Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 5 Establish the Ranking (part 1)

Sang Guru berhenti sebentar dan mengedarkan pandangannya ke sekeliling kelas dan dia berhenti ketika menatap Gaju yang duduk sendirian di bagian belakang kelas. Sang Guru kemudian berjalan kearah Gaju.

“Pada akhirnya, hanya yang terbaik yang bisa bertahan hidup,” kata sang Guru pelan mengakhiri kata-katanya saat berhenti di sebelah Gaju.

Dia melihat ke arah Gaju yang dengan gugup memperhatikan sang Guru yang sekarang berdiri di sebelahnya. Gaju tahu siapa yang berada di balik topeng itu, dia adalah Professor. Gaju bisa mengingat suaranya dengan jelas dan dia yakin akan hal itu.

“Lain kali, kalau mau sengaja menjawab dengan salah, pilih soal yang paling susah. Aku hidup jauh lebih lama darimu, butuh usaha lebih untuk menipu mata tuaku. Bocah,” bisik Professor ke Gaju yang hanya terdiam dan merasakan keringat dingin mengalir dari punggungnya.

Professor yang memakai topeng Guru itu kemudian berjalan kembali ke depan kelas, “saat ini nilai tertinggi untuk ‘knowledge’ dipegang oleh Tiga Delapan, tapi masih ada dua test lagi untuk sub kategori IC, ‘memory’ dan ‘analytic’. Berikan yang terbaik!” kata Professor mengakhiri kata-katanya dan meninggalkan kelas.

Setelah itu, beberapa Pengurus dengan menggunakan topeng Guru masuk ke dalam ruangan untuk melakukan test ‘memory’ dan ‘analytic’ sesuai perintah Professor tadi.

Gaju terlihat sedikit tegang. Test untuk ‘knowledge’ dan ‘analytic’ gampang untuk dicuranginya. Tapi untuk test ‘memory’, dia kesulitan untuk berusaha mendapatkan hasil yang wajar.

Seperti test ‘knwoledge’, tes untuk ‘analytic’ berupa soal tertulis yang mengharuskan para Kandidat untuk memberikan solusi terbaik sesuai analisanya. Mudah sekali untuk berpura-pura bodoh dan memberikan analisa yang salah.

Tes ‘memory’ lain, Gaju dan kawan-kawannya diberikan sederetan angka atau gambar atau nama dalam batas waktu tertentu kemudian disuruh mengingat sebanyak dan sebisa mungkin. Setelah waktu habis, pertanyaan diberikan dan anak-anak itu akan disuruh menjawabnya.

Gaju yang mempunyai daya ingat spesial tentu saja dapat mengingat semuanya hanya dengan sekali lihat, tentu saja suatu hal yang sulit baginya untuk berpura-pura mempunyai daya ingat seperti anak-anak yang lain. Karena itu, kini dia tegang saat menunggu hasil kedua test itu diumumkan.

Apalagi, sang Professor sudah mengetahui kalau dia sengaja menjawab salah dalam test mereka yang pertama. Tentu orang itu akan memberikan perhatian lebih kepada hasil testnya. Dan Gaju tidak ingin menjadi pusat perhatian, oleh siapapun. Apalagi oleh orang yang dia curigai menjadi pemimpin tertinggi di Pulau.

Setelah istirahat siang, semua anak-anak dibawa ke training field oleh Pelatih. Mereka adalah Pengurus yang menggunakan topeng khusus dan mempunyai fungsi untuk melatih kemampuan fisik para Kandidat.

Gaju sudah menebak apa yang akan mereka lakukan di training field yang berada di belakang gedung Classroom itu. Untuk melakukan test Physical Attribute. Semua test untuk sub kategori IC sudah dilakukan, kini hanya tinggal test PA. Setelah ini, ranking para Kandidat akan terbentuk dan Gaju tahu kalau kelompok-kelompok kecil akan mulai terbentuk diantara mereka.

Kelompok-kelompok kecil yang pasti akan berpusat pada para pemegang rangking tertinggi, baik untuk kategori IC ataupun kategori PA. Dan disitulah nanti letak persaingan sesungguhnya antara Kandidat akan dimulai.

Setelah keluar dari gedung Classroom. Keempat puluh anak-anak itu sampai di training field yang berada tepat di belakang gedung. Ada tiga orang Pelatih yang berdiri disana. Semua kandidat tahu kalau setiap Pelatih akan bertanggung jawab untuk masing-masing sub kategori PA.

Sebuah alat yang berada di bagian pinggir lapangan yang memang telah disiapkan sejak Day-1 terlihat ditutupi oleh kain. Gaju dan kawan-kawannya dari dulu penasaran dengan mesin itu, tapi mereka tidak pernah diberitahu apa nama dan kegunaannya.

“Oke, kalian semua berkumpul disini. Aku seorang Pelatih dan ingat, topeng ini disebut Strength. Jadi kalian bisa panggil aku dengan sebutan itu. Di sebelah kiriku Pelatih dengan sebutan Speed, yang berdiri di ujung sana, Agility,” kata si Pelatih dengan badan yang paling kekar diantar ketiganya.

“Aku bertanggung jawab untuk menguji kemampun ‘strength’ kalian,” kata Strength sambil berjalan ke arah mesin yang masih ditutupi oleh kain itu, setelah itu dia menarik kain itu dan sebuah mesin yang menyerupai punch machine yang ada di arena bermain terlihat disana, “mesin ini disebut Punch Strength Meter. Fungsinya untuk mengukur kekuatan pukulan kalian,” kata Strength kepada anak-anak yang mengikutinya dari belakang.

“Tidak seperti Pengurus lain, kami, para Pengurus yang bertanggung jawab untuk Physical Attribute diberi kelonggaran lebih dibandingkan Pengurus-Pengurus lemah itu,” kata Strength dengan nada sinis di balik topengnya.

“Jadi, aku memutuskan untuk membiarkan kalian menentukan sendiri siapa yang ingin mengetahui kekuatannya terlebih dahulu. Siapa yang merasa percaya diri dengan kemampuan dirinya, silakan maju kedepan dan uji kekuatan kalian,” kata Strength sambil menyilangkan kedua lengannya di depan dada.

Keempat puluh anak-anak itu saling diam dan berpandang-pandangan tapi tidak ada satupun yang bergerak. Sampai akhirnya seorang anak dengan percaya diri maju ke depan dan mengangkat kepalanya.

“Aku Kosong Sembilan, panggilanku Songlan. Aku yang akan pertama kali mencobanya,” kata Songlan sambil maju ke depan dan bersiap-siap memukul mesin itu.

Semua anak-anak menunggu dengan tegang. Gaju tersenyum tipis, untung saja ada anak tipe idiot seperti Songlan, mengandalkan ototnya dibandingkan otaknya. Dia bersedia menjadi martir dan membiarkan anak-anak yang lain belajar tentang tes ‘Strength’ ini.

Songlan menarik napas panjang dan kemudian dia mengayunkan pukulannya ke arah mesin itu. Anak-anak yang lain memperhatikan Songlan dengan penuh perhatian.

Boommmmmmm.

Suara keras terdengar saat pukulan Songlan menghantam mesin Punch Strength Meter di depannya. Sebuah bunyi bip terdengar dari mesin dan tak lama kemudian, sederet angka keluar dari layar display yang ada di atas sasaran pukulan.

95 kg.

Suara decakan terdengar dari mulut Pelatih dengan sebutan Strength, “95 kg, nilaimu 0.95 point. Lumayan untuk ukuran bocah umur 8 tahun,” kata Strength sambil tersenyum.

Gaju terhenyak, kekuatan pukulan Songlan barusan adalah 95 kg, dengan berat badan Gaju dan anak-anak lain yang hanya berkisar di angka 50 kg, bukankah itu artinya dia akan terlempar kebelakang saat terkena pukulan Songlan? Bahkan sekalipun Gaju menangkisnya.

Sebagian besar anak-anak juga berpikiran sama dengan Gaju, mereka mulai melirik ke arah Songlan dan sedikit merasa kuatir dengan kekuatan bocah itu. Pantas saja kalau dia percaya diri untuk maju dan menguji kekuatan dirinya yang pertama kali, Songlan memang pantas untuk bangga dengan kekuatan fisiknya.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel