Bab 10 Tinggal Bersama
Ingatan Gaju kembali melihat satu per satu scene dimana Tian selalu mencuri pandang kearahnya. Baik saat di kelas atau saat di lapangan ataupun saat di Canteen.
Selama ini Gaju tidak pernah menyadarinya, tapi Gaju tahu dengan pasti bahwa apapun yang dilihatnya akan disimpan seperti sebuah video yang bisa diputar balik sesuka hatinya. Kapan pun dia mau.
Dan setelah dia melihat memorinya sendiri, Gaju tahu kalau Tian tidak berbohong, tapi saat ini, justru Gaju yang ingin berbohong.
"Aku tidak tahu," jawab Gaju pelan tanpa berani melihat ke arah Tian.
Gaju tahu, berbicara dengan seorang gadis dengan kemampuan analisanya atau analytical capability sehebat Tian, saat dia menunjukkan sedikit saja kesalahan atau ketidakwajaran, maka semua kebohongannya pasti akan terbongkar.
Tian tersenyum, "aku tahu kalau kamu tidak pernah tahu, karena itu aku bisa leluasa memperhatikanmu."
"Aku juga baru tahu beberapa saat lalu, jadi selama ini kamu menganggap kalau aku tidak tahu, karena memang aku belum tahu saat itu," batin Gaju dalam hati.
Tian menarik napas panjang, "Gaju, kamu tahu nggak sedihnya menjadi seorang Tian?" kata Tian pelan.
"Mempunyai banyak penggemar?" kata Gaju setengah bercanda, tentu saja candaan garing.
Dan anehnya, Tian tertawa ketika mendengar candaan Gaju tadi.
"Kamu bisa bercanda juga ya?" kata Tian sambil tersenyum dan mengangguk-anggukkan kepalanya.
Gaju cuma tersenyum kecut mendengar kata-katanya.
"Waktu aku bilang kalau kamu itu menarik dan unik, aku berkata jujur," kata Tian, "cuma kamu seorang yang sama sekali tidak bisa aku kalkulasi dan analisa dari empat puluh kandidat yang ada di Pulau," lanjutnya dengan nada serius.
"Mungkin karena kemampuan analisaku, aku biasanya bisa menebak sifat seseorang setelah berinteraksi dengannya kurang lebih satu jam. Aku juga bisa menebak maksud dari tindakan seseorang dari campuran antara gerak tubuh, gerakan bola mata, intonasi suara dan sebagainya," lanjut Tian lagi
"Itulah kenapa tadi aku bertanya soal sedihnya menjadi seorang Tian. Aku ini seperti sebuah mesin pendeteksi kebohongan yang hidup dan berjalan."
"Kamu pernah bayangin nggak rasanya dikelilingi oleh sekumpulan orang yang dari perkataan mereka begitu memuji dan baik kepada kita, tapi sebenarnya mereka hanya ingin memanfaatkan kita dan menginginkan kita gagal?"
"Hanya kamu satu-satunya yang menarik dan unik. Aku tidak bisa membacamu sama sekali. Aku tidak tahu apakah kamu jujur atau tidak. Aku bahkan tidak tahu seberapa kuatnya dirimu."
"Padahal aku sudah memiliki analisa lengkap terhadap semua Kandidat yang ada di Pulau. Aku juga sudah memprediksikan perkembangan kemampuan mereka selama 2 tahun kedepan."
"Tapi kamu lain. Kamu satu-satunya yang membuatku merasa 'normal'. Kamu seperti sosok penuh misteri dan kejutan buatku."
"Jadi, maukah kamu menjadi soulmate-ku?" tanya Tian mengakhiri ceritanya.
Gaju terlihat berpikir agak lama sebelum akhirnya menganggukkan kepala dan tersenyum ke arah Tian.
=====
Day-721
Ini hari pertama sejak program soulmate resmi dimulai. Sesuai peraturan dari Pengurus, semua soulmate harus tinggal dalam satu kamar dormitory.
Tok tok tok tok.
Terdengar suara ketukan pintu dari depan kamar Tian. Tian terlihat sedikit gugup. Dia tahu hari ini, Gaju akan pindah dan tinggal bersama dirinya. Karena itu, Tian sudah gugup sedari pagi. Dia beberapa kali membersihkan dan merapikan tempat tidurnya.
Tian juga beberapa kali melihat ulang lantai kamarnya, apakah sudah bersih atau masih terlihat kotor. Tian sendiri juga merasa heran, takut, gelisah dan juga bahagia. Ya, bahagia. Dia tidak pernah merasakan sesuatu yang menarik seperti ini sebelumnya.
Dua tahun lalu, saat test pertama kali, Tian mendapatkan skor Intelligence Cumulatif sebesar 2.75 point. Setelah dua tahun ini, Tian berhasil memperoleh peringkat tiga besar selama 8 kali. Itu artinya Tian mendapatkan serum genetik untuk evolusi otaknya sebanyak 8 kali yang membantunya memberikan penambahan kecerdasan otak sebesar 2.4 point.
Kini, skor Intelligence Tian sebesar 5.15 point. Tian sudah memenuhi syarat sebagai seorang Strategist yang sesungguhnya.
Semua kandidat akan dianggap seorang Strategist yang sebenernya saat nilai IA nya melebihi lima point. Sama halnya dengan fighter, mereka akan dianggap layak untuk menjadi fighter saat nilai Physical Attributenya melebihi 5 point.
Dan sebagai seorang Strategist, Tian mempunyai kemampuan untuk beradaptasi dan menyesuaikan tindakan dan aksinya sesuai dengan musuh yang akan dihadapi.
Tian yang sedang berhadapan dengan Koga akan bersikap berbeda saat Tian berhadapan dengan Song Lan atau mungkin Koma. Sampai akhirnya Tian juga mengalami krisis jatidiri, kebingungan seperti apa sosok dirinya yang sebenarnya.
Karena selama ini, Tian selalu merubah sifat dan perilakunya sesuai dengan situasi dan kondisi agar bisa menciptakan kesempatan yang optimal bagi Tian sendiri untuk bertahan hidup bahkan menang.
Gaju membuat Tian merasakan sesuatu yang lain, dia tidak tahu harus berbuat seperti apa dan bagaimana di depan Gaju. Semuanya menjadi tak dapat ditebak dan menarik.
Tok tok tok tok.
Suara ketukan pintu kembali terdengar.
Tian bergegas ke depan dan ketika dia membuka pintu, dia melihat sesosok bocah dengan menggunakan celana pendek dan kaos seadanya serta terlihat belum mandi.
Di kedua tangannya terlihat dua buah ransel besar yang entah isinya apa. Tian mengernyitkan dahinya.
"Kamu kok gitu sih? Ini kan hari bersejarah kita. Kok gitu aja dandanannya? Belum mandi lagi," protes Tian kearah Gaju.
Gaju tidak memperdulikan kata-kata Tian dan langsung menyelonong masuk, "hei, aku bukan pindah dari pulau sebelah. Aku cuma pindah dari kamar sebelah. Ribet amat sih," kata Gaju cuek sekali.
Tian menyusul Gaju dan membantu mengangkat salah satu koper milik Gaju. Setelah itu, dia meletakkan koper itu ke ujung kamar dan membiarkannya disana.
Gaju melihat tingkah gadis kecil berambut panjang itu, "kenapa koperku ditaruh di pojok kamarmu?"
"Kan tempat lain dah aku bersihin. Lemari juga udah aku tata rapi. Nggak mungkin kan kalau aku bongkar-bongkar lemari lagi?" jawab Tian.
"Terus kalau aku mau ganti baju gimana?" tanya Gaju.
"Ya, kamu ambil dari koper," kata Tian.
Gaju kemudian berdiri dan menyeret kedua kopernya kembali ke arah pintu kamar Tian.
"Kamu mau kemana?" tanya Tian yang tiba-tiba panik.
"Balik ke kamarku sendiri. Kamu aja yang pindah ke kamarku," kata Gaju datar sambil terus melangkah.
Tian cuma bisa terbengong di tempatnya, setelah itu secepat kilat Tian berlari dan menghadang langkah Gaju yang hampir sampai ke depan pintu kamar.
"Stop," kata Tian dengan napas sedikit tersengal.
"Di kamar Tian aja, okey?" kata Tian.
"Nggak mau. Aku tidak peduli di kamarmu atau kamarku, tapi yang penting kita equal. Semua keputusan harus dibicarakan lebih dulu. Kamu juga nggak bisa seenaknya sendiri atau mau menang sendiri," kata Gaju.
Tian terdiam kemudian setelah itu dia menganggukkan kepalanya dan tersenyum manis.
"Jadi koper dan pakaianku mau ditaruh mana?" tanya Gaju kepada Tian.
Senyuman di bibir Tian langsung lenyap saat itu juga.