Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 13 . Hanya Tanggung Jawab

Rosa mengangkat wajah, menengadah menatap Logan Kim. Pria tampan yang mampu menggetarkan hati, serta tubuhnya. Dengan berlinang air mata, Rosa menggigit bibir bawahnya, menggoda.

"A-Aku amat sedih. Aku tidak tahu, apakah suamiku dapat bertahan atau tidak. Tidak dapat dibayangkan jika ia pergi meninggalkan diriku, sendirian di usia masih begitu muda," ujar Rosa di sela isak tangisan palsunya. Ia berharap, Logan akan menghiburnya, dengan mengatakan bahwa ia akan menemukan pria baik lainnya.

Namun, jawaban Logan langsung membuat tangisan palsu Rosa, berhenti.

"Operasinya berhasil! Lagipula, ini bukan pertama kali bagi saudaraku itu melakukan operasi jantung. Apakah kamu berharap ia segera mati?" ujar Logan dingin.

Tangisannya berhenti dan Rosa langsung menegakkan punggung, belum melepaskan pelukannya pada tubuh kekar dan hangat itu. Walaupun kesal, Rosa tidak ingin momen ini segera berlalu.

"Tidakkah kamu terlalu kasar?" tanya Rosa.

"Kasar? Belum, ini masih jauh dari kata kasar!" tegas Logan, yang sudah merasa muak.

Mendorong tubuh Rosa dan Logan mundur dua langkah.

"Sepertinya tidak ada yang ingin kamu katakan! Jadi, aku pergi!" ujar Logan dan langsung berbalik, melangkah pergi.

Rosa tidak kesal, walau diperlakukan seperti itu. Bahkan, rasa hangat tubuh pria itu masih dapat dirasakannya, terutama aroma tubuh maskulin, yang membuatnya mabuk kepayang. Setidaknya, ia memiliki kenangan akan kedekatan ini yang akan membuatnya bermimpi indah.

Tuan Besar Kim, tidak tidur. Ia sudah bangun sedari tadi. Namun, dengan berpura-pura tertidur seperti ini, membuatnya dapat mendengar akan kenyataan, bukan kepalsuan. Seperti inilah keluarganya, anak dan istri tidak peduli padanya. Satu orang yang tulus datang menjenguk, hanyalah menantu malangnya itu. Sedangkan untuk adik angkatnya, ia yakin sepenuhnya dan tidak ada keraguan apa pun.

Di pusat kota, tepatnya di klub malam ternama.

"Kami kira, kamu tidak akan datang," seru salah seorang sahabatnya, saat Leonel melangkah masuk ke ruangan VVIP.

Tidak menjawab, Leo menghempaskan tubuhnya ke atas sofa empuk, yang ada di ruangan itu.

Anya berdiri dari duduknya dan berpindah tempat, tepat di samping Leonel. Menuangkan segelas anggur, kemudian menyodorkan ke hadapan Leonel, sahabat masa kecilnya. Ia tertarik dengan Leo, hanya tertarik. Namun, setelah pria itu menikah, ego Anya tergelitik dan ia ingin mendapatkan Leo, menghancurkan pernikahan yang tidak pantas itu.

"Minumlah," ujar Anya lembut dan menggeser duduknya, semakin mendekati Leonel.

"Anya, apakah kamu juga tidak diundang ke acara pernikahannya?" tanya salah seorang sahabat mereka. Ya, Leonel Kim melangsungkan pernikahan, tanpa mengundang mereka semua. Bahkan, terkesan buru-buru dan dirahasiakan.

"Walaupun diundang, aku tidak akan datang," balas Anya sambil mengangkat bahu yang terpampang jelas. Gaun bodycon dengan kerah gaya sabrina, memamerkan pundak dan leher jenjangnya. Dulu, ia tidak memiliki keinginan untuk menggoda Leonel. Namun, saat ini keinginan untuk mendapatkan pria itu, amatlah besar. Karena itulah, ia mengenakan gaun seksi dan tanpa pakaian dalam. Berharap malam ini akan menjadi malam pertama bagi mereka, bercinta.

Leonel yang merasa kesal, langsung mengambil gelas anggur dari Anya, kemudian menenggak habis dalam satu tegukan.

"Apakah kalian amat senang mengejek diriku? Aku hanya bertanggung jawab, karena wanita itu mengandung anakku!" ujar Leo kesal.

Suara tawa, bergemuruh di ruangan itu.

"Bagaimana kamu begitu bodoh! Seharusnya mengenakan pengaman!" ejek salah seorang sahabatnya.

"Atau, jangan-jangan kamu dijebak!" seru sahabat yang lain.

"Aku terlalu mabuk, waktu itu!" ujar Leonel, membela diri.

"Lalu, apakah kamu mencintainya? Maksudku, terlepas dari kenyataan bahwa wanita itu hamil?" tanya Anya, yang sudah memajukan tubuhnya, menatap langsung ke dalam mata Leonel.

Leo tersenyum sinis dan berkata, "Semenjak menikah, aku bahkan tidak menyentuhnya!"

Kembali, satu ruangan bersorak. Namun kali ini, Leonel dipuji karena rasa tanggung jawab yang besar. Bahkan, para sahabat itu mulai bertaruh, kapan Leonel akan menceraikan istrinya itu.

Leo tidak peduli dan menatap ke arah lantai dansa di bawah. Ya, ruangan VVIP, memiliki dinding kaca. Mereka yang berada di dalam ruangan dapat melihat dengan leluasa, ke lantai dansa yang ada di lantai bawah.

"Mau menari?" bisik Anya.

Leonel memalingkan wajah dan menatap Anya Lu. Seandainya, Jenna memiliki sedikit pesona dari Anya, maka wanita itu tidak akan membuatnya merasa malu seperti ini.

"Tentu."

Lalu, mereka berdua meninggalkan ruang VVIP dan turun ke lantai bawah, tepatnya lantai dansa.

Dentuman musik, membuat orang-orang menari dengan gembira. Sebagian pasangan, bahkan berciuman mesra. Membuat suhu di ruangan ini, meningkat beberapa derajat.

Anya menggandeng tangan Leo dan mereka melangkah ke tengah-tengah lantai dansa.

Berdiri membelakangi Leo, Anya mulai meliukkan pinggulnya, mengikuti musik yang memekakkan telinga.

Tangan Leo, masih berada dalam genggaman Anya dan tatapannya, tertuju pada lekuk tubuh sempurna itu. Leo bukan pria suci, ia juga senang melakukan seks satu malam. Namun, ia tidak pernah berpikir untuk melakukannya bersama Anya. Sebab, jika itu terjadi, maka sudah pasti bukan cinta satu malam.

Leo maju satu langkah dan berbisik di telinga Anya. Musik yang memekakkan telinga, membuat Leo harus berbicara langsung di dekat telinga wanita itu.

"Apa yang kamu lakukan?"

Anya melepaskan tangan Leo dan langsung berbalik. Saat ini mereka saling berhadapan dengan dada yang saling berdempet.

Kedua tangan langsing Anya, melingkari leher Leo dan semakin merapatkan tubuh mereka.

"Menggodamu," jawab Anya. Bibir merah merekah itu, bersinggungan langsung dengan bibir Leo, saat berbicara.

Leo berusaha melepaskan tangan Anya, yang melingkari lehernya. Namun, wanita itu semakin mempererat pelukannya. Bahkan, pinggulnya kembali bergoyang, mengikuti dentuman alunan musik.

Sesuatu pada tubuh Leo, bereaksi. Ia kenal Anya Lu, amat mengenali tabiatnya. Wanita itu akan selalu mendapatkan apa yang diinginkan. Namun, mengapa dirinya? Mengapa baru sekarang? batin Leo.

"Mengapa?" tanya Leo. Ia harus tahu  alasan wanita itu, sebelum mengambil keputusan.

"Karena kamu! Dan aku, menyukai status barumu," balas Anya, yang dengan santai membelai bibir Leo, menggunakan bibirnya.

"Aku tidak mengerti!" balas Leo.

"Aku menyukai statusmu sebagai seorang suami. Aku selalu ingin merasakan menjadi simpanan pria beristri," jawab Anya, tidak tahu malu.

Pria beristri? Benar, saat ini ia adalah suami Jenna dan calon ayah, batin Leo, yang ragu apakah harus menerima ajakan ini atau menolaknya. Namun, sebagian dari dirinya merasa keberatan, jika kesempatan ini dilewatkan begitu saja. Siapa yang tidak tahu Anya Lu. Anya Lu seorang wanita pemain, dengan sederet mantan kekasih yang berstatus sosial tinggi. Bahkan, beredar rumor, wanita ini amat liar di atas ranjang.

Keraguan Leo terlihat jelas di wajahnya dan Anya, melihat hal tersebut.

"Mari kita berselingkuh, hanya itu. Tidak lebih. Saat kamu pulang, maka kamu akan kembali menjadi seorang suami. Datanglah kepadaku kapan saja, saat kamu ingin kita bercinta. Hubungan tanpa komitmen, bukankah itu amat menggairahkan?" bisik Anya. Kali ini langsung di telinga Leo. Tidak lupa setelah selesai berbicara, Anya mengigit lembut cuping telinga pria itu.

Hubungan tanpa komitmen, itu sempurna bagi seorang pria beristri. Tidak perlu berpikir lagi, Leo langsung merengkuh tubuh molek itu ke dalam pelukannya.

Malam itu, Leo tidak pulang. Ia bermalam di apartemen Anya Lu. Menghabiskan malam bergelora yang amat memabukkan. Tidak akan cukup satu kali, karena benar bahwa wanita ini liar dan amat handal dalam memuaskan hasrat pria. Bibirnya, tubuh indahnya, kewanitaan yang begitu hangat membuat Leo terus menginginkannya.

Kembali ke kediaman Kim.

Jenna berbaring miring di atas ranjang, menatap ke arah jendela. Matahari mulai menampakan diri dan sinarnya, menerobos tirai tipis itu.

Leo tidak pulang dan bodohnya, Jenna menunggu.

Tidak tidur, tetapi tidak membuatnya mengantuk. Apakah ini normal? batin Jenna.

Turun dari ranjang, Jenna berjalan ke arah kamar mandi. Mandi dan keramas, berharap dapat menghapus rasa gundah di dalam hatinya.

Saat ini, harapan akan kebahagiaan setelah menikah, perlahan mulai pudar. Kenyataan yang dijalaninya, menunjukkan jelas akan kehidupan pernikahan seperti apa yang dimiliki oleh Jenna.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel