Bab 11 . Menjenguk Tuan Besar Kim
Jenna langsung memundurkan kepalanya. Sentuhan ringan itu, cukup membuat rasa sakit memarnya itu, kembali berdenyut.
"A-Aku tidak hati-hati saat berjalan," jelas Jenna asal.
Logan menurunkan tangannya dan mundur satu langkah. Untuk sesaat hanya diam dan menatap ke arah Jenna.
"Kamu baik-baik saja?" tanya Logan.
Jenna mengangguk.
Logan Kim mengenal Jenna, sejak 5 tahun yang lalu. Sejak Jenna mulai bekerja di King Company. Pertemuan mereka hanya beberapa kali dalam satu tahun, saat ia kembali ke negara ini. Namun selama pertemuan itu, Logan tahu Jenna adalah wanita dengan kepribadian yang baik. Hanya saja, siapa sangka wanita itu berakhir menjadi menantu saudara angkatnya.
"Apakah Tuan hendak ke rumah sakit?" tanya Jenna langsung. Ia benar-benar cemas akan keadaan ayah mertuanya.
"Kamu ingin pergi menjenguk?" tanya Logan. Ia baru saja kembali dari rumah sakit, untuk menyimpan berkas yang telah ditandatangani oleh saudara angkat setelah tersadar dari pengaruh anastesi.
Jenna kembali mengangguk dan bertanya "Bisakah Tuan mengajak diriku?"
Logan menatap ke arah jam tangan mahal, yang melingkar di pergelangan tangan.
"Ah, sudah begitu larut," gumam Jenna, saat melihat pria itu menatap ke arah jam tangannya.
"Tidak masalah. Tidak ada batasan waktu berkunjung untuk pasien VVIP," jelas Logan.
"Namun, apakah ini tidak mengganggu waktu istirahatmu?" tanya Logan yang cemas akan kesehatan Jenna.
Jenna buru-buru menggeleng.
"Tidak! Aku sudah beristirahat sedari tadi. Bisakah, Tuan mengajak diriku ke rumah sakit?" pinta Jenna, penuh harap.
Logan menimbang untuk sejenak. Tidak perlu melihat lebih jauh, ia tahu jelas bagaimana perlakuan anggota Keluarga Kim terhadap Jenna. Satu-satunya orang yang memperlakukan Jenna dengan baik adalah saudaranya itu. Tidak heran, jika wanita ini ingin menjenguk ayah mertuanya.
"Baik, mari kita pergi."
Jenna langsung mengangguk kencang.
Jenna dan Logan, duduk di kursi penumpang bagian belakang. Mobil dilajukan oleh supir Keluarga Kim. Mereka sama sekali tidak berbicara, sampai mobil berhenti di depan pintu utama rumah sakit.
Mereka turun dan melangkah masuk.
Rumah sakit sepi, karena memang sudah begitu larut saat mereka tiba.
Jenna mengikuti Logan, naik ke lantai atas. Lantai di mana khusus merawat pasien VVIP.
DING!
Pintu lift terbuka dan mereka, melangkah keluar.
Dari kejauhan, Jenna dapat melihat sekelompok orang berkumpul. Di antara orang-orang tersebut, ada Leonel Kim, suaminya. Namun, anehnya sekelompok orang itu berbicara dan tertawa dengan gembira.
Lantai VVIP begitu luas. Jarak antar ruangan begitu jauh dan dengan penyekat dinding kaca. Sehingga keributan semacam itu, tidak akan mengganggu.
Seorang perawat menghampiri mereka dan tersenyum lebar, menatap langsung ke arah Logan Kim.
"Selamat malam, Tuan. Anda kembali, mari saya antar," ujar perawat itu sopan. Namun, tatapan sang perawat terus tertuju pada Logan Kim, yang hanya mengangguk dan tidak berkata apa pun.
Perawat dengan wajah mulai merona, membuka pintu kaca yang akan membawa mereka menuju ke sekumpulan orang dan ruangan VVIP itu.
Jenna menatap ke arah perawat dan ini sudah biasa. Setiap wanita yang berhadapan dengan pria Kim, akan menjadi seperti itu. Apalagi terhadap Logan Kim, duda yang menjadi incaran para sosialita.
Dulu, saat menjadi sekretaris suaminya, Jenna sering melihat wanita yang terpana dengan ketampanan Leonel. Ia tidak merasa cemburu, tetapi mungkin akan berbeda jika hal itu terjadi di saat ini. Ya, saat ini Jenna adalah istri pria itu. Leonel Kim.
Kehadiran mereka, membuat sekelompok orang itu terdiam. Tanpa sadar, Jenna melambatkan langkah kakinya dan bersembunyi di balik punggung Logan Kim. Ia tidak memiliki rasa percaya diri, berhadapan dengan sahabat suaminya yang dari kalangan atas.
Logan melambatkan langkah kakinya, saat hendak tiba di depan pintu ruangan, tempat di mana saudara angkatnya dirawat. Ia dapat melihat bagaimana raut wajah keponakannya yang berubah menjadi begitu buruk.
"Hei, bukankah itu istrimu? Setidaknya perkenalkan dirinya kepada kami!" seru salah seorang sahabat wanita Leonel yang mengintip ke balik punggung Logan Kim.
Logan maju satu langkah dan menghalangi wanita muda yang hendak mengintip ke arah Jenna.
"Nanti! Sekarang kami akan menjenguk Tuan Besar Kim terlebih dahulu," ujar Logan dingin dan langsung membalikkan badan. Membuka pintu ruangan VVIP dan mempersilakan Jenna masuk terlebih dahulu.
Jenna melangkah masuk dan setelah pintu tertutup, barulah ia dapat bernapas lega. Namun, hanya untuk beberapa detik, sampai ia sadar ada tamu lain di dalam ruangan itu.
Nyonya Besar Kim dan putrinya ada di sana. Ibu dan anak, duduk di sofa dan sibuk dengan ponsel pintar mereka masing-masing. Namun, Nyonya Besar Kim langsung bangkit dari duduknya dan berlari kecil, ke arah mereka.
Tanpa sadar, Jenna mundur satu langkah. Sebab, ia mengira ibu mertuanya itu, akan meluapkan amarah kepadanya lagi.
Namun apa yang terjadi berikutnya, membuat mulut Jenna menganga lebar, tidak percaya.
Nyonya Besar Kim, menghempaskan tubuhnya ke dada bidang Logan Kim, adik iparnya. Kemudian, wanita itu mulai menangis sesenggukan, begitu sedih. Itu aneh, sebab saat mereka masuk wanita itu masih tersenyum riang bersama dengan putrinya itu.
"Oh..., Logan. Aku amat sedih," ujar Nyonya Besar Kim di sela isak tangisnya.
Jenna menatap ke arah Logan, yang terlihat jelas tidak senang. Bahkan, kedua tangan pria itu terkepal erat di sisi tubuhnya. Lalu, tatapan Jenna mengarah ke Lulu Kim, yang sama sekali tidak peduli dengan apa yang terjadi. Gadis itu sibuk berkutat dengan ponselnya.
"Operasi suamimu berjalan lancar. Jadi, apa yang membuatmu bersedih?" tanya Logan dingin dan berjalan menjauhi iparnya itu.
"Kemarilah, Jenna," panggil Logan yang sudah berdiri di sisi ranjang. Tempat di mana Tuan Besar Kim terbaring.
Jenna mengangguk dan melangkah menghampiri Logan. Walaupun mengabaikan tatapan ibu mertuanya, tetapi Jenna tahu, tatapan itu penuh dengan kebencian.
"Tadi beliau sudah sadar, tetapi dokter memberi obat agar ia dapat kembali beristirahat," jelas Logan perlahan.
Jenna merasa hatinya tersayat. Bagaimana tidak? Wajah Tuan Besar Kim begitu pucat dan terlihat lemah. Berdiri di sisi ranjang, Jenna memejamkan mata dan mengatupkan kedua tangan. Berdoa.
Jenna memohon, agar ayah mertuanya diberi umur panjang dan kesehatan. Ia memohon untuk kesembuhan Tuan Besar Kim. Ya, Jenna selalu berdoa. Dengan berdoa, ia mampu melewati kehidupannya yang sulit.
Satu tetes air mata membasahi wajah Jenna dan buru-buru dihapus, menggunakan tangan. Jenna hanya diam, ia tidak ingin mengganggu tidur Tuan Besar Kim. Untuk beberapa menit, hanya kedamaian yang dirasakan. Namun, hanya beberapa menit.
Brakkk!
Pintu kamar dibuka dengan kasar dan Leonel, melangkah masuk. Dengan langkah lebar, Leonel berjalan menghampiri Jenna dan berhenti ketika hanya berjarak satu langkah dari istrinya itu.
"Siapa yang menyuruhmu kemari?" tanya Leo, yang jelas terdengar gusar.
Jenna memalingkan wajah, menatap suaminya itu. Ya, Jenna tahu pria itu sedang kesal. Setelah menjadi sekretaris Leo selama 5 tahun, Jenna sudah dapat membaca raut wajah pria itu dengan tepat.
"A-Aku, aku–"
"Paman mengajaknya!" jawab Logan, memotong ucapan Jenna yang tergagap.
"Mengapa Paman membawanya kemari? Bahkan kalian tidak mengabarkan apa pun, pada diriku!" gerutu Leonel, kesal.
"Apa yang perlu dikabarkan, ketika anggota keluarga ingin menjenguk ayahmu!" balas Logan, dingin.
Nyonya Besar Kim harus menggigit lidah, agar tidak melontarkan hinaan. Siapa yang menganggap wanita kampungan itu, bagian dari keluarga? Tidak! Tidak ada! Sebab, itu tidak pantas. Namun, ia harus menjaga sikap di hadapan Logan Kim.
Tatapan Nyonya Besar Kim melahap tubuh tinggi dan kekar milik Logan Kim. Ia berharap, jika suaminya mati, maka ia dapat menikah dengan adik iparnya itu. Ya, memiliki suami dengan usia yang terpaut cukup jauh, membuatnya merasa jemu. Sebab, tidak ada getaran apa pun yang dapat dirasakan, saat bersama dengan suami tuanya itu.
Leonel juga diam, hubungannya dengan sang paman tidak begitu baik. Selama ini mereka menjaga sikap karena perintah ayahnya. Tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi, jika ayahnya meninggal nanti. Sebab, cukup sulit untuk menghormati Logan Kim, yang merupakan anak angkat Keluarga Kim. Siapa yang tahu, seperti apa keluarga kandung pamannya itu? batin Leonel.
"Jika sudah melihat, maka pulanglah! Lain kali, kemana pun kamu pergi, beritahu aku!" tegur Leonel kepada Jenna.
Jenna hanya mengangguk.