Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 7

"Lo di mana, Gar?" tanya Yoga setelah teleponnya dijawab Edgar, teman sepermainannya yang sok ganteng, sama sepertinya.

"Rumah. Lo?"

"Sama. Lagi ngapain lo?"

"Habis boker nih. Lo udah boker?"

"Udah."

"Oh, ini siapa, sih?"

Yoga diam beberapa detik sebelum akhirnya menjawab dengan kesal. "Yoga!"

"Oh, elo. Sori deh, HP gue kemarin dibanting sama Kak Niki, jadinya layarnya gelap. Kalo ada yang nelpon, cuma getar-getar doang."

"Alhamdulillah. Lo nggak jadi ke rumah gue?"

"Jadi. Tungguin aja. Gue cebok dulu."

"Oke deh!" Yoga lantas menekan ikon merah di layar ponselnya lalu kembali ke ruang duduk. Di sana, sudah ada mama, papa, juga Tea. Ketiganya tampak sedang asyik menonton sambil bercakap-cakap.

"Habis teleponan sama siapa, Ga?" tanya mamanya setelah Yoga duduk di sebelah Tea.

"Palingan juga sama cewek yang dia suka. Sejak punya HP, kerjaannya, kan, nelpon terus. Norak!" Tea yang menjawab.

"Bener, Ga? Kamu udah cinta-cintaan di sekolah?" Papa menimpali.

Yoga mendengus. "Orang tadi nelpon Edgar, kok. Papa kebanyakan nonton FTV, sih."

"Edgar? Udah lama Mama nggak lihat dia. Kok dia jarang main ke sini, Ga?"

"Iya, soalnya Edgar sering dibawa ke psikiater, makanya nggak pernah ke sini lagi."

Tea tertawa terbahak. "Hah? Si Edgar ke psikiater? Ngapain?"

Yoga mencomot pisang goreng hangat di atas meja sebelum menjawab. "Gara-gara suka maling kutang."

"Hahaha, kamu tahu dari mana?" tanya mamanya lagi.

"Dia yang bilang sendiri."

"Assalamualaikum! Yogaaa, main yuk!"

Panjang umur! Baru aja diomongin, orangnya udah nongol.

"Masuk aja, Gar!" sahut Yoga.

Beberapa detik kemudian, tampak sosok Edgar datang sambil tersenyum ganteng. Tea sampai menggelengkan kepalanya melihat gaya tengil bocah SD satu itu. Makin lama, gayanya makin kekinian. Nggak heran kalau Yoga jadi ketularan.

"Eh, Edgar... apa kabarnya? Udah lama Tante nggak lihat kamu..."

"Baik kok, Tante. Hehehe." Yoga menyahut sambil menggaruk-garuk kepalanya.

"Katanya masih suka maling kutang, ya?"

"Masih, Tante," jawab Edgar enteng.

"Beneren kamu dibawa ke psikiater?"

"Bener, Tante. Mama takut kalo udah besar, Edgar ganti kelamin gara-gara suka mainin kutang."

Gelak tawa langsung mengisi ruang keluarga. Tea bahkan sampai sakit perut karenanya.

"Ya ampun, ada-ada aja sih mamamu, hahaha," seru Mama tidak habis pikir. Dia menengok suaminya yang juga ikut tertawa. Bahkan terbahak-bahak sama seperti Tea.

"Yuk, Gar, cabut!" ajak Yoga kemudian.

"Mau ke mana kalian?" tanya Tea.

"Kepo," jawab keduanya kompak.

"Heran deh, anak jaman sekarang banyak yang dewasa sebelum waktunya. Kalian tuh masih kecil, tau nggak!" kata Tea mendadak gregetan.

Bukannya merespon, kedua bocah itu malah angkat kaki sambil mengobrol.

"Mbak Tea jomblo, ya, coy?"

"Iya, tuh. Nggak ada yang mau."

"Kasihan, ya."

"Gue dengar, tau!" teriak Tea makin keki.

Serius ya, Tea benar-benar nggak mengira kalau Yoga dan Edgar bakalan tumbuh besar dan petakilan kayak sekarang ini. Kayaknya baru kemarin deh, Tea lihat Yoga nangis-nangis minta nenen. Tapi, sekarang? Tea nggak tahu mau ngomong apa. Yang pasti, Yoga sekarang udah bukan adiknya yang gampang disuruh-suruh lagi. Malah gantian sekarang dia yang disuruh-suruh.

>>>>>
Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel