja, Kak. Biar lebih mudah mencari pekerjaan nantinya,” jawab Wulan dengan beberapa pertimbangan.

“Baiklah. Kuliah yang rajin, biar cepat tamat dan cepat dapat kerjaan,” nasihat Sam.

“Siap, komandan,” ucap Wulan menirukan gerakan bawahan yang hormat kepada komandan. Sam tertawa melihat tingkah Wulan yang terkesan lucu baginya.

Sam menyadari, ternyata Wulan tidak se jutek saat pertemuan pertama mereka. Makin kesini, Sam merasakan jika Wulan gadis yang sangat baik dan pintar dalam segala hal.

Mobil Sam memasuki gerbang kampus yang terlihat berdiri dengan megahnya di tengah pusat kota. Sam sengaja mengambil kampus yang berdekatan dengan perusahaannya, agar tidak sulit untuk mengantar dan menjemput Wulan nantinya.

Wulan mengisi formulir pendaftaran dengan wajah yang sangat bahagia. Semua itu tidak luput dari pandangan dan perhatian Sam.

Setelah mengisi formulir pendaftaran, Sam membayar lunas semua uang kuliah untuk satu semester kedepan.

Dilanjutkan dengan membeli perlengkapan kuliah Wulan setelah selesai dengan semua administrasi mahasiswa baru di kampus. Minggu depan Wulan sudah mulai kuliah. Jam sudah menunjukkan pukul delapan malam saat mereka selesai berbelanja semua kebutuhan. Tidak hanya kebutuhan untuk kuliah Wulan saja, akan tetapi Wulan juga belanja untuk kebutuhan dapur sekalian.

Mereka singgah di Restoran sebelum pulang ke Apartemen. Mobil Sam memasuki pelataran parkir sebuah Restoran mewah yang ada di sana.

“Silahkan dipesan Tuan,” ucap pelayan Restoran dengan sopan saat mereka telah duduk di meja yang berada di sudut ruangan dengan latar pemandangan kota di malam hari.

“Mau pesan apa, Lan?” Wulan menoleh kepada Sam dengan tersenyum serta wajah yang bahagia.

“Pecel Lele ada?” ucap Wulan spontan tanpa melihat menu yang disodorkan pelayan.

Sam menatap Wulan dengan mata membola saat mendengar permintaan gadis itu yang diluar dari menu Restoran. Laki laki itu terbatuk mendengar menu pilihan Wulan.

“Pecel Lele enggak ada di menu, Lan,” dengus Sam kesal sekaligus malu dengan pelayan restoran yang berdiri di samping meja mereka.

“Tapi aku maunya Pecel Lele, Kak,” sahut Wulan dengan wajah yang kecewa.

“Pesan yang lain saja, please deh jangan bikin repot,” tegas Sam dengan nada yang tidak bersahabat sama sekali.

“Baiklah,” jawab Wulan singkat seraya melihat buku menu tersebut. Setelah membolak balik daftar menu, Wulan tidak menemukan menu yang dia suka, padahal mereka makan di restoran mewah.

“Pecel Lele enggak ada ya, Kak?” tanya Wulan iseng kepada pelayan restoran.

“Kalau Kakak mau Pecel Lele, chef kami bisa membuatkannya,” sahut pelayan dengan name tag ‘Diva’ itu dengan senyuman.

“Hah, benarkah? Aku mau pesan Pecel Lele sama sambelnya ya, Kak dua porsi,” sahut Wulan dengan bahagia seraya menoleh kepada Sam dengan tatapan bahagianya.

“Dasar ngerepotin.” Wulan hanya diam saja mendengar ucapan Sam, karena baginya yang penting pesanannya bisa dibuatkan meskipun tidak ada di daftar menu.

Beberapa saat kemudian, Sam melongo melihat menu yang dibawakan oleh pelayan yaitunya Pecel Lele dengan sambel serta lalapan tanpa menu lainnya.

“Lho, kok menunya cuma ini?” ucapnya dengan nada heran karena dia tidak memesan menu yang lainnya.

“Pesanannya sesuai dengan menu yang telah di tulis, Tuan,” sahut pelayan dengan ramah dan berlalu dari meja mereka.

“Trus aku mau makan apa dong?” Wulan tertawa mendengar pertanyaan polos Sam.

“Ya sudah, makan ini saja. Sekali sekali makan menu berprotein tinggi kan enggak ada salahnya, Kak,” sahut Wulan seraya memulai makannya.

“Mau gimana lagi, aku terpaksa memakan makanan ini karena enggak mungkin memesan lagi,” sahut Sam karena dia sudah sangat lapar. Matanya memperhatikan cara Wulan makan, selanjutnya dia juga melakukan seperti yang di lakukan oleh gadis itu. Dimulai dari mengambil sambel, lalapan serta tempe+tahu, dan terong yang telah di goreng. Terakhir Wulan mulai mengupas ikan Lele nya. Gadis itu memulai makannya tanpa memperhatikan Sam lagi.

Sam terkejut saat makanan tersebut menyentuh lidahnya untuk yang pertama kalinya. Matanya berbinar mendapati rasa makanan yang sangat enak. Melihat hal itu Wulan hanya tersenyum.

“Gimana rasanya?” Sam menganggukkan kepala sebagai jawaban, “Enak dan tidak mengecewakan,” ucapnya jujur.

‘Tadi kesal karena menunya, sekarang malah bilang enak. Dasar orang kaya yang suka semaunya,’ rutuk hati Wulan.

Mereka melanjutkan makan dalam diam. Wulan tertawa melihat makanan Sam yang sudah ludes tidak bersisa di piringnya.

“Tadi bilangnya enggak suka,” goda Wulan dengan suara tawanya yang masih tersisa.

“Aku baru pertama kali makan makanan ini. Ternyata sangat enak. Selera kamu ternyata bagus juga,” puji Sam.

“Besok kita sering sering makan di warung pinggir jalan, rasanya jauh lebih enak dari yang disini. Disini mungkin karena restoran mewah, ciri khas sambelnya tidak terasa.”

“Lele ini bagus untuk kesehatan lho Kak. Kami sering memasak menu ini karena protein yang terkandung di dalam ikan Lele sangat bagus untuk pertumbuhan otak. Lele juga bisa bikin kita pintar lho, Kak,” sahut Wulan dengan senyuman manisnya.

Setelah selesai makan malam, mereka baru kembali pulang ke Apartemen.

Wulan sibuk dengan pemikirannya sendiri tanpa menyadari Sam yang dari tadi tengah memperhatikannya.

“Ini kartu untuk belanja dan membeli semua kebutuhan kamu nantinya. Pakai saja untuk apapun itu. Mau dikirim ke kampung juga boleh. Pokoknya bebas. Kartu ini pemakaiannya tak terbatas,” jelas Sam sambil menyodorkan sebuah kartu ATM kepada Wulan.

“Rasanya aku tidak butuh ini, Kak,” ucap Wulan.

“Lho, kok tidak butuh?” tanya Sam heran. Biasanya wanita yang dekat dengannya pasti sangat bahagia jika diberikan ATM. Sedangkan Wulan malah menolaknya.

“Kan, semuanya sudah dibeli tadi,” jawab Wulan.

“Pegang saja. Manatau entar kamu perlu uang untuk jajan. Atau ingin shoping juga boleh,” ucap Sam sambil tersenyum.

“Makasih, Kak.”

Tanpa terasa sudah tiga bulan Wulan menjalani aktivitasnya sebagai mahasiswa baru di jurusan Akuntansi. Dalam waktu tiga bulan, teman temannya juga sudah banyak. Wulan tengah sibuk dengan laptopnya saat Sam pulang dari kerjaannya.

“Kakak sudah pulang,” ucap Wulan sambil berdiri untuk mengambilkan segelas air putih untuk Sam seperti biasanya. Wulan terpaku menatap kepada seseorang yang bergelayut manja di tangan Sam. Tanpa sadar, sesuatu mencubit perasaan Wulan. Hatinya teriris melihat kemesraan sepasang kekasih tersebut. Wulan segera sadar dengan posisinya yang cuma istri di atas kertas. Wulan bukanlah pemilik hati dari seorang Ragel Samuel.

“Kenalkan. Ini Jedar, kekasih aku,” ucap Sam tanpa memperhatikan raut wajah Wulan yang pias karena terkejut melihat suaminya digandeng wanita lain.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel