Bab 6 Establish the Ranking (part 2)
Di saat semua anak-anak sedang berpikir keras dan membandingkan kekuatannya masing-masing dengan Songlan, sebuah suara tawa sinis kecil terdengar dari tengah-tengah grup anak-anak itu.
“Hanya segitu dan kau sudah bangga?” sebuah kalimat ejekan terdengar mengikuti tawa sinisnya.
Tak lama kemudian, seorang bocah laki-laki keluar dari kelompok dan terlihat menangkupan kedua telapak tangannya. Terliaht seperti sedang melakukan pemanasan untuk melakukan sesuatu.
“Aku Kosong Tiga, panggilanku Koga. Aku akan menunjukkan pada kalian, apa yang disebut dengan kekuatan,” kata Koga sambil melangkah ke depan mesin Strength Meter tanpa melirik atau meminta persetujuan dari Pelatih Strength.
Strength hanya hanya tersenyum kecil di balik topengnya, inilah efek yang dia inginkan dengan membiarkan anak-anak itu memilih sendiri urutan untuk melakukan test strength mereka. Memecah belah mereka dan menimbulkan bibit-bibit persaingan di antara mereka.
Test untuk kategori IC atau Intelligence dilakukan dalam ruang kelas dan bersama-sama. Persaingan memang ada, tapi semua masih berada dalam satu payung yang sama. Tapi saat tes Physical Attribute seperti ini, bocah-bocah itu akan mulai menunjukkan sifat aslinya.
Pada akhirnya, ego mereka akan muncul dan timbul persaingan serta perselisihan antara para Kandidat. Pelatih Strength mengerti benar psikologis tentang hal ini. Gaju juga mulai menyadari niat dari Pelatihnya.
Di awal tadi, Gaju sempat mensyukuri ketika urutan test dilakukan berdasarkan inisiatif individu, bukan ditentukan oleh Pelatih. Tapi kini, ketika Gaju menyadari tujuan sebenarnya dari Pelatih melakukan itu, Gaju bergidik ngeri.
Tidak ada yang bisa dipercayai di Pulau. You’re on your own.
Gaju mengatupkan rahangnya dengan keras dan bersumpah dalam hatinya, “aku akan melakukan apapun untuk bertahan hidup. Apapun.”
Anak yang menyebut dirinya Koga menarik napas dalam dan tersenyum kecil, setelah itu dia mengayunkan pukulannya sekuat tenaga kearah Strength Meter.
Booommmmmmmmmm
Suara yang lebih keras dari pukulan Songlan terdengar di seantero training field. Anak-anak yang lain terpana ketika mendengarnya. Tak lama kemudian, suara bip kecil terdengar dari mesin dan sebuah angka terlihat di layar bagian atas mesin.
115 kg.
Woaaaahhhhhhhhhh.
Suara kagum dan terkejut terdengar seketika dari semua anak-anak yang melihat angka itu. Kini, seorang monster telah muncul di antara mereka. Monster dengan kekuatan pukulan melebihi batas 100kg, monster yang bernama Koga.
Koga melirik kearah Songlan yang wajahnya sedikit pucat ketika melihat hasil test Koga. Dengan senyuman penuh provokasi, Koga mencibir ke arah Songlan tanpa kata-kata. Ketiga Pelatih yang berdiri di depan grup anak-anak itu saling berpandangan mata dan menganggukkan kepalanya ketika melihat interaksi antara Koga dan Songlan.
Inilah yang mereka inginkan.
Tak lama kemudian, satu persatu Kandidat maju dan mencoba memukul dengan segenap kemampuan mereka. Tapi tidak ada satu orang pun yang mampu mengalahkan rekor Koga. Dia kini menjadi Kandidat dengan pukulan terkuat di Pulau.
Ketika test Strength telah berakhir, beberapa anak langsung bergerak mendekati Koga dan mencoba untuk menjadi temannya. Mereka terlihat mencoba sekuat tenaga untuk berusaha diterima dalam lingkaran teman Koga. Sama seperti beberapa anak yang sebelumnya telah berusaha mendekati Tiga Delapan karena dia adalah peraih skor tertinggi untuk kategori Intelligence.
Gaju tersenyum pahit ketika melihat semuanya bergerak ke arah yang sudah dia prediksi, kelompok-kelompok kecil mulai terbentuk di antara mereka. Kelompok yang mencoba bertahan hidup dengan menggantungkan nasib mereka kepada sosok yang lebih kuat atau lebih pintar.
Dan Gaju tetap pada pilihan awalnya, bertahan hidup dengan kemampuannya sendiri, tanpa bergantung kepada siapapun.
Hasil strength test Gaju sendiri juga berada di bawah rata-rata, bukan karena dia dengan sengaja menyembunyikan kemampuannya. Tapi karena dia sadar kalau memang dirinya tidak mempunyai kelebihan fisik seperti Koga atau Songlan.
Jadi meskipun tadi Gaju sudah memukul sekuat tenaga, sebuah angka yang berada jauh di bawah Koga dan Songlan muncul di mesin itu. Angka yang membuat Gaju menyadari kelemahannya sendiri.
70 kg.
“Aku lemah,” satu kalimat muncul di kepala Gaju, kalimat yang membuatnya ingin segera melakukan sesuatu untuk mengubah kondisi itu.
Setelah itu, test Speed dan Agility dilakukan oleh Pelatih yang berbeda. Untuk test kecepatan, dilakukan di training field dan setiap Kandidat disuruh untuk berlari sekuat tenaga. Kecepatan maksimum yang didapat akan dicatat dan dikonversi menjadi point nilai.
Untuk test Speed sendiri, Program menentukan bahwa 1 m/s sebanding dengan nilai 0.1 point. Anak-anak itu mempunyai hasil rata-rata antara 7 m/s hingga 8 m/s. Kemampuan rata-rata yang dimiliki oleh manusia dewasa pada umumnya. Usain Bolt, manusia tercepat di bumi, hanya memiliki kecepatan maksimum 10.02 m/s. Seandainya dia datang ke Pulau, dia hanya akan memperoleh nilai 1 point.
Test Agility berbeda dengan test Strength ataupun Speed. Anak-anak itu dibawa ke sebuah ruangan test yang berada dalam Laboratory. Lab yang terletak di sebelah kanan Classroom. Sebuah ruangan berbentuk setengah lingkaran dan banyak lubang di seluruh dindingnya digunakan untuk melakukan test Agility.
Anak-anak itu kemudian disuruh masuk ke dalam ruangan itu dan berdiri di tengah ruangan. Setelah aba-aba test dimulai, bola-bola kecil yang terbuat dari karet akan ditembakkan ke arah anak-anak tersebut dan mereka diharapkan untuk menghindarinya.
Ketika bola pertama mengenai tubuh si Kandidat, test akan dihentikan. Lama waktu dia bertahan dalam ruangan test Agility yang akan dijadikan tolok ukur nilai agility Kandidat tersebut. Pada awal-awal test, bola hanya akan ditembakkan dari arah depan dan dengan kecepatan lambat, seiring dengan berjalannya waktu, kecepatan bola makin meningkat.
Ketika sampai pada batas waktu yang ditentukan, bola juga akan ditembakkan dari arah yang menjadi blind spot dari Kandidat, tapi tidak ada satupun dari Kandidat yang mencapai tahap itu. Untuk test agility ini, bisa dikatakan semua Kandidat mempunyai hasil yang buruk.
Program telah mengkonversi dan menentukan bahwa durasi 10 detik dijadikan tolok acuan 0.1 poin untuk test agility. Dan sebagian besar Kandidat hanya mampu bertahan kurang dari satu menit di dalam ruangan test agility. Termasuk Koga sekalipun yang memiliki kekuatan pukulan terkuat diantara semua Kandidat.
Gaju terlihat kelelahan setelah seharian melakukan lima kali test untuk mendapatkan hasil attributnya. Dua kali test untuk Intelligence dan tiga kali test untuk Physical. Setelah seharian menjalani test ini bersama semua Kandidat yang lain, satu pertanyaan muncul di kepala Gaju, kenapa test Knowledge dilakukan terpisah kemarin?
Pertanyaan yang mungkin tidak akan pernah Gaju terima jawabannya.
Semua anak-anak itu kembali ke dormitory-nya masing-masing. Mereka telah melakukan apa pun yang mereka bisa. Kini tinggal hasil menunggu hasil yang mereka dapatkan.
Saat Gaju sedang menatap langit-langit kamarnya dan berpikir apa yang bisa dia lakukan untuk meningkatkan kemampuannya, terdengar suara gaduh dari kamar sebelah kirinya. Suara gaduh yang mungkin berasal dari kamar Tiga Delapan, gadis yang menjadi peraih skor tertinggi untuk sub kategori Knowledge.
Gaju hanya menolehkan kepalanya sekilas tapi sama sekali tidak berniat untuk melihat apa yang terjadi. Dia sama sekali tidak tertarik untuk ikut campur dengan urusan orang lain. Gaju cukup merasa pusing dengan peluangnya sendiri untuk bertahan hidup, dia tidak punya waktu untuk memikirkan hal lainnya.