Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Minerva Part 3

Tidak terlalu lama aku menunggu, hingga sosok Leslie pun muncul di hadapanku. Namun, bukan hanya sosok Leslie yang muncul, ada seseorang yang berdiri di sampingnya.

"Huuh, mentang-mentang sudah berpacaran. Kalian ke mana-mana selalu berduaan. Apa yang kalian lakukan? Kalian tidak mampir ke tempat lain kan sebelum datang ke tempat ini?" tanyaku seraya menatap mereka secara bergantian.

"Tentu saja tidak, kau ini bicara apa, Angie?"

"Sudah akui saja."

"Kami memang tidak pergi ke mana-mana, dari rumah ... kami langsung datang ke tempat ini. Benar, kan, Sean?"

Sean mengangguk tanpa ragu, mengiyakan perkataan Leslie. "Iya, tentu saja. Jangan berpikiran yang tidak-tidak tentang kami."

"Hahaha ... ya, ya. Aku hanya bercanda. Ayo, kita masuk ke dalam!!" Kupikir sudah cukup menggoda mereka, sekarang bukan saatnya untuk membuang waktu berharga kami.

"Memangnya ada apa di dalam ruang guru ini?" Leslie yang bertanya.

"Kalian ikuti saja aku, nanti juga kalian akan tahu."

Meskipun wajah mereka berdua dipenuhi dengan ekspresi kebingungan, tapi mereka tetap mengikutiku dari belakang.

Aku membuka pintu ruang guru yang tidak terkunci. Sebenarnya tadi siang sebelum pulang, aku meminta izin untuk memegang kunci ruangan ini. Aku meminta izin untuk memasuki ruangan ini pada malam hari, aku merasa senang karena penjaga sekolah mengizinkanku. Sebenarnya tadi begitu tiba di sekolah, aku sudah membuka kunci pintu ini.

Aku dan kedua muridku terus berjalan menuju ke sebuah ruangan. Hingga aku menghentikan langkah ketika tiba di depan ruangan itu, begitu pun dengan Leslie dan Sean.

"R-Ruang kepala sekolah ... kenapa kau membawa kami ke ruang Pak Kepala Sekolah? A-Apakah roh Pak Kepala Sekolah gentayangan di sekolah ini sekarang?"

Aku hanya bisa tertawa melihat ekspresi ketakutan Leslie. Leslie memang memiliki kemampuan yang istimewa seperti Sylvia, hanya saja berbeda dengan Sylvia yang pemberani, Leslie sangatlah penakut.

"Angie, kenapa kau tertawa? Kenapa kau tidak menjawab pertanyaanku?"

"Jika Pak Kepala Sekolah menjadi hantu gentayangan pasti kau orang pertama yang melihatnya. Aku dan Sean ... kami tidak bisa melihat hantu."

Leslie terdiam, sepertinya dia menyadari bahwa yang kukatakan ini benar.

Aku membuka pintu ruang Pak Kepala Sekolah dan berjalan memasuki ruangan itu. Begitu pun dengan Leslie dan Sean berjalan mengikutiku di belakang.

Aku berjalan mendekati sebuah lemari. Tanpa ragu aku pun membuka pintu lemari itu.

"Hei, Angie, apa yang kau lakukan?"

Aku sama sekali tidak mempedulikan pertanyaan Leslie, aku meneruskan gerakan tanganku membuka pintu lemari itu.

"Apa itu? Bukankah itu papan nama?"

Sekali lagi aku tidak menanggapi pertanyaan Leslie, aku mengambil satu papan nama di dalam lemari. Setelah itu, aku kembali menutup pintu lemari.

"Apa yang sedang kau genggam itu, Angie?" Leslie kembali bertanya, terlihat sangat penasaran.

"Seperti yang kau lihat ini sebuah papan nama."

"Memangnya kenapa dengan papan nama itu?"

"Sebenarnya, Leslie, Sean ... di dalam papan nama ini ada hantu yang tersegel."

"A-Apaaa?"

Leslie dan Sean berteriak secara bersamaan, sepertinya mereka begitu terkejut mendengar ucapanku.

"Benarkah itu, Angie? Siapa yang menyegel hantu di dalam papan nama itu? Apa dia orang yang sama yang telah menyegel hantu Marina di dalam gudang?"

"Ya. Dia adalah sahabatku, Sylvia."

"Lalu hantu siapa yang tersegel di dalam papan nama itu?"

Aku mengulurkan papan nama itu pada Leslie, tapi Leslie enggan untuk menerimanya. Akhirnya Sean yang menerima papan nama itu.

"Ada tulisan 'Minerva' di papan nama ini."

Sean mengatakan itu sambil menatap dengan tajam ke arah tulisan pada papan nama itu.

"Minerva adalah nama hantu yang tersegel di dalam papan nama itu. Dulu dia salah satu guru di sekolah ini, tapi dia ditemukan tewas dengan sangat mengenaskan. Jasadnya ditemukan dalam kondisi kedua kaki patah di belakang sekolah. Aku yakin dia telah dibunuh oleh seseorang. Ketika dia masih bebas bergentayangan, dia sering sekali merasuki siswi Grandes High School yang masih berada di sekolah ini pada waktu jam sekolah telah berakhir. Untuk menghentikan perbuatannya yang sering merasuki manusialah, Sylvia menyegelnya di dalam papan nama ini. Tapi aku merasa semuanya belum selesai sebelum arwahnya bisa tenang dan kembali ke dunianya."

"Kenapa Sylvia menyegelnya? Kenapa dia tidak mencoba mencaritahu siapa yang telah membunuhnya supaya kalian bisa menenangkan arwahnya?" Leslie terlihat emosi setelah mendengar penjelasanku.

"Sylvia memang memiliki kemampuan istimewa sepertimu, tapi berbeda dengan kemampuanmu yang bisa berkomunikasi dengan mereka, Sylvia tidak bisa berkomunikasi dengan mereka. Dia hanya bisa melihat dan menyegel mereka."

"Lalu alasanmu membawaku kemari?"

"Ya, aku ingin meminta bantuanmu, Leslie. Tolong kau cari tahu siapa orang yang telah membunuh Minerva. Kita harus menenangkan arwahnya."

Seketika kedua mata Leslie melebar sempurna. "I-Itu artinya, kau akan membuka segelnya?"

Aku menganggukkan kepala menanggapi perkataan Leslie karena memang itu yang akan aku lakukan.

"Leslie, kau mau kan membantuku menenangkan arwah Minerva?"

Leslie terdiam awalnya, hingga beberapa menit kemudian dia pun mengangguk menyetujui. "Baiklah. Aku merasa perbuatan Sylvia yang telah menyegelnya memang salah. Seharusnya kita membantu hantu itu untuk kembali ke dunia mereka bukannya menyegel mereka."

Aku tersenyum mendengar ucapan Leslie, aku merasa lega karena dia mau membantuku.

"Aku akan membuka segelnya. Tapi sebelum itu, ada sesuatu yang ingin aku beritahukan padamu."

"Apa itu?"

"Sosok Minerva cukup mengerikan. Tubuhnya berlumuran darah, wajahnya tertutupi oleh rambutnya yang panjang dan ..."

"Dan ... apa?"

"Seperti yang kukatakan tadi, kedua kakinya patah sehingga dia berjalan dengan mengesot."

"I-Itu mengerikan," sahut Leslie sambil meringis.

"Kau sudah terbiasa melihat hantu seharusnya hal itu sudah biasa bagimu."

"Tetap saja aku takut."

"Kalau begitu bersiaplah, Leslie, Sean ... aku akan membuka segelnya."

Leslie dan Sean menganggukkan kepala mereka secara bersamaan.

Aku meletakkan papan nama itu di lantai dan mulai memejamkan mata. Lalu aku membacakan ucapan suci yang pernah diajarkan oleh Sylvia padaku untuk membuka segel itu.

"Wahai arwah Minerva yang terkunci di dalam papan nama ini. Aku memanggilmu ... aku memerintahkanmu untuk keluar dari dalam papan nama ini. Minerva, kau terbebas dari kunci ini!!"

Setelah aku selesai mengucapkan kalimat untuk membuka segel, aku merasakan angin berhembus dengan sangat kencang. Papan nama itu bergetar dengan hebat.

"Aaaaaaaaaaaaa!!"

Teriakan kencang Leslie itu membuatku tersentak.

"Ada apa, Leslie?"

"H-Hantunya keluar ... perlahan-lahan tubuh hantu itu keluar dari dalam papan nama."

Papan nama itu terus bergetar dan tidak terlihat tanda-tanda akan berhenti.

"Aaaaaaaaaaaaa!!"

"Ada apa lagi, Leslie?"

"Hantu itu ... dia mendekatiku ..."

"Biarkan dia. Dia pasti ingin memperlihatkan kenangannya padamu, Leslie."

Bersamaan dengan berhentinya papan nama itu bergetar, angin yang berhembus itu pun ikut berhenti. Kemudian ...

Tubuh Leslie tiba-tiba tumbang, dengan sigap Sean menahan tubuh Leslie.

"Angie, apa yang terjadi pada Leslie?"

Sean mengatakan itu dengan kepanikan yang luar biasa.

"Tenanglah, Sean. Bukankah kau sering menyaksikan hal ini. Dia seperti itu, ini pertanda hantu Minerva sedang memperlihatkan dunia kenangannya pada Leslie."

Aku dan Sean terus berada di samping Leslie yang terlihat sedang tidur. Aku tahu arwah Leslie sedang keluar dari tubuhnya dan berpetualang di dunia kenangan Minerva. Setiap kali aku melihat Leslie kehilangan kesadarannya seperti ini, sebenarnya aku merasakan sakit di hatiku. Andai saja aku memiliki kemampuan seperti Leslie, aku pasti tidak akan membuat Leslie berada dalam bahaya seperti ini. Sebenarnya ketika arwah Leslie meninggalkan tubuhnya dan berpetualang di dunia kenangan hantu-hantu itu, itu merupakan situasi yang sangat membahayakan bagi Leslie.

Tubuhnya yang tengah kosong ini pasti menjadi incaran para makhluk-makhluk halus. Terkadang aku pun takut hantu-hantu itu akan membawa arwah Leslie sehingga arwah Leslie tidak bisa kembali lagi ke tubuhnya. Namun, sejauh ini kekhawatiranku tidak pernah terjadi. Leslie selalu berhasil kembali ke tubuhnya dengan selamat.

"Angie, tubuh Leslie bergetar," ucap Sean, masih sama paniknya seperti tadi.

"Cepat panggil namanya, ini pertanda dia akan segera kembali ke tubuhnya."

Ya, setelah beberapa kali melakukan penyelidikan tentang hantu bersama dengan Leslie, aku pun menyadari sesuatu. Ketika tubuh Leslie tiba-tiba tumbang dan kehilangan kesadarannya, itu merupakan pertanda arwah Leslie meninggalkan tubuhnya dan berpetualang di dunia kenangan para hantu. Ketika tubuhnya bergetar dengan hebat, itu merupakan pertanda arwah Leslie telah selesai berpetualang dan akan segera kembali ke tubuhnya.

"Cepat kita panggil nama Leslie."

Sean menganggukkan kepala menyetujui perkataanku. Kemudian secara bersamaan, aku dan Sean meneriakkan nama Leslie, kami terus memanggil Leslie.

Aku merasakan kelegaan yang tiada tara ketika melihat Leslie perlahan membuka kedua matanya kembali.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel