Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 7. Masalah Lain Mila

Aldi berjalan-jalan bersama Mila di dalam Mall, setelah Mila merapikan diri di toilet mereka pun mulai melangkah melihat-lihat gerai-gerai di dalam mall tersebut.

Mila tampak canggung berjalan di sisi Aldi, selain karena perbedaan usia, Mila juga masih memiliki hutang padanya.

Aldi pun mulai mengajak Mila memasuki sebuah gerai dan melihat-lihat pakaian.

Sesuai selera yang Mila pilih Aldi pun membeli beberapa pakaian.

Melangkah ke gerai-gerai lainnya Aldi pun membeli sepatu, barang-barang fashion dan perlengkapan-perlengkapan make up.

"Pak ini mau ngasi hadiah atau mau melamar? Kok banyak sekali yang dibeli?" Celetuk Mila.

"Hahaha ya masa ponakan sendiri dilamar, soalnya lama banget ndak ketemu jadi ya harus ngasi sesuatu yang spesial lah"

Terlihat jelas dari wajah Mila bahwa dia pun menginginkan semua barang-barang itu. Namun kondisi dan masalahnya membuatnya melupakan pikiran tersebut.

Aldi pun hanya tersenyum membayangkan bagaimana reaksi Mila nantinya kalau ternyata semua itu dibeli memang untuknya.

Setelah puas membeli banyak barang, mereka pun beristirahat sejenak sembari menikmati jajanan si foodcourt area.

Mereka pun berbincang ringan untuk saling mengenal satu sama lain. Aldi mengetahui bsgaimana kondisi orang tua Mila yang sedang kesusahan dan Mila juga mengetahui sedikit kehidupan rumah tangga Aldi sebelumnya.

Mereka pun melanjutkan langkahnya menuju kembali ke rumah. Menaiki taksi online tidak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 21.00.

Mereka pun tiba di Paradise Kost, dan menaiki elevator bersama.

Mila keluar di lantai 2 menuju kamarnya, namun Aldi pun mengikutinya tanpa diketahui Mila.

"Eh pak Aldi, lo kok ndak naik?" Ujar Mila yang dikejutkan oleh pak Aldi di belakangnya.

"Hehe iya saya kan bantuin Mila bawa barang-barang ini"

"Hah maksudnya pak?"

"Mila ndak sadar ya ini tadi tuh semua beli buat Mila"

"Loh bukannya buat keponakan pak Aldi?"

"Hehe saya ndak punya keponakan Mila, ya ada tapi laki-laki usianya masih 10tahun hehe"

"Hah bapak serius?"

"Iya Mila udah ayo cepet bukain pintunya, saya taruh di dalam. Berat ini"

Mila pun tampak mulai berkaca-kaca dengan pemberian Aldi tersebut. Ini adalah sebuah perhatian yang terlalu besar baginya.

Mila pun tanpa sadar memeluk tubuh Aldi di lorong kost tersebut sembari meneteskan air matanya.

"Terima kasih ya pak, belum pernah ada yang sebaik ini sama saya" gumam Mila.

"Iya iya Mila udah ndakpapa, apapun masalah Mila, jangan putus asa ya, Mila jangan ragu ngomong sama saya kalau butuh sesuatu" ujar Aldi.

Setelah meletakkan barang-barang tersebut Aldi pun pergi meninggalkan Mila yang tersenyum haru.

Mila pun tampak begitu bahagia mengeluarkan semua barang-barang itu dari setiap tas belanja.

Dia merasa bersyukur dan sedikit melupakan masalahnya dan kejadian yang menghancurkan harga dirinya siang tadi.

Sikap dan perhatian Aldi pun meninggalkan kesan yang indah bagi Mila. Namun tak berlangsung lama sampai Anton yang menyamar menggunakan hijab dan masker tiba-tiba menekan bell kamar Mila.

Mila pun sudah menduganya, namun dia tidak ingin menerima kehadiran Anton saat ini.

"Beb beb bukain beb aku tahu kamu di dalem, cepetan Beb" ujar Anton sambil mengetok pintu kamar Mila berkali-kali.

Mila tetap tak bergeming dari posisinya hingga membuat Anton kesal.

"Oke gapapa kamu gak mau ketemu aku lagi nih ceritanya. Oke aku pergi, awas nyesal kamu ya"

Tak lama kemudian Mila pun membuka pintunya, dengan cepat Anton masuk dan mendorongnya hingga terjatuh ke lantai.

"Berani kamu ya, bikin aku lama nungguin diluar. Wah apaan nih?" Anton terkejut melihat banyaknya barang belanjaan yang ada di atas ranjang Mila.

"Ohh kamu bilang ndak punya uang, tapi begitu kamu dapat uang langsung kamu pake belanja-belanja gini? Hebat kamu ya"

"Bukan itu bukan aku yang beli, aku dibeliin sama bapak kosku"

"Hah, pasti kamu bilang gitu, kok bisa bapak kos tahu-tahu baik sama kamu? Habis kamu kasi apa dia?" Ujar Anton merendahkan.

"Ya ampun kamu kalo ngomong dijaga ya, hina aku aja gapapa ga usah hina-hina pak Aldi, dia udah baik ngasi semua ini buat aku padahal aku masih punya tunggakan uang kos sama dia"

"Haha bagus deh berarti kamu udah ga perlu lagi kan mikirin uang kos, dia pasti suka tuh sama kamu. Gak mungkin cowo ngasi sesuatu sama cewek itu cuma-cuma, apalagi cewek kayak kamu" ujar Anton sembari memegang dagu Mila.

Mila pun spontan menampar wajah Anton tersebut dan membuatnya tampak begitu terkejut.

Matanya membelalak karena tak percaya dia ditampar oleh seorang gadis. Anton pun dengan emosi menampar balik Mila hingga membuatnya tersungkur ke lantai.

"Berani kamu sekarang ya, lupa kamu siapa yang ada di depanmu ini, dasar jalang. Aku datang niat baik mau ngasi kamu jatah buat tadi siang nih" ujar Anton sembari melempar 4 lembar uang 100 ribuan ke wajah Mila.

Mila hanya menangis di posisinya yang masih tersungkur tersebut sementara Anton pergi meninggalkan Mila.

Mila pun bangkit dan menggenggam uang tersebut dengan air mata yang semakin deras menetes. Dia ingin merobek uang itu berkeping-keping, tapi dia sadar saat ini dia hanya menyimpan uang 20 ribu di dompetnya.

Tak lama kemudian ponsel Mila berbunyi, sebuah panggilan dari ibu di kampung. Mila pun segera menghapus air matanya.

"Halo ya mama"

"Sayang maaf nak mama seminggu ini ndak pernah telepon terus ini mendadak telepon kamu malam-malam"

"Iya ma gapapa ma, soalnya ikut repot ngurusin toko ya. Kenapa ma kok kedengarannya habis nangis ya?"

"Papamu jatuh nak siang tadi di teras, akhirnya mama minta tolong orang-orang bawa ke rumah sakit. Papamu kena stroke nak"

Spontan berita tersebut menjadi sebuah sambaran petir bagi Mila. Matanya terbelalak dan Mila perlahan menutupi mulutnya.

"Ss-stroke?"

"Iya ini papa masih belum bangun nak, minta doanya ya sayang semoga kondisi papamu segera stabil dan sadar. Mila ndak usah pulang sekarang ndakpapa, nanti saja kalau papa sudah bangun, fokus belajar aja ya sayang"

Tak ada kata-kata yang keluar dari Mila, hanya air mata yang kembali membasahi matanya. Masalah datang bertubi-tubi tanpa memberinya kesempatan bernafas.

"Oya nak Mila tenang aja mama uang saku mila mama pasti bisa transfer kok, mama udah pinjem sama yuk ningsih di gang sebelah, Mila tenang aja" ujar mama Mila.

"Yuk Ningsih, itu bukannya rentenir ma, dia biasa pinjam-pinjami uang, jangan ke dia lah ma"

"Iya nak ndakpapa, dia yang mau pinjami nak, tetangga sebelah sebelah juga pada susah"

Setelah perbincangan mereka Mila masih terus menitikkan air matanya, begitu berat rasanya hati menerima semua kenyataan itu.

Dengan pikiran yang kalut itu pun Mila melirik tumpukan obat-obatan di atas mejanya.

***

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel