Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Marco Part 1

Flashback On

Kejadian yang mengerikan kembali meneror Grandes High School. Banyak siswi yang tiba-tiba menghilang. Jika melihat foto dari siswi-siswi itu, mereka memiliki paras yang cantik. Aku yang belakangan ini cukup dekat dengan Sylvia, mendatangi kelasnya untuk membahas hal ini. Aku yakin Sylvia pasti akan melakukan sesuatu karena kejadian ini aku yakin berhubungan dengan hantu yang masih bergentayangan di sekolah ini. Alasanku bisa seyakin ini karena aku bisa merasakan keberadaan hantu yang sepertinya memiliki kekuatan yang cukup besar karena aku bisa merasakan dari auranya.

Begitu lonceng tanda pelajaran hari ini berakhir, aku bergegas meninggalkan kelas dan berlari menuju kelas Sylvia yang letaknya tidak terlalu jauh dengan kelasku.

Begitu tiba di depan kelas Sylvia, aku melihat dia sedang berjalan meninggalkan kelasnya, aku pun bergegas mengejarnya.

"Tunggu Sylvia!"

Sylvia yang mendengar panggilanku menghentikan langkah dan menatap ke arahku. "Oh, kau lagi. Akhir-akhir ini kau sering sekali muncul di depanku."

"Aku ingin belajar darimu, aku juga ingin memiliki kemampuan sepertimu."

"Bukankah sudah kukatakan, kemampuanku ini sudah ada sejak aku dilahirkan. Sekeras apa pun kau berusaha, kau tidak akan bisa menguasai kemampuan sepertiku jika kau memang tidak dilahirkan dengan memiliki kemampuan khusus."

Aku mendengus mendengar perkataannya yang terlalu meremehkanku. "Aku tidak akan menyerah. Aku yakin suatu hari nanti aku pasti bisa memiliki kemampuan sepertimu."

"Ya, terserahlah." Sylvia kembali melanjutkan langkahnya meninggalkanku.

"Tunggu Sylvia! Ada hal lain yang ingin aku tanyakan padamu."

Seketika langkahnya terhenti dan dia kembali menoleh ke arahku. "Apa?"

"Mengenai peristiwa seringnya siswi cantik yang menghilang, aku curiga kejadian ini ulah dari salah satu hantu di sekolah ini. Aku bisa merasakan aura keberadaannya."

Sylvia mengulas senyum tipis, "Kecurigaanmu memang benar, semua kejadian ini memang ulah salah satu hantu di sekolah ini. Aku bahkan sudah melihat sosok hantu itu."

"Benarkah?"

"Begitulah."

"Lalu apa rencanamu?"

"Tentu saja aku akan menghentikan hantu itu dan akan menyelamatkan siswi-siswi yang menghilang," jawabnya tegas tanpa keraguan.

Sylvia terus berjalan, entah ke mana dia akan pergi? Tapi aku terus mengikutinya dengan berjalan di sampingnya.

"Kenapa kau mengikutiku? Kenapa kau tidak pulang?"

Aku menyengir lebar, "Aku ikut denganmu. Aku juga ingin menghentikan hantu itu dan ingin menyelamatkan siswi-siswi yang menghilang." Hingga akhirnya kuutarakan tujuan serta alasanku mengikutinya.

"Memangnya kau bisa melakukan apa?"

"Apa saja. Selain itu, Sylvia, sepertinya mulai sekarang kau harus membiasakan diri melihatku setiap hari, aku akan selalu mengikutimu. Aku ingin sepertimu. Aku juga ingin menghentikan hantu-hantu yang mengganggu manusia."

Sylvia mengembuskan napas pelan seolah sudah menyerah melarangku ikut bersamanya, mungkin sudah bisa dia tebak betapa keras kepalanya aku. "Terserah kau sajalah."

Meskipun Sylvia cenderung memiliki sifat yang cuek dan terkadang nada bicaranya sangat ketus, tapi aku tidak akan pernah berhenti mengikutinya. Sudah kuputuskan akan membantu Sylvia menghentikan hantu-hantu itu.

***

Malam ini, aku berjanji untuk bertemu dengan Sylvia di sekolah. Aku sangat senang karena dia mengizinkanku untuk ikut menyelidiki hantu itu.

Tidak terlalu lama setelah bertemu dengan Sylvia, dia mengajakku untuk pergi ke salah satu kelas. Kelas ini merupakan kelas 3A.

"Kenapa kita datang kemari?" tanyaku heran karena dia tiba-tiba membawaku kemari tanpa menjelaskan alasannya.

"Aku hanya ingin memastikan benarkah hantu itu berasal dari kelas ini. Aku pernah melihat dia keluar dari kelas ini."

Aku terdiam tanpa mengatakan sepatah kata pun. Aku merasa iri pada Sylvia yang bisa melihat hantu, padahal aku selalu ingin bisa melihat hantu. Aku sangat penasaran ingin melihat sosok mereka.

"Ternyata memang benar, ketika dia masih hidup dia merupakan siswa di kelas ini."

Sylvia mengatakan itu sambil menyunggingkan seulas senyum.

"Kau melihatnya?"

"Ya. Dia sedang melayang tepat di depan kita. Hm, benar juga kau tidak bisa melihatnya. Biar aku gambarkan sosoknya untukmu. Berikan aku kertas dan pensil."

"Hm, oke!"

Aku segera menuruti perkataan Sylvia dan memberikan kertas beserta pensil seperti yang dia minta.

Sylvia menggambar dengan cepat, aku hanya memperhatikannya dalam diam. Dalam waktu singkat dia menyelesaikan gambarnya dan memberikan kertas itu padaku. Di kertas itu terdapat gambar seorang pria yang sedang mengenakan jas. Ya, aku yakin dia sedang mengenakan jas. Aku sama sekali tidak melihat satu pun hal yang mengerikan pada gambar itu, seolah-olah hanyalah gambar seorang pria normal. Namun, aku menyadari pria itu hantu ketika melihat dalam gambar, kakinya sama sekali tidak menapak pada lantai. Sylvia menggambarkannya dengan begitu jelas sehingga aku bisa menyadari sosok pria yang dia gambar ini memang benar sosok hantu.

"Dalam gambarmu, hantu ini terlihat tidak mengerikan."

"Ya. Penampilannya memang tidak terlalu mengerikan. Sepertinya dia meninggal dengan wajar bukan karena kecelakaan atau dibunuh oleh seseorang."

"Hantu itu benarkah dia mengenakan jas?"

Sylvia mengangguk, "Begitulah. Aku juga terkejut baru kali ini melihat hantu serapih ini. Aku sudah melihat wajahnya dengan jelas, ayo pergi!!"

Meskipun aku masih merasa bingung, tapi yang bisa aku lakukan sekarang hanyalah mengikuti Sylvia.

Keesokan harinya, ketika jam istirahat, aku melihat Sylvia berjalan seorang diri. Aku pun segera menghampirinya.

"Sylvia, kau mau ke mana?" tanyaku setelah kini aku berjalan di sampingnya karena berhasil menyusulnya.

"Kau ini seperti hantu, ya, tiba-tiba muncul. Lagi pula, aku heran kau selalu bisa menemukanku," katanya sambil memicingkan mata, menatapku penuh curiga.

Aku pun tertawa detik itu juga. "Itu karena aku selalu memperhatikanmu."

Sylvia menggeleng-gelengkan kepala setelah mendengar jawabanku yang terkesan santai dan tak merasa bersalah.

Kemudian ... dia kembali melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti karena ulahku. Aku sama sekali tidak menanyakan ke mana dia akan pergi, karena aku pikir jika terus mengikutinya seperti ini maka sebentar lagi aku akan tahu tempat yang dia tuju.

Aku tertegun ketika akhirnya Sylvia menghentikan langkah begitu kami tiba di depan sebuah ruangan. Ruangan itu merupakan ruangan kepala sekolah. Aku sempat merasa heran kenapa Sylvia mendatangi ruangan ini, tapi aku segera mengerti setelah melihat dia meminjam sebuah buku pada Pak Kepala Sekolah. Buku itu merupakan buku biodata seluruh siswa yang pernah menuntut ilmu di Grandes High School.

"Apa yang kau lakukan? Kenapa kau meminjam buku ini?"

Sylvia sama sekali tidak menjawab pertanyaanku. Yang dia lakukan hanyalah membuka dan memperhatikan dengan seksama tiap lembar dari buku itu. Sylvia terlihat begitu serius sehingga aku tidak berani untuk bertanya lagi. Aku takut mengganggu konsentrasinya.

"Ini dia, akhirnya aku menemukannya!"

Aku tersentak ketika tiba-tiba Sylvia mengatakan itu dengan cukup keras. Selain itu, untuk pertama kalinya aku menyaksikan Sylvia tersenyum dengan riang.

"Apa yang kau temukan?" tanyaku penasaran.

"Tentu saja identitas hantu itu. Dia bernama Marco, seharusnya dia masih terdaftar sebagai siswa di kelas ini. Seharusnya dia masih duduk di bangku kelas 3. Di sini pun tertera alamat rumahnya. Ayo, kita pergi ke rumahnya. Kita harus mencaritahu penyebab kematiannya."

Walaupun masih bingung tapi aku menganggukkan kepala untuk menanggapi ajakan Sylvia. Sebenarnya aku juga merasa sangat senang karena sepertinya Sylvia mengizinkanku untuk ikut dan membantunya. Mungkin dia mulai terbiasa dengan keberadaanku.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel