Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 11 Tahap Kedua

Di saat Gaju dan Tian sedang berbenah dan membereskan barang-barang Gaju yang ada di dalam koper, sebuah bunyi 'bip' terdengar dari gelang di tangan mereka. Tanda bahwa sebuah notifikasi baru saja dikirim Pengurus ke semua Kandidat.

Kedua anak berusia 10 tahun itu saling berpandangan mata kemudian masing-masing membuka mini komputer mereka yang terpakai di pergelangan tangan.

Tak lama kemudian sebuah pesan tulisan berwarna merah terlihat di layar hollogram yang mengambang di atas gelang mereka.

"Perhatian untuk semua Kandidat."

"Program saat ini telah mencapai tahap kedua. Semua Kandidat dimohon untuk memperhatikan perubahan sistem yang dilakukan untuk tahapan kedua ini."

"Peraturan baru diberlakukan untuk tahap kedua bagi semua Kandidat yang ada di Pulau."

"Mulai hari ini, sistem soulmate sudah efektif dijalankan untuk semua Kandidat."

"Tidak ada lagi sistem ujian untuk para Kandidat yang dilakukan setiap 2 bulan sekali seperti pada masa persiapan sebelumnya."

"Tidak ada lagi reward berupa serum genetis untuk membantu evolusi kecerdasan otak atau kemampuan fisik bagi para Kandidat."

"Tidak ada lagi sistem kelas dan pengajarnya."

"Library, Laboratory dan semua Fasilitas Training kini dibuka secara bebas untuk semua Kandidat tanpa batasan apapun."

"Diluar makanan dan minuman yang tetap disediakan oleh Canteen, semua kebutuhan dan latihan untuk para Kandidat menjadi tanggung jawab masing-masing."

"Kandidat juga dianjurkan untuk melakukan self-study dan penelitian sendiri untuk memenuhi kebutuhan pengetahuan yang diminatinya."

"Tidak akan ada lagi ranking atau sistem nilai yang akan digunakan untuk merating para Kandidat."

"Tahap kedua dari Program ini akan mempunyai durasi yang sama dengan tahap persiapan pertama selama dua tahun."

"Selama dua tahun ke depan, Kandidat bertanggung jawab penuh terhadap keamanan dan keselamatan dirinya sendiri di Pulau."

"Ujian dalam bentuk eliminasi akan dilakukan dua tahun lagi dengan menggunakan format combat antar tim. Dimana anggota tim adalah soulmate masing-masing Kandidat. Musuh akan ditentukan secara acak."

"Notifikasi selesai."

Gaju dan Tian terdiam selama beberapa saat setelah membaca pengumuman yang barusan mereka terima.

Tak lama kemudian Tian melirik ke arah Gaju dan berkata pelan, "apa pendapatmu?"

Gaju masih terdiam. Dia sedang berpikir. Kini dia sadar bahwa ingatannya dulu tentang suara laki-laki yang mengatakan kalau mereka semua akan saling membunuh dan hanya menyisakan sedikit saja yang selamat, mulai menjadi kenyataan.

Memang dari pengumuman tadi tidak terlihat atau terbaca dengan jelas, tapi untuk orang seperti Gaju dan Tian, mereka berdua langsung menduga kemana arah Program di Pulau ini membawa mereka.

Mereka diarahkan untuk saling membunuh satu sama lain.

"Program dan Pulau ini sangat kejam. Kita diharuskan saling membunuh untuk bertahan hidup," kata Gaju pelan setelah berpikir selama beberapa saat dan menjawab pertanyaan Tian.

Tian hanya menundukkan kepalanya. Dia tahu itu. Dia sudah menangkap pesan implisit dari notifikasi tadi. Tapi Tian yakin kalau sebagian besar dari kawan-kawan mereka mungkin tidak sadar akan hal itu.

"Bagaimana kamu bisa tahu?" tanya Tian sambil menundukkan kepalanya.

"Aku langsung tahu, sebagaimana kamu juga langsung tahu maksud mereka," jawab Gaju.

"Aku selama ini sudah curiga dengan tujuan orang-orang itu mendidik dan membesarkan kita seperti ini. Karena itu aku selalu berpikiran negatif terhadap mereka sedari awal," lanjutnya.

Tian terdiam. Sosok Gaju yang sekarang duduk di lantai kamarnya diantara baju yang berserakkan dan dua buah kopernya itu terlihat tertutupi kabut gelap lagi. Tian tak bisa menebak karakter ataupun tindakan Gaju.

Betapa misteriusnya bocah laki-laki didepannya ini.

Tian menghela napas kemudian bertanya dengan suara pelan ke arah Gaju, "kalau menurutmu, apa yang harus kita lakukan?" tanya Tian.

Gaju tersenyum, "bukankah seharusnya kamu yang Strategist? harusnya kamu yang menentukan seperti apa rencana kita," jawab Gaju.

Tian menundukkan kepalanya dan tidak berani melihat ke arah Gaju. Entah kenapa, di depan bocah laki-laki ini, kemampuan Tian sebagai seorang Strategist hilang tak berbekas seperti ditelan bumi.

Mereka berdua masih terdiam diantara tumpukan baju yang berserakan. Kedua bocah itu sama-sama genius. Mereka sadar bahwa sesuai dengan pengumuman dari Pengurus tadi mulai saat ini, mereka berdua mau tidak mau terikat secara hidup dan mati, dalam artian yang sebenarnya. Bukan sebuah kiasan.

Gaju memperhatikan semua gerak gerik Tian dan mencoba menganalisa apa yang sedang direncanakan oleh cewek genius di depannya itu.

Meskipun mereka berdua adalah 'soulmate' tapi Gaju sama sekali tidak percaya konsep itu atau apapun di dunia ini selain dirinya sendiri.

Selama dua tahun ini, Gaju sudah bertahan hidup sendirian. Dengan atau tanpa Tian. Baginya tidak masalah kalau mereka hanya menjadi soulmate yang hanya sebuah kepura-puraan.

Mereka tetap akan tinggal bersama, melakukan aktivitas bersama dan menempuh ujian eliminasi bersama. Tapi sebatas partner, bukan real soulmate dimana Gaju harus mempercayakan nyawanya kepada Tian.

Gaju tidak akan melakukan itu.

Tian sendiri terlihat bimbang. Dia berpikiran lain dengan Gaju. Dia tahu kalau dirinya harus menjadi soulmate Gaju. Karena Gaju adalah satu-satunya Kandidat yang tidak dapat dia prediksi. Gaju adalah faktor 'x' yang bergerak di luar analisanya.

Tetapi di sisi lain, Tian sadar kalau dia merasakan sesuatu yang lain saat bersama Gaju. Semuanya terlihat unpredictable, tidak dapat diprediksi. Dan bagi seorang Strategist seperti dirinya yang memang memfokuskan kelebihannya untuk memprediksi semuanya. Gaju sangat menarik sekali.

"Gaju, kamu percaya sama aku?" tanya Tian pelan memecah keheningan antara mereka.

Gaju menggelengkan kepalanya sebagai jawaban.

Tian tersenyum pahit tapi sama sekali tidak menanyakan alasannya kepada Gaju.

"Apa yang harus kulakukan untuk membuatmu percaya padaku?" tanya Tian.

"Tidak ada dan tidak bisa. Aku selalu sendirian. Sejak aku bisa mengingat sesuatu dan sejak kita tiba di Pulau ini. Aku tidak mengenal kata 'percaya'. Tidak ada seorang pun yang aku percayai kecuali diriku sendiri," kata Gaju.

"Tapi kita kan harus menjadi soulmate?" bantah Tian.

Gaju tersenyum, "kamu Kandidat paling cerdas di Pulau. Seharusnya kamu tahu kalau kita bisa berpura-pura saja kan?" jawab Gaju.

"Aku lebih suka kita menjadi partner," kata Gaju, "ayo. Masih banyak yang harus dibersihkan dan dirapikan kan?" lanjutnya.

Tian hanya terdiam dan kembali bekerja bersama Gaju. Sebenarnya dia juga kebingungan. Dulu saat dia mencari Gaju di pantai, Gaju terlihat senang sekali saat menyambut uluran tangannya.

Kemarin saat Tian menceritakan tentang dirinya yang sering memperhatikan Gaju sejak dulu dan menanyakan apakah Gaju mau menjadi soulmatenya, Gaju juga menganggukkan kepalanya.

Dan kali ini, ketiga kalinya Tian menanyakan Gaju hal yang sama dan Tian mendapatkan jawaban yang berbeda.

Tian ingin sekali membelah kepala bocah laki-laki di depannya itu dan melihat apa yang sedang dia pikirkan. Bagaimana mungkin Tian mendapatkan jawaban yang berbeda untuk pertanyaan yang sama dan ditanyakan pada kesempatan berbeda?

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel