Bab 9 Aku Soulmate-mu
Di saat semua anak-anak sedang sibuk membicarakan tentang soulmate mereka masing-masing, Gaju pergi keluar meninggalkan kelas itu. Tidak ada yang menyadari kepergian Gaju. Bocah kecil yang memang tidak mempunyai kawan dekat seorang pun dan tidak mau berinteraksi dengan anak yang lain.
Gaju berjalan ke arah pantai dengan tas ransel di punggungnya. Sejak kejadian Professor menegurnya saat itu karena dia sengaja menjawab salah, Gaju selalu memperhatikan tiap sudut Pulau dengan seksama. Dia kini mempunyai bayangan, dimana saja kamera tersembunyi yang digunakan untuk mengawasi para Kandidat ditempatkan. Dan sampai saat ini, Gaju sudah menemukan setidaknya 2357 lokasi kamera tersembunyi.
Gaju kemudian berjalan menuju spot favoritnya berlatih setiap hari. Batas antara pantai berpasir dan bebatuan terjal yang terhubung dengan tebing yang ada di sebelah barat pulau.
Dia memilih lokasi ini karena pemandangan yang sangat indah saat matahari terbenam di senja hari, atau setidaknya itulah alasan yang dia siapkan untuk siapa saja yang mencurigai hobinya berlatih sendirian disini.
Tapi hanya Gaju yang tahu bahwa lokasi inilah salah satu blindpsot yang dia temukan di Pulau. Blindspot dimana tidak ada satu kamera pun yang mengarah kesini. Meskipun area blindspot ini tidak begitu luas, hanya sekitar 5m x 5m, tapi itu lebih dari cukup bagi Gaju untuk berlatih tanpa diperhatikan oleh para Pengurus.
Saat di lokasi inilah Gaju akan melatih semua atribut fisiknya sampai titik maksimum, sedangkan semua latihan yang dia lakukan di kamarnya sendiri sampai dia terkapar, itu hanya kamuflase. Dan dia sudah melakukan semua ini selama hampir setahun.
=====
"Kamu serius Tian?" tanya Tia dengan wajah kuatir, bukan apa-apa, Tian adalah Kandidat dengan skor intelligence tertinggi di antara mereka semua, sekarang tiba-tiba dia harus berpasangan dengan si 'aneh', julukan semua orang kepada si Tiga Tujuh itu, tentu banyak sekali yang merasa iri dan mulai berniat jahat kepada Tiga Tujuh.
Tian hanya tersenyum mendengar pertanyaan Tia, "bukankah sudah seperti itu aturan dari Pulau? Aku bisa apa?" kata Tian sambil mengangkat bahu, "Tia kamu tahu nggak dimana aku bisa menemukan Tiga Tujuh?" lanjut Tian.
Tia terdiam sejenak, "setiap sore, dia selalu berlatih sendirian di sebelah tenggara pulau. Daerah peralihan antara pantai dan tebing batu. Dulu banyak yang tertarik dengan metode latihan Tiga Tujuh, tapi setelah mereka melihat kalau peningkatan atribut fisik sangat kecil dan tidak sebanding dengan usahanya, mereka menyerah dan membiarkan Tiga Tujuh berlatih sendiri."
Tian cuma menganggukkan kepalanya tanda mengerti.
=====
Seorang bocah laki-laki sedang berlatih bela diri di pinggir pantai ketika dari arah daratan seorang gadis berjalan pelan menuju ke arahnya.
Si Gadis kecil dengan sabar menunggu sang pemuda selesai dengan rutin gerakannya sebelum dia mendekat dan berdiri si sebelah pemuda yang hanya menggunakan celana pendek dan bertelanjang dada itu.
"Hai," sapa si Gadis pelan.
Sang pemuda menolehkan kepalanya dan melihat kepada si Gadis yang tersenyum ke arahnya.
"Aku Tiga Delapan, panggilanku Tian. Aku soulmate-mu," kata si Gadis sambil mengulurkan tangannya, mengajak sang Pemuda untuk berjabat tangan.
Si Pemuda terlihat ragu untuk menyambut uluran tangan gadis yang bernama Tian itu.
Tapi tak lama kemudian, dia tersenyum dan mengulurkan tangannya, menyambut tangan kecil Tian.
"Aku Tiga Tujuh, panggil saja Gaju," kata si Pemuda dengan suara pelan.
Tian membiarkan tangannya dalam genggaman Gaju selama beberapa saat sambil tersenyum manis sekali. Senyuman paling indah yang akan selalu diingat Gaju untuk selamanya.
=====
Day-720
Ini sudah sepuluh hari sejak hari pertemuan Gaju dan Tian sore itu. Sejak saat itu, Tian meninggalkan kelompoknya yang selama ini selalu bersamanya dan mulai selalu mendampingi Gaju kemanapun dia pergi.
Dan selama sepuluh hari inilah Gaju tidak bisa berlatih dengan leluasa. Dia mulai merasa jengkel dengan ulah gadis kecil bernama Tian yang selalu mengikuti kemanapun Gaju pergi.
"Tian, kamu itu kan anak yang paling cerdas di antara semua Kandidat. Kamu kenapa harus mengikutiku kemanapun aku pergi sih?" protes Gaju suatu sore saat mereka berdua duduk di lokasi favorit Gaju sore itu.
Tian yang dari tadi melihat Gaju dengan ekspresi penuh rasa ingin tahu hanya tersenyum kecil, "karena Gaju tu menarik dan unik."
Gaju kaget saat dia mendengar jawaban Tian. Gaju tahu apa anggapan kawan-kawan yang lain tentang dirinya. Mereka semua menganggapnya 'aneh', 'penyendiri', 'anti-sosial' dan banyak sebutan lainnya.
Tapi baru kali ini dia mendengar jawaban yang lain dari Tian. Tapi bukan Gaju namanya kalau dia tidak mempertimbangkan kemungkinan kalau Tian sedang berusaha menjeratnya.
Gaju menggunakan otaknya dengan cepat untuk menganalisa tujuan sebenarnya dari tindakan Tian dan di saat yang sama Tian juga melakukan hal yang sama.
Setelah beberapa menit, Tian menghembuskan napas panjang, "aku menyerah," kata Tian sambil memandang lautan lepas di depan mereka.
Gaju sedikit kebingungan melihat tingkah gadis manis yang kelihatannya berdarah Chinese ini. Gaju sendiri sudah lama menyadari kalau masing-masing anak memiliki genetik turunan yang berbeda-beda.
Seperti Gaju yang memiliki genetik mayoritas Korea, Tian yang memiliki turunan genetik China, Koga yang berdarah Jepang dan bermacam-macam lagi turunan genetik yang ada pada para Kandidat. Gaju sudah menduga kalau itu disengaja oleh Pengurus dan Organisasi yang membuat Pulau.
Dan gadis manis bernama Tian yang sekarang duduk di sebelahnya ini, dia berkulit putih dan mata yang tidak terlalu sipit dengan tatapan yang tajam. Matanya terlihat jernih, bersinar dan dalam, hanya dengan sekali lihat, orang pasti tahu sedang berhadapan dengan sosok yang memiliki kecerdasan diatas rata-rata.
Rambut Tian hitam lurus dan memanjang hingga punggung. Ketika angin laut bertiup ke arah daratan, helaian rambutnya akan sedikit berkibar dan Tian akan menggunakan tangannya untuk merapikan rambutnya lagi.
Gaju tak berhenti menatap ke arah Tian. Dia bagaikan sebuah kamera yang sedang merekam sebuah film high definition dengan Tian sebagai aktris utamanya. Dan Gaju tanpa sadar melakukan itu.
Sesaat kemudian logika Gaju mengambil alih. Untuk sesaat tadi, dia terbawa emosi karena pesona Tian yang sungguh luar biasa. Gadis cantik sudah biasa, tapi gadis cantik dan sepintar Tian? Bahkan untuk sosok selicik Gaju pun bisa terpesona dibuatnya.
"Maksudmu apa sih?" tanya Gaju ke arah Tian.
"Gaju, kamu selama ini sadar nggak kalau aku selalu memperhatikanmu?" tanya Tian pelan.
Gaju terdiam. Dia berusaha menggunakan memorinya untuk mencari bukti apakah klaim Tian baru saja bukan sebuah kebohongan.
Dan scene demi scene, dimana Tian dengan sengaja melirik kearah dirinya sendiri satu demi satu muncul ke permukaan.
Gaju terus berusaha menggali lebih dalam dan akhirnya menemukan sebuah potongan memori yang terjadi saat sore itu setelah mereka melakukan test knowledge.
Wajah Tian kecil yang masih berusia 8 tahun 2 bulan tampak gugup dan ketakutan sedang mengintip dari balik pintu kamarnya ke arah kamar Gaju, saat dimana Gaju sedang ngobrol dengan tiga cecunguk Koga sore itu.