Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 12 . Status Sosial yang Berbeda Jauh

Jenna kembali menatap wajah pucat, ayah mertuanya itu. Kembali mengucapkan doa, di dalam hati. Ia amat berharap Tuan Besar Kim segera pulih.

"Pulanglah! Supir keluarga akan mengantar dirimu. Ada yang perlu aku bahas dengan Logan," ujar Nyonya Besar Kim, yang tidak ingin Logan kembali berduaan dengan menantu kampungan itu.

"Aku lelah. Aku akan kembali ke hotel, setelah mengantar Jenna kembali ke kediaman. Kamu bisa mengirim pesan, jika ada yang ingin dibicarakan," ujar Logan dingin.

Raut wajah Nyonya Besar Kim, langsung berubah begitu buruk. Namun, ia sama sekali tidak mengucapkan sepatah kata pun.

"Aku yang akan mengantar istriku!" tegas Leonel dan menggandeng tangan Jenna, menariknya cukup kasar dan berjalan keluar dari ruang rawat.

Jenna harus berlari kecil, untuk menyamakan langkahnya dengan Leonel. Beruntung di depan kamar rawat, sahabat suaminya tidak lagi berada di sana.

Leonel berjalan menyusuri koridor dan berhenti di depan pintu lift. Menekan tombol dengan kasar.

DING!

Pintu lift terbuka dan Leonel melangkah masuk, bersama Jenna yang masih digandengnya. Mereka hanya diam, selama berada di dalam lift yang membawa mereka turun ke lantai parkir.

Tiba di basement, Leonel berjalan ke arah mobilnya terparkir. Leonel begitu kesal, padahal malam ini ada pesta yang harus dihadiri bersama para sahabatnya itu. Namun, kemunculan Jenna membuatnya dicecar pertanyaan penuh ejekan, akan keberadaan istrinya. Satu hal, tidak dipertimbangkan saat setuju menikah dengan Jenna. Ya, ia lupa status sosial mereka berbeda jauh dan Jenna tidak pantas dibawa ke depan umum. Saat ini ada secercah rasa cemas, saat berpikir anaknya akan dilahirkan oleh wanita ini.

Pintu mobil terbuka dan Leonel melepaskan tangan Jenna, sebelum melangkah dan masuk ke dalam kursi kemudi. Jenna melakukan hal yang sama, membuka pintu mobil dan duduk di samping suaminya itu.

Mesin mobil sport meraung garang, saat melaju dan meninggalkan lantai basement itu.

"Jangan pernah keluar dari rumah, tanpa izin dariku!" tegas Leonel.

Kedua tangan Jenna yang berada di atas pangkuan, terkepal erat. Apakah ini artinya, ia tidak dapat melakukan apa pun di luar kediaman. Padahal, ia hanya datang untuk menjenguk ayah mertuanya.

Setelah ragu beberapa saat dan berusaha mengumpulkan keberanian, akhirnya Jenna berhasil buka suara.

"Ada yang ingin aku bicarakan," ujar Jenna, sambil menatap lurus ke depan.

"Apakah kamu mengira, aku berada dalam mood ingin diajak berbicara?" balas Leonel dingin.

Tangan Jenna terkepal semakin erat.

"Ini, tentang nenekku," ujar Jenna perlahan.

"Jangan sekarang! Aku tidak yakin dapat berbicara sopan!" balas Leonel datar.

Jenna diam, tidak lagi berbicara. Berusaha meyakinkan diri, besok ia akan memiliki kesempatan untuk berbicara dengan suaminya itu. Ya, Jenna ingin meminta agar sang nenek dapat tinggal bersamanya. Tidak perlu kamar atau fasilitas mewah. Sebuah kamar kecil dengan satu jendela, sudah cukup. Sisanya, Jenna akan merawat neneknya sendiri, tanpa merepotkan pelayan atau pun orang lain.

Mobil dilajukan begitu kencang, menunjukkan seberapa kesal Leonel Kim.

Perjalanan yang terasa begitu lama, akhirnya berakhir, saat mobil berbelok masuk ke halaman kediaman Kim.

Pedal rem dipijak dalam dan mendadak, membuat mobil berhenti terpaku. Jenna sedikit terlempar ke depan, beruntung sabuk pengaman menahan tubuhnya.

Buru-buru, Jenna melepaskan sabuk pengaman, membuka pintu dan turun. Begitu menutup pintu, mobil melaju dan berputar, lalu melaju meninggalkan kediaman. Meninggalkan Jenna yang berdiri mematung.

Tidak tahu harus bereaksi seperti apa, Jenna berdiri mematung cukup lama di tengah angin malam yang begitu dingin.

Paman penjaga kebun tidak berani berkata apa pun. Ia hanya tetap berdiri di tempatnya, sekaligus mengawasi Nyonya barunya itu. Berjaga-jaga, jika ada sesuatu yang buruk terjadi.

Satu tetes air mata membasahi wajahnya. Buru-buru, Jenna menghapus air mata itu dan berbalik, masuk ke dalam kediaman.

Naik ke lantai atas, masuk ke dalam kamar. Duduk di sisi ranjang dan termenung.

Kembali ke rumah sakit.

"Lulu, pulanglah dulu. Ibu akan berjaga di sini, menemani ayahmu," ujar Nyonya Besar Kim, kepada putri semata wayangnya.

Setelah menantu sialan itu pergi, Logan sibuk dalam panggilan telepon. Ia yakin, pria itu akan kembali masuk ke ruang rawat ini, untuk menanyakan akan apa yang hendak dikatakan. Itu adalah alasan, Nyonya Besar Kim ingin lebih lama bersama Logan, sebelum pria itu pergi meninggalkan negara ini.

"Baik," jawab Lulu yang memang sudah ingin segera pergi. Tempat ini, begitu membosankan.

Setelah putrinya keluar dari ruangan ini, Nyonya Besar Kim langsung melepaskan blazer putih yang sedari tadi memeluk tubuh rampingnya. Melemparkan blazer itu di atas sofa dan duduk di sana, menyilangkan kaki jenjangnya. Pakaian yang dikenakan di balik blazer adalah kemeja bahan sutera yang begitu lembut, mencetak jelas apa yang ada di balik kemeja itu. Sedangkan rok model pensil yang dikenakan memiliki belahan yang cukup tinggi, sehingga menampilkan paha nya yang begitu putih dan mulus.

Nyonya Besar Kim, nama gadisnya adalah Rosamond Luo, menikah dengan pria Kim, untuk melindungi perusahaan keluarga. Tidak ada rasa cinta, tetapi Rosa tidak pernah terlalu memikirkan, sebab ia dilimpahi harta kekayaan. Namun, seiring berjalannya waktu, jiwa kewanitaannya meronta. Memang semua kebutuhan lahir terpenuhi, bahkan melimpah, tetapi tidak dengan kebutuhan batin. Suami yang lebih tua darinya 22 tahun, tidak mampu memberikan kepuasan itu. Sehingga, membuat Rosa memiliki impian liar dengan pria yang ditaksir olehnya, yaitu Logan Kim.

Sangat jarang memiliki kesempatan berduaan dengan pria itu. Logan Kim, duda beranak satu yang hidup layaknya pertapa, setelah sang istri meninggal. Alasan itulah juga yang membuat rasa tertariknya kepada Logan Kim, begitu besar.

Lamunan Rosa langsung terputus, saat mendengar pintu ruangan ini dibuka. Berpura-pura menangis dengan menutup wajah, menggunakan kedua tangan. Ia berharap, Logan akan datang menghibur dan memeluknya. Hanya dengan memikirkan kemungkinan itu, tubuh Rosa menggelenyar.

Logan Kim baru mendapatkan panggilan dari sekretaris, membahas persoalan bisnis yang penting. Ia berencana berpamitan kepada kakak iparnya itu, sebagai bentuk sopan santun. Namun, apa yang dilihatnya saat ini, menunjukkan bahwa wanita itu menggodanya. Ya, Logan sadar akan ketertarikan sang ipar, terhadap dirinya. Hal itu, membuat Logan merasa jijik dan berencana menunjukkannya langsung. Wanita seperti itu, pantas mendapatkan pelajaran. Wanita tidak tahu malu, yang mencoba merayu pria lain, di saat suaminya terbaring tidak berdaya.

Logan melangkah masuk dan berhenti tepat di samping Rosa yang masih menangis.

Mengintip dari celah jari jemarinya, Rosa tahu Logan sudah berdiri di sampingnya. Kesempatan itu langsung diambil. Rosa berdiri dari duduknya dan memeluk erat tubuh Logan, masih sambil menangis sesenggukan.

"Sesedih itukah kamu karena suamimu sakit, atau ada alasan yang lain?" tanya Logan dingin. Butuh usaha keras, agar tidak mendorong wanita tidak tahu malu ini menjauh. Namun, ia butuh pengakuan wanita itu, berharap saudaranya dapat mendengar dan tahu seperti apa wajah asli Rosamond Luo.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel