Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 8. Damn You Evelyn

Sepulang dari jalan-jalan singkatnya bersama Mila Aldi pun membersihkan dirinya untuk bersiap beristirahat.

Namun dia ingin sekali lagi melihat Mila, dia ingin melihat senyum Mila yang pasti bahagia dengan barang-barang pemberiannya tadi.

Mengabaikan banyaknya misscall dari Leonard, Aldi membuka kamera tersembunyi di dalam kamar Mila.

Namun diluar dugaannya, Mila yang seharusnya bahagia malah terlihat menangis tersedu-sedu sembari memegang sebuah botol minuman dan terlihat menggenggam sesuatu.

"Hah kok nangis lagi Mila, bukannya tadi udah keliatan hepi dia?" Gumam Aldi.

Mila pun menenggak sesuatu ke mulutnya dan menelannya dengan bantuan air minum yang di bawanya.

Tak berhenti, Mila kemudian meraih sebuah plastik obat dan mengeluarkan semua pilnya. Sekali lagi dia memasukkan itu semua ke mulutnya sekaligus.

Aldi pun terkejut melihat aksi Mila tersebut karena dia tahu itu merupakan salah satu upaya bunuh diri dengan menelan obat dalam jumlah yang banyak sekaligus.

Aldi pun segera berlari menuju elevator untuk ke kamar Mila. Sesampainya di depan kamar dia tampak kebingungan.

"Aduh gimana ya, kalau ditanya kok bisa tahu aku jawab apa nih. Gak mungkin kan aku bilang liat dari cctv"

Di tengah kepanikan Aldi tidak sanggup berpikir apapun dan begitu saja membuka kamar Mila menggunakan kartu akses miliknya.

Di dalam Mila telah tidak sadarkan diri dengan wajah yang tampak pucat. Dengan cepat Aldi menghubungi ambulance sembari mencoba merogoh mulut Mila untuk membuatnya memuntahkan isi perutnya.

Dengan merubah posisi tubuh Mila menjadi tengkurap Aldi berhasil membuat Mila memuntqhkan semua obat yang baru saja ditelannya.

Mila pun tersadar dengan tubuh yang lemah.

"Mila Mila kamu ndakpapa Mila? Sadar Mila" teriak Aldi.

Karena telepon yang tak kunjung tersambung, Aldi pun memutuskan membawa Mila sendiri ke rumah sakit terdekat.

Beberapa waktu kemudian penyelamatan Aldi pun berhasil. Mila telah terbaring di UGD rumah sakit terdekat dan terpantau.

Aldi pun sengan setia menemani Mila di sisinya.

Pagi harinya Mila pun terbangun, dengan pak Aldi yang bersandar di tepi ranjangnya.

Mila menyadari betapa besar perhatian yang diberikannya.

Karena posisi tidur yang tidak nyaman Aldi pun terbangun kembali.

"Hmm oh sudah sadar kamu Mila? Aduh gimana badanmu?"

"Hmm masih ndak enak rasanya pak. Maaf ya pak jadi merepotkan bapak"

"Jangan dipikirin Mila, yang lebih penting kamu kenapa semalam, kok bisa sampai begini?"

"Ndak tahu pak, Mila mungkin lagi gila"

Aldi menatap Mila dengan iba. Apa masalah sebenarnya yang dia hadapi sampai membuatnya melakukan hal nekat seperti itu.

Waktu berlalu Aldi pun kembali ke Nova house untuk melanjutkan tugasnya kemarin bersama Evelyn.

"Kamu itu kenapa bro, reputasimu itu udah tinggi lo masak mau kamu hancurin gitu aja dengan sikap aroganmu kemarin" ujar Leonard.

"Iya maaf maaf aku benar-benar kena serangan panik kemarin. Ndak akan terjadi lagi" jawab Aldi.

"Oke aku ndak bisa temani kamu hari ini karena aku ada rapat koordinasi sama orang BPN dan camat setempat. Jadi kamu koordinasi langsung berdua sama Evelyn ya"

"Siap bro siap, tenang saja hari ini aku clearkan untuk pencocokan bahan sesuai layoutku"

Selanjutnya Aldi pun disambut oleh Evelyn di area perabotan dapur.

"Halo selamat siang pak Aldi"

"Halo mbak Evelyn, maaf soal kemarin ya mbak. Hari ini saya lanjutkan pemilihan bahannya" ujar Aldi

"Oh iya ndak masalah pak silahkan pak kemarin sampai area dapur sini ya pak?"

Aldi pun bekerja dengan sungguh-sungguh mengabaikan ingatan tenang penampakan-penampakan bagian tubuh Evelyn berkali-kali.

"Hmm oke sudah aku lihat semua. Ada beberapa item yang tidak bisa aku temukan disini, apa kalian bisa carikan item ini di vendor lain?" Tanya Aldi.

"Itu model yang jarang sekali ada pak, apa bisa diganti dengan type lainnya?" Tanya Evelyn

"Hmm gimana ya, sebenernya bisa tapi aku harus menyesuaikan lagi furniture dan mungkin wallpaper di sekitarnya. Gimana ya, sulit sekali ya?"

Evelyn pun tersenyum melihat Aldi seolah memahami sesuatu.

"Hehe ndak kok pak, tenang saja bisa kita carikan. Saya bisa penuhi apapun permintaan pak Aldi. Apapun"

"Ha?" Aldi sedikit terkejut dengan penekanan kata apapun barusan.

"Oh ya pak ada yang mau saya tunjukin sebentar, boleh ikuti saya pak"

Mereka pun melangkah menuju ruangan kamar mandi yang kemarin ditunjukkan oleh Evelyn.

"Oke kemarin kan sudah lihat kesini ya saya" gumam Aldi

"Iya coba bapak lihat area sekitar cerminnya" ujar Evelyn.

Aldi pun melangkah mendekati cermin sembari melihat sudut-sudut di sekitar cermin tersebut.

"Hmm oke desainnya bagus pake soft light kuning dan borderless, tapi ini sudah biasa kita jumpai, apa yang spesial dari ini?" Gumam Aldi pun terhenti ketika mata Aldi melihat Evelyn melalui cermin tersebut.

Perlahan Evelyn membuka blezer hitam yang dikenakannya dan menggantungnya di gantungan khusus.

"Aku tahu kemarin pak Aldi kenapa. Pak Aldi kena serangan panik pas bersentuhan sama saya kan" ujar Evelyn sembari melangkah perlahan dengan kemeja putihnya yang tipis sehingga terlihat cukup jelas bra putih yang dikenakannya.

"Ii-itu " Aldi tampak gugup dan perlahan melangkah mundur dengan gerakan mata yang tak beraturan.

"Sejak kuliah hanya fokus belajar dan memasuki dunia kerja tanpa pernah dekat dengan wanita. Hubungan rumah tangga dengan mantan istri bapak juga hanya seumur jagung"

"Wajar jika bapak bersikap gugup ketika berada dekat dengan wanita, apalagi dengan penampakan beberapa kali. Iya apa yang bapak lihat kemarin bukan tanpa sengaja lo"

"Dan terakhir pas saya gak sengaja bersentuhan sama bapak, saya bisa merasakan sesuatu yang buas di bawah sana" Evelyn pun berada tepat di hadapan Aldi yang bersandar di wastafel karena tak sanggup lagi melangkah mundur.

"Kira-kira seperti ini ya kemarin itu" ujar Evelyn sembari menyentuh bagian bawah Aldi yang memang sudah mulai mengembang.

"Aa anu kemarin" Aldi benar-benar salah tingkah dengan detak jantung yang tak beraturan karena sikap Evelyn. Aroma parfumnya tercium sangat kuat karena mereka benar-benar tak berjarak saat ini.

Evelyn pun mendaratkan bibirnya yang tipis dan mungil pada Aldi. Tak ada perlawanan yang dilakukannya, Aldi pun menerima sentuhan hangat bibir tersebut.

Begitu lembut dan hangat, Aldi dapat merasakan lidah Evelyn yang menyelinap diantara bibirnya.

Aldi pun merasakan tangan-tangan Evelyn yang mulai membuka kancing dan resleting celananya. Setelah cukup panas beradu cumbuan, Evelyn pun menarik wajahnya.

Kemudian dia melepaskan sendiri kancing kemeja putihnya satu per satu. Kini Aldi disajikan pemandangan kedua gunung kembarnya yang padat dibalik bra berwarna putih.

Senyuman Evelyn begitu menawan dengan tatapan yang menantang. Situasi ini benar-benar tidak mungkin bisa dilewatkan oleh Aldi.

***

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel