Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Part 03

Pada saat itu, aku tidak sadar bahwa aku telah membuka kedua kakiku untuk memungkinkan suamiku menjelajahi tubuhku. Rasanya seperti sebuah tarian yang baru saja dimulai, dan tubuhku adalah lantai dansa yang siap menyambut setiap gerakan.

Naufal mulai menggerakkan pinggulnya dengan perlahan, gerakan yang terasa lembut namun penuh dengan makna. Setiap gerakan seolah berbicara bahasa yang hanya kami berdua yang mengerti. Nikmatnya berhubungan intim dengan suamiku membuka pintu untuk pengalaman baru dalam hidupku. Tubuhku merespons dengan cara yang tak terduga, seolah-olah terbangun dari tidur panjang.

Tubuhku menjadi kejang, dan mataku tertutup rapat. Jantungku berdegup kencang, seakan-akan ingin keluar dari dadaku. Nafasku sesaat terhenti, dan aku merasa seperti melayang. Gelombang perasaan yang belum pernah kurasakan sebelumnya kini menguasai tubuhku. Aku tidak mengerti apa yang sedang terjadi, apakah ini bagian dari keajaiban cinta? Perasaan ini begitu kuat, dan aku hampir kehilangan kendali. Rasanya seperti sebuah kekuatan yang tak terlihat telah menguasai diriku.

Tiba-tiba, tubuhku seperti dirasuki. Aku hampir kehilangan kendali. Gelombang kenikmatan mengalir, membuat seluruh tubuhku bergetar hebat. Seperti kekuatan yang menguasai diriku, aku tidak sadar berapa lama dalam keadaan seperti ini. Lima detik? Sepuluh detik? Rasanya sangat lama. Sangat-sangat lama. Akhirnya aku merasakannya. Orgasme pertama dalam hidupku, membawa sensasi yang tak terlukiskan.

Mataku akhirnya terbuka, dan air mata menetes dari kelopak mataku. Air mata itu bukanlah karena kesedihan, melainkan air mata kebahagiaan dari kenikmatan yang baru kurasakan. Namun, air mata ini tidak dapat menandingi keringat yang membasahi tubuhku serta tubuh Naufal. Kami berdua basah oleh usaha dan cinta yang mengalir di antara kami.

Naufal masih terus menggerakkan pinggulnya, berjuang untuk mencapai puncaknya. Dia memeluk tubuhku erat-erat, dan aku bisa merasakan intensitas dari gerakannya. Saat itu, aku tahu bahwa dia berada di ambang kenikmatan yang sama. Dia mendongakkan kepalanya, menggigit giginya, dan pada saat itu, aku merasakan vaginaku, rahimku, dan seluruh tubuhku dimandikan dengan hangatnya air maninya. Seperti sungai yang mengalir deras, aku merasakan panas dan penuh dengan kehadirannya.

Naufal merebahkan dirinya di atas tubuhku, dan mulutnya segera menemukan mulutku. Kami terbaring dalam keheningan yang penuh makna, merasakan detak jantung yang sama dan napas yang berpadu dalam irama cinta. Setelah beberapa saat, Naufal mencabut penisnya dari vaginaku. Maka meneteslah sisa air maninya, membasahi kakiku dan seprai kami. Ranjang kami menjadi saksi dari persatuan ini, basah oleh cairan cinta kami berdua.

Tubuhku mulai berbau asam, campuran dari keringat dan aroma seks yang memenuhi udara. Namun, ada kehangatan yang menenangkan, sebuah rasa puas yang mengisi jiwaku. Naufal berbaring di sebelahku, dan aku memutar tubuhku untuk memeluknya. Tangannya melingkar di tubuhku, memberikan rasa aman dan nyaman yang tak terhingga.

Kami berbaring telanjang di atas ranjang, masing-masing lelah namun puas. Ada rasa syukur yang mengalir di antara kami, sebuah pengakuan atas momen yang baru saja kami bagi. Apa yang kami rasakan tidak dapat digambarkan dengan kata-kata, namun keheningan adalah bahasa yang paling tepat saat ini.

Setelah kami bernapas secara normal, Naufal menoleh kepadaku dan berkata lembut, "Zara, ayo kita mandi." Suaranya mengandung kelembutan yang membuatku tersenyum.

"Besok saja, Mas. Aku sudah lelah. Kita tidur dulu," jawabku, mengingat jarak kamar mandi yang jauh dari kamar ini. Di desa, kamar mandi letaknya di luar, harus melewati dapur dan ruangan lain untuk mencapainya. Selain itu, aku tahu di luar masih ada saudara-saudara kami yang tidur di ruang tamu.

Namun, aku menyadari bahwa Naufal merasa sedikit tidak nyaman dengan bau badanku. Bau keringat adalah satu hal, tetapi aroma yang keluar dari vaginaku cukup menyengat. Dengan perlahan-lahan, aku menarik selimut untuk menutupi kaki dan vaginaku, berharap aroma seks yang menyengat bisa sedikit teredam dan tidak mengganggu tidurnya nanti.

Naufal terus memelukku, dan kami tidur dalam keadaan berpelukan erat, tanpa pakaian di antara tubuh kami. Aku tahu bahwa dia sebenarnya merasa sedikit tidak nyaman dengan badanku yang basah berkeringat dan berbau seks, tetapi dia tetap di sisiku, memberikan kehangatan dan cinta yang membuatku merasa dicintai sepenuhnya.

Begitulah memori malam pertamaku, saat disentuh oleh seorang lelaki yang kini bergelar suamiku. Memori yang tidak akan aku lupakan sampai kapan pun. Pengalaman malam pertama ini adalah kenangan yang akan kukenang sepanjang hidupku, sebuah awal dari perjalanan panjang yang akan kami lalui bersama. Dengan Naufal di sampingku, aku merasa siap menghadapi segala tantangan yang datang dalam pernikahan kami.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel