Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Minerva Part 4

Berdasarkan cerita Leslie ketika dia berpetualang di dunia kenangan Minerva, Minerva meninggal karena memang telah dibunuh oleh seseorang. Menurut cerita Leslie, Minerva dibunuh oleh tiga siswa Grandes High School. Ketiga siswa itu bernama Alex, Mike dan Deny.

Ketika masih menjadi manusia, Minerva merupakan seorang guru muda yang sangat cantik dan anggun. Banyak siswa pria di Grandes High School yang menyukainya. Mereka bahkan tidak segan-segan menggodanya meskipun Minerva merupakan guru mereka.

Hingga suatu hari, ketiga siswa itu mengikuti Minerva ketika dia hendak pulang. Memang saat itu situasi sekolah sudah sepi karena semua orang sudah pulang. Ketiga siswa itu membawa dengan paksa Minerva ke belakang sekolah, lalu mereka menodainya di belakang sekolah. Di belakang sekolah bisa dikatakan tempat yang sangat jarang sekali dilewati orang.

Ketika Minerva bermaksud untuk lari, siswa yang bernama Mike menghentikannya dengan memukul kedua kaki Minerva dengan batu yang berukuran cukup besar. Karena hal itu juga akhirnya Minerva kehilangan nyawa.

Aku tidak bisa memaafkan ketiga siswa itu sehingga aku, Leslie dan Sean mencari identitas mereka di buku biodata siswa. Berkat data lengkap di buku biodata siswa, kami pun menemukan keberadaan mereka.

Aku, Leslie dan Sean mendatangi rumah mereka. Namun, kami sama sekali tidak menemukan mereka. Berkat pengakuan istri mereka, kami pun mengetahui bahwa mereka bertiga bekerja di tempat yang sama. Karena itu tanpa ragu aku, Leslie dan Sean pergi ke kantor mereka. Ketika kami akhirnya bertemu, tentu saja mereka tidak mengakui kejahatan yang mereka lakukan pada Minerva di masa lalu.

"Apa kalian tidak merasa bersalah sedikit pun, kalian telah membunuh seseorang? Orang yang telah kalian bunuh itu, arwahnya gentayangan di Grandes High School. Benarkah kalian tidak pernah merasa diteror oleh hantu Minerva?"

Aku mengatakan itu sambil menatap tajam ke arah mereka. Memang kejadian itu sudah berlangsung cukup lama, mereka pun sudah berkeluarga tapi mustahil mereka melupakan kejahatan besar yang telah mereka lakukan.

"Aku tidak mengerti apa yang kau katakan? Lebih baik kalian pergi dari hadapan kami sekarang juga!!"

Tidak ada satu pun yang bersedia mengakui kejahatan mereka. Mereka tetap bersikeras tidak mau mengakui bahwa merekalah yang membunuh Minerva. Tentu saja mendengarnya membuatku sangat marah dan kesal.

"Aku melihatnya ... kalian selalu diteror oleh hantu Minerva. Hanya saja ketika hantu Minerva disegel, kalian merasa tenang karena tidak pernah diteror lagi. Tapi perlu kalian ketahui, sekarang hantu Minerva telah terbebas dari segel yang selama ini menguncinya. Dia akan kembali datang ke tempat kalian, untuk meneror dan menuntut balas." Leslie yang mengatakannya dengan raut wajah yang begitu serius.

"Jangan bicara omong kosong, gadis kecil!!"

Meskipun Leslie sudah memberikan peringatan, semua itu sama sekali tidak mempengaruhi mereka.

"Alex, bukankah kau sering sekali melihat penampakan Minerva di rumahmu? Ketika kau sedang mandi, kau bahkan melihat sosok Minerva di kamar mandi rumahmu,” ucap Leslie seraya menatap tajam wajah Alex.

Leslie menggulirkan mata, kali ini tatapannya berhenti tepat pada Mike. “Lalu Mike ... aku melihatnya, setiap malam kau tidak bisa tidur dengan nyenyak karena hantu Minerva selalu mengganggumu. Bukan hanya di dunia nyata, bahkan ketika kau sedang bermimpi pun, hantu Minerva selalu muncul di mimpimu. Bukankah saat itu kau sempat frustrasi karena terlalu ketakutan?”

Terakhir tatapan Leslie tertuju pada Deny. “Dan kau … Deny, kau juga sering melihat penampakan Minerva. Ketika kau sedang menyetir, kau melihat hantu Minerva duduk di belakangmu. Kau melihatnya melalui kaca spion mobil. Kau berteriak ketakutan hingga kau nyaris mengalami kecelakaan. Apa kalian masih tidak mau mengakui kejahatan kalian? Mungkin dulu Minerva hanya meneror kalian, tapi sekarang kalian sudah berkeluarga. Kalian sudah memiliki anak dan istri, apa kalian tidak khawatir hantu Minerva akan meneror atau menyakiti keluarga kalian?"

"K-Kau ... siapa kau sebenarnya? Kenapa kau bisa mengetahui semua peristiwa yang pernah menimpa kami?" tanya Deny, terlihat sangat terkejut karena semua yang dikatakan Leslie memang benar pernah menimpa mereka.

"Percaya atau tidak, aku memiliki kemampuan melihat hantu dan berkomunikasi dengan mereka. Memangnya menurut kalian dari mana aku mengetahui bahwa kalianlah yang telah menodai dan membunuh Minerva? Kalian yang memukul kaki Minerva dengan batu sehingga kakinya patah dan akhirnya membuat dia meninggal? Menurut kalian dari mana aku mengetahui semua ini jika bukan karena hantu Minerva sendiri yang memperlihatkannya padaku?"

Mereka bertiga terbelalak mendengar ucapan Leslie. Aku memang sangat kagum pada Leslie, meskipun dia masih muda tapi perkataannya selalu mampu menggerakkan hati seseorang.

"Bukan aku yang melemparkan batu ke kakinya tapi Mike yang melakukan itu," ujar Deny dengan nada suara bergetar, terlihat sangat panik dan ketakutan.

"Hei, diam kau, Deny. Jangan bicara sembarangan!"

"Maaf, Mike. Aku sudah tidak tahan lagi. Aku tidak mau hantu Minerva meneror keluargaku."

"Benar, aku juga sudah tidak tahan. Meskipun hantu Minerva sudah tidak pernah meneror lagi tapi aku tidak pernah bisa hidup dengan tenang. Aku selalu dihantui perasaan bersalah. Aku ingin mengakhiri semua penderitaan ini." Kali ini Alex yang bersuara, mengutarakan penyesalan yang dia rasakan.

Aku merasa sangat lega menyaksikan hal itu. Sepertinya mereka berniat untuk mengakui kejahatan mereka.

"Jika kalian memang menyesal, akuilah kejahatan kalian pada polisi dan meminta maaf dengan tulus pada hantu Minerva. Apa kalian bersedia ikut dengan kami ke Grandes High School?" tanyaku seraya kutatap mereka satu persatu.

"Tentu saja." Alex dan Deny dengan serempak menyahut. Namun, berbeda dengan Mike, dia sama sekali tidak mengatakan sepatah kata pun. Dari wajahnya terlihat kemarahan yang amat besar. Tanpa membuang waktu lagi, kami berenam pun pergi menuju Grandes High School.

Sesampainya di sana, kami bergegas menuju ke belakang sekolah. Aku yakin hantu Minerva sedang berada di sana.

"Leslie, apa hantu Minerva berada di sini?"

Leslie terlihat sedang menatap lurus ke arah pohon yang berada di belakang sekolah ini.

"Apa dia berada di bawah pohon itu?" Leslie menganggukkan kepala menanggapi perkataanku. Kami bersama-sama berjalan mendekati pohon itu.

"Cepat katakan permintaan maaf kalian. Hantu Minerva sedang berada di sini," ucapku memberikan instruksi pada mereka bertiga bahwa inilah saat yang tepat untuk meminta maaf pada Minerva.

Secara bersamaan Alex dan Deny berlutut di tanah. Sambil menyatukan kedua telapak tangan di depan dada, mereka pun menuruti perkataanku dan mulai mengeluarkan suara.

"Maafkan kami, Minerva. Kami sangat menyesal, kami mengakui telah menyakitimu. Kami akan menyerahkan diri ke polisi karena itu tolong maafkanlah kami," pinta Alex.

"Benar, Minerva ... ampuni kami. Tolong jangan meneror kami lagi dan jangan menyakiti keluarga kami. Ampunilah kami, Minerva." Deny ikut mengutarakan permintaan maafnya. Hanya Mike seorang yang masih berdiri mematung. Dia sama sekali tidak mengatakan sepatah kata pun.

"Apa yang kau lakukan? Kau juga harus meminta maaf pada Minerva." Kembali kuberikan peringatan padanya.

"Sudah kukatakan aku sama sekali tidak melakukan apa yang kalian tuduhkan padaku. Aku tidak terima penghinaan ini, aku bisa saja melaporkan ke polisi karena kalian telah mencemarkan nama baikku."

Aku tidak mempercayai apa yang kudengar ini. Aku benar-benar tidak menyangka Mike masih tidak mengakui perbuatannya.

Lalu tiba-tiba tubuh Mike terangkat ke udara dan dia meronta-ronta sambil memegangi leher seakan-akan ada seseorang yang sedang mencekiknya.

"Lepaskan aku! Uhuuuk ... uhuuuuk ..."

Mike terus meronta-ronta dan tubuhnya semakin terangkat ke udara.

"Apa yang terjadi, Leslie?"

"Minerva mencekiknya."

Sebenarnya aku sudah menduga hal ini. Hantu Minerva sedang mencekik Mike. Aku bisa memahami alasan hantu Minerva melakukan ini, jika aku jadi dia, kurasa aku pun akan melakukan hal yang sama. Meskipun tetap saja tidak mungkin aku membiarkan ada orang yang mati di depanku.

"Mike meminta maaflah pada Minerva. Jika kau meminta maaf dengan tulus, aku yakin Minerva akan memaafkanmu.” Kucoba sekali lagi membujuk dan menyadarkan Mike.

"M-Maafkan a ... ku, Minerva. A ... ku menyesali perbu ... atanku. A ... ku berjanji ... a ... kan mengakui perbuatanku kepada po ... lisi."

Meskipun Mike sudah meminta maaf tapi aku tidak melihat tanda-tanda Minerva akan melepaskannya. Entah apa lagi yang harus aku lakukan untuk meredakan amarah Minerva?

"Hentikan, Minerva. Aku tahu mereka telah membuatmu menderita. Padahal kau begitu senang karena impianmu untuk menjadi seorang guru akhirnya tercapai. Tapi mereka telah menghancurkan kebahagiaanmu. Aku tahu mereka tidak pantas untuk dimaafkan. Tapi Minerva, ingatlah kebahagiaan yang kau rasakan ketika mengajar murid-muridmu. Ingat juga kasih sayang yang kau rasakan untuk murid-muridmu. Meskipun mereka telah menyakitimu tapi ingatlah mereka juga muridmu, Minerva."

Perkataan Leslie terdengar sangat mengharukan di telingaku. Aku yang merupakan seorang guru seperti Minerva sangat tersentuh mendengar ucapan Leslie.

"Benar yang dikatakan Leslie, aku juga seorang guru sama sepertimu, Minerva. Terkadang murid-murid kita selalu berbuat nakal. Tapi sebagai seorang guru sudah menjadi kewajiban kita untuk menyadarkan mereka. Mendidik dan memberikan pelajaran untuk mereka. Kita sebagai seorang guru diajarkan untuk bersabar dan memaafkan kesalahan murid-murid kita. Maafkanlah mereka, Minerva. Mereka sudah menyesali perbuatan mereka padamu, biarkan mereka mendapatkan hukuman yang pantas."

Seakan-akan Minerva menuruti perkataanku, tubuh Mike yang sejak tadi melayang kini secara perlahan turun ke bawah hingga kakinya kembali mendarat di tanah. Mike pun sudah berhenti meronta-ronta yang menandakan Minerva sudah berhenti mencekiknya. Mike mengikuti kedua temannya yang sedang berlutut, dia pun ikut berlutut di tanah.

"Maafkan kami, Bu Minerva. Maafkan kami!!" Secara serempak mereka bertiga meneriakkan hal itu.

Leslie tiba-tiba menatap ke udara, entah apa yang sedang dilihat oleh Leslie. Karena penasaran aku pun tanpa ragu menanyakannya. "Apa arwah Minerva sudah merasa tenang?"

Leslie menganggukkan kepala, "Iya. Arwahnya sudah tenang. Penampilannya sudah berubah, tidak mengerikan seperti tadi. Dia juga tersenyum dan kini arwahnya sudah menghilang. Dia sudah pergi ke dunianya."

Tidak terkira kebahagiaan dan kelegaan yang aku rasakan. Semenjak bertemu dengan Leslie, aku sering sekali merasakan kebahagiaan seperti ini. Sepertinya pertemuanku dengan Leslie merupakan sebuah takdir. Bersama Leslie, aku bisa menenangkan arwah-arwah yang masih bergentayangan di sekolah ini. Aku akan terus berjuang hingga semua arwah yang disegel oleh Sylvia bisa kembali ke dunia mereka.

***

"Angie katakan padaku, kenapa Sylvia menyegel hantu-hantu itu? Berapa banyak hantu yang telah dia segel?" tanya Leslie, terdengar emosi dari nada suaranya.

"Sudah kukatakan tidak seperti dirimu yang bisa berkomunikasi dengan hantu, Sylvia tidak bisa melakukan itu. Dia hanya bisa melihat mereka."

"Lalu kenapa dia bisa menyegel hantu?"

"Dia mempelajarinya dan berhasil memperkuat kemampuannya sehingga dia mampu menyegel hantu. Dia menyegel hantu-hantu itu dengan satu alasan, dia ingin mereka berhenti meneror dan mengganggu manusia."

"Tapi tetap saja perbuatannya salah."

Aku menghela napas pelan. "Iya, aku tahu. Karena itu aku meminta bantuanmu untuk menenangkan hantu-hantu yang disegel oleh Sylvia. Selain itu, ada hal lain yang ingin aku ceritakan padamu."

Satu alis Leslie terangkat naik. "Apa itu?" tanyanya.

"Sylvia sudah meninggal. Tapi dia meninggal dengan misterius. Hingga kini aku tidak tahu penyebab kematiannya. Karena itu aku memintamu untuk menyelidikinya, Leslie."

Leslie tampak terkejut mendengar permintaanku ini, terlihat dari bola matanya yang melebar. "Tapi bagaimana kita bisa menyelidikinya? Kita bahkan tidak tahu arwahnya gentayangan atau tidak."

"Aku yakin arwahnya masih gentayangan. Sering sekali aku merasakan kehadirannya, aku bahkan sering mendengar suaranya berbisik di telingaku. Bukan hanya itu, aku sering melihat dia di mimpiku. Aku mohon, Leslie, bantu aku untuk mencari arwah Sylvia. Ada banyak hal yang ingin aku sampaikan padanya. Dia sahabat baikku dan aku tidak sempat mengucapkan salam perpisahan padanya."

Leslie tertegun sejenak sebelum seulas senyum tersungging di bibirnya. "Tentu saja aku akan membantumu, Angie. Tapi di mana kita harus mencarinya?"

"Sebenarnya alasanku menjadi guru di Grandes High School, selain karena ingin menenangkan hantu-hantu yang masih gentayangan di sekolah ini agar sekolah ini terbebas dari pengaruh negatif hantu-hantu itu, aku juga ingin mencari arwah Sylvia. Entah kenapa aku percaya arwah Sylvia masih berada di gedung sekolah ini."

Leslie semakin membuka kedua mata dengan lebar. Ya, wajar saja jika dia terkejut, selama ini aku selalu melibatkannya dengan hal-hal gaib. Hanya dia satu-satunya orang yang bisa aku mintai tolong. Namun, seandainya Leslie tidak bersedia untuk membantuku sekalipun, aku tetap akan mencari arwah Sylvia. Aku tidak akan pernah berhenti mencari sampai aku berhasil menemukannya.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel