Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 9. Diservice Evelyn

Evelyn pun berlutut di hadapan Aldi seraya menurunkan celana jeansnya. Di hadapannya tampak jelas monster yang telah membesar dan siap untuk menghujam.

Perlahan Evelyn menurunkan celana dalam yang menjadi penahan terakhir benda tersebut. Dan alangkah terkejutnya dia dengan mata yang membelalak dan mulut yang terbuka melihat wujud monster tersebut.

"Oh my gosh, what the..." Dengan ukurannya yang mengejutkan, benda itu menggelantung dan berayun di depan wajah Evelyn.

"This is the beast" ujar Evelyn yang kemudian mulai menggenggam benda itu dengan kedua tangan mungilnya.

Sekali lagi dia dibuat terkejut ketika kedua tangan Evelyn bahkan tak cukup untuk menutupi seluruh permukaan milik Aldi tersebut.

"Kok bisa punya kamu ini bisa sebesar ini Aldi?" Tanya Evelyn yang kini mengabaikan batas kesopanan dengan tidak memanggil pak.

"Ee itu mungkin karena turunan ya, hehe"

"Oh memang kamu turunan apa?"

"Bapak aku ada darah turki arab, kalau ibu jawa cina, jadinya saya ya gini ada arab-arabnya dikit mix sama jawa tapi kulit putih.

"Hmm whatever" Evelyn pun melumat monster di hadapannya tersebut. Menjulurkan lidahnya membasahi seluruh permukaannya.

Ditambah dengan gerakan memutar saling berlawanan oleh kedua tangan Evelyn, Aldi tampak menaikkan dagunya menikmati gerakan tersebut.

Maju mundur Evelyn menggerakkan kepalanya melumat milik Aldi tersebut.

Aldi pun tampak menurunkan tangannya menahan kepala Evelyn saking nikmatnya.

Kini justru Aldi yang menggerakkan pinggangnya ke kepala Evelyn yang tertahan oleh tangannya. Evelyn tampak terkejut ketika tangan Aldi menekan kepala Evelyn untuk memasukkan miliknya lebih dalam lagi.

"Hhnngg nngg" Evelyn berusaha menahan dorongan Aldi di kepalanya. Aldi pun dapat merasakan pangkal mulut Evelyn dan menarik keluar miliknya.

"Hhuaahh haahh hhh aduh Aldi yang benar aja" Evelyn pun bangkit dan melepaskan bra yang masih melekat. Setelah dilepas tampak sepasang benda putih mulus dan tampak kencang dengan bagian ujung yang menjulang.

Aldi pun dengan sigap menyerang kedua benda tersebut. Di balik sikap gugup yang tadi ditunjukkannya rupanya Aldi cukup liar ketika berhadapan langsung dengan keindahan tersebut.

Sembari memainkan lidahnya, kedua tangan Aldi pun membuka resleting rok Evelyn yang berada di belakang. Aldi pun membalikkan tubuh Evelyn dan dengan cepat menurunkan rok tersebut.

Aldi juga langsung menurunkan celana dalam milik Evelyn dan kembali menjulurkan lidahnya.

"Aahh hei, pelan dong" ujar Evelyn manja.

Aldi menarik bagian belakang Evelyn dan merenggangkan kakinya dalam posisi berdiri. Kemudian dia menjulurkan lidahnya membasahi liang Evelyn tersebut.

Evelyn tampak menutup mata dan membuka mulutnya karena kenikmatan tersebut.

Setelah merasa cukup basah, Aldi pun berdiri dan mulai memasukkan miliknya. Perlahan dan perlahan, Evelyn tampak terkejut dengan membuka mata dan mulutnya lebar-lebar.

Setelah hampir seluruh bagian berhasil dimasukkan oleh Aldi barulah dia meningkatkan ritme gerakannya. Maju mundur di sisi wastafel Aldi benar-benar menikmati jepitan dari liang Evelyn.

Beberapa lama dalam posisi itu, Aldi pun menarik miliknya dan membalikkan tubuh Evelyn. Kemudian mengangkat tubuh ramping itu ke atas wastafel.

Sekali lagi Aldi mulai menghujamkan miliknya ke liang Evelyn. Di tengah gerakan itu Aldi pun menarik kepala Evelyn dan melumat bibir tipisnya.

"Hnngg hhmm ummm" Evelyn terdengar mendesah di balik bibir yang saling beradu tersebut.

"Hhh hh oohh damn. Ini dalem banget Al" ujar Evelyn.

"Oh yah? Kalau ini hhnngg" Aldi mendorong penuh miliknya hingga dia merasakan dinding di ujung liang tersebut.

"Oohh aawww" Evelyn membelalak karena terkejut dengan tekanan itu.

Kemudian Aldi mengangkat tubuh Evelyn yang ramping itu, menurunkan satu kakinya dan meletakkan kaki lainnya di atas wastafel.

Aldi pun kembali mendorong pinggangnya ke atas dan ke bawah ke tubuh Evelyn yang menopang tubuhnya dengan satu kaki.

Sekali lagi mereka pun beradu cumbuan dengan posisi wajah yang sangat dekat.

Posisi ini benar-benar membuat Aldi melambung.

Nikmat tak karuan dirasakannya, sesekali dia menghujamkan miliknya lebih dalam dan membuat Evelyn terbelalak.

Setelah puas di posisinya, Aldi pun kembali mengangkat tubuh Evelyn, namun kini dia bersandar pada wastafel sembari mengangkat tubuh Evelyn dengan kedua tangannya yang berotot.

Perlahan kemudian Aldi memainkan tubuh Evelyn yang berada dalam gendongannya. Evelyn pun kembali terbelalak ketika dia merasakan monster milik Aldi tersebut telah menyentuh dinding terdalam mliknya.

"Aahh aduhh Al.. Al." Ujar Evelyn yang tak kuasa menahan serangan Aldi tersebut.

Begitu dalam milik Aldi memasuki Evelyn, karena dalam posisi tubuh yang tergantung membuat Aldi dengan bebas memainkan tubuhnya.

Mulai memasuki klimaks Aldi pun dengan cepat menurunkan Evelyn dan memintanya berlutut di hadapannya.

Evelyn pun mengetahui arahan dari Aldi tersebut dan menutup matanya lalu menjulurkan lidahnya.

"Uaagghh aahhh take this Evelyn. Have it all (ambil ini Evelyn. Ambil semuanya) sebuah erangan panjang keluar bersamaan dengan semburan kenikmatan pelepas dahaga yang membasahi wajah Evelyn.

"Oohhh damn" Aldi mengerang sembari memijat miliknya untuk menguras semua isi di dalamnya.

Aldi pun masih diam di posisinya melihat Evelyn yang tampak membersihkan area di sekitar monster yang masih menjulang itu.

Evelyn pun menyalakan air di wasafel untuk membersihkan beberapa bagian di bahu dan wajahnya sementara Aldi memakai kembali celananya.

"Sudah berapa lama sejak terakhir kamu berhubungan Al?"

"Huh ya lumayan lama ya. Kenapa memangnya?"

"Pantes aja semburannya kenceng banget, hihi" goda Evelyn sembari memakai kembali pakaiannya.

Setelah selesai membersihkan dan merapikan diri mereka pun keluar dari ruangan tersebut. Sekali lagi Evelyn memastikan tentang rencana Aldi untuk merekomendasikan perusahaan mereka sebagai pemegang interior project perumahan yang sedang dikerjakan oleh Leonard.

"Jadi bagaimana pak Aldi, untuk list kebutuhan material yang tadi bapak cari. Apa bisa diganti atau akan kami coba carikan?"

"Ohh ohh itu coba nanti aku arrange lagi deh dengan material yang ada disini"

"Oke berarti kira-kira bisa dong pak kita dapat rekomendasi dari bapak?"

"Ha oh iya iya pasti dong tenang saja, hehe"

"Baik kalau begitu mau lanjut ke area lainnya pak?"

"Oke-oke ayo"

***

Sore hari setelah pertemuan di Nova House selesai, Aldi mengemudikan mobilnya menuju rumah sakit tempat Mila berada.

Namun dia terkejut ketika Mila telah meninggalkan ruangannya tersebut.

Menurut perawat yang berjaga, pasien siang tadi terlihat keluar ruangan untuk mencari udara segar.

Namun sampai sekarang belum juga kembali. P Aldi ditelepon dari tadi tidak diangkat.

Aldi pun terkejut, setelah dia melihat ponselnya benar saja nada deringnya dalam posisi silent.

Aldi pun membayar biaya pengobatan rumah sakit tersebut dan berpikir untuk mencari keberadaan Mila.

"Aduh kemana ya anak ini, nanti dia nyoba bunuh diri lagi"

Aldi pun mencoba melihat cctv di kamar Mila melalui ponselnya. Dia tampak terkejut karena melihat Mila yang berbaring dengan sebagian kakinya menggantung di sisi ranjang.

Dengan cepat Aldi mengemudikan mobilnya untuk pulang. Berlari menuju elevator dan membuka kamar Mila begitu saja dengan kartu khususnya.

"Mila Mila kenapa kamu Mila?" Aldi pun terkejut ketika melihat Mila yang tanpa busana sedang melangkah ke arah kamar mandi.

"AAAAA" Mila berteriak karena terkejut, sementara Aldi dengan cepat kembali keluar dan menutup pintu kamarnya.

Beberapa menit setelahnya Aldi pun berbicara dengan Mila di pool side.

"Maa maaf Mila saya tadi terburu-buru karena khawatir. Kamu tiba-tiba saja meninggalkan rumah sakit" ujar Aldi

"Iya pak ndakpapa maaf saya tadi kaget karena saya pikir orang lain yang tiba-tiba masuk ke kamar saya"

"Jadi bagaimana badanmu sekarang?" Tanya Aldi yang terdengar begitu perhatian.

"Sudah enakan pak makanya saya pulang. Saya takut semakin lama saya disana biaya yang dikeluarkan semakin besar"

"Kamu jangan pikirkan itu Mila, nilai uang itu ndak sebanding sama nyawa kamu"

Mila pun terdiam, kabar dari ibunya kemarin masih membuat pikirannya terguncang.

"Mila disini mulai dingin, yuk ngobrol di dalam" ajak Aldi sembari melangkah ke dalam rumahnya di atas bangunan kos tersebut.

Aldi pun meminta Mila duduk di sofa ruang utama. Sofa panjang dengan karpet yang nyaman menutupi lantainya.

Di depannya terdapat sebuah televisi LED dengan layar curve besar sekitar 50 inch.

Tak lama Aldi pun kembali dengan secangkir capoucino kesukaannya.

"Oke Mila setelah semua perhatian yang aku coba kasih buat Mila, aku rasa sudah waktunya untuk Mila bisa ngasih kepercayaannya buat aku. Mau ndak Mila cerita yang sebenarnya" pinta Aldi

"Iya pak Milaa"

"Sstt jangan panggil pak, biar kamu lebih nyaman kamu bisa panggil nama saya atau mas saja"

"Mm iiya mas, maaf sekali Mila sudah banyak merepotkan, akhir-akhir ini Mila memang lagi ada masalah"

Mila pun menceritakan semuanya secara blak-blakan. Melihat kebaikan Aldi tidak adil rasanya jika dia terus menutupi sesuatu darinya.

Mulai masalahnya dengan Anton, masalah dengan teman-teman kuliahnya hingga tentang orang tuanya di desa.

Aldi pun tampak bersimpati dengan kondisi Mila. Melihatnya menahan air matanya membuat hati Aldi tergerak untuk melakukan sesuatu.

"Oke Mila gapapa sabar ya, semua masalah akan ada waktunya untuk berlalu. Boleh ndak saya bantu Mila buat menjauhkan Anton dulu dari hidup kamu"

"Hmm bagaimana caranya pak?"

"Oke, pertama apakah Mila siap untuk diperkosa?"

***

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel