Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 4. Terpaksa

Aldi yang terkejut mengetahui pesan dari sang istri telah direspon tanpa sepengetahuannya sontak saja kesal pada Desita. "Des, ada telepon dari Ae Rin? kok kamu nggak bilang sih?"

Desita yang sedang membersihkan diri di kamar mandi hanya merespon dengan santai. "Hmm? oh iya tadi siang dia telepon dan kirim pesan, sory aku lupa bilang Al. Oh ya udah kubalesin kok tenang aja."

Aldi yang sudah cukup kacau karena berbagai masalah yang dialaminya, dibuat semakin kesal oleh sikap Desita yang begitu lancang baginya. "Ugh harusnya kamu info aku dong Des jangan main bales aja."

"Ya ya sorry," sahut Desita.

Aldi pun mencoba menghubungi Ae Rin untuk menyampaikan kondisinya saat ini, yang dengan terpaksa tidak bisa pulang sesuai infonya kemarin namun, Ae Rin tak kunjung mengangkat ponselnya.

Itu karena saat ini Ae Rin dan Viona baru saja turun dari mobil di area basement sebuah gedung. Keduanya melangkah menuju restoran bintang 5 untuk memenuhi undangan pertemuan dengan beberapa orang management dari Skyloft Corp.

Ae Rin sudah mengalihkan ponselnya ke mode senyap sejak mereka berangkat. Di sebuah meja panjang, kehadiran dirinya telah dinanti oleh lima orang pria asing yang merupakan jajaran management dari Skyloft Corp cabang Indonesia nantinya.

Salah seorang pria bule tampan berdiri menyambut Ae Rin menggunakan bahasa Inggris. "Wah tidak salah lagi ini pasti Nona Jung Ae Rin Direktur Utama dari Skyline Dreamworks, apa kabar Nona? perkenalkan saya adalah Eagon Lassman Area Manager untuk wilayah Indonesia nantinya."

"Hai Tuan Eagon, kabar kami baik, terima kasih. Anda benar saya Jung Ae Rin dan ini sekertaris saya Nona Viona. Hai semuanya!" sapa Ae Rin.

Selanjutnya Tuan Eagon mulai memperkenalkan semua orang, 4 pria lainnya adalah orang-orang yang akan menjadi asisten Tuan Eagon di kantor yang baru tersebut.

"Dia Owen Marketing Manager, dia Bosch Operasional Manager, Carl Warehouse Manager dan Rajju IT Manager," ujar Tuan Eagon memperkenalkan rekannya satu per satu.

Setelah saling berkenalan dan berbincang ringan tak lama kemudian makan malam mereka pun tiba. Mereka semua tampak terkesan dengan kecantikan dan pembawaan dari Ae Rin. Menjadi seorang direktur di usia yang terbilang muda menjadikan pesona Ae Rin begitu memukau.

Melihat pesan singkat dari Ae Rin sebelumnya, Aldi berusaha memahami posisi istrinya yang sedang bertemu dengan klien penting. Aldi pun menjelaskan posisinya saat ini melalui pesan singkat agar Ae Rin bisa membacanya nanti.

“Sayang maaf aku nggak bisa pulang malam ini gara-gara mobil mogok di gunung tadi sore. Aku, Arie, Celine dan Desita terpaksa cari penginapan terdekat. Kalau kamu sudah senggang tolong balas ya,” ketik Aldi pada pesan tersebut.

Aldi begitu gusar berharap Ae Rin akan mempercayainya. Tak lama kemudian Desita yang baru saja selesai mandi keluar hanya dengan mengenakan handuk yang menutupi tubuhnya. Sontak hal itu membuat Aldi terkejut dan sekilas mengingatkan kembali momen staycation mereka dahulu.

“Gimana udah kabarin Ae Rin kalau kamu nggak bisa pulang?” tanya Desita dengan sedikit mengejek.

“Uu-udah, Des kenapa kamu nggak pakai bajumu sih, ayo dong Des kita kan udah komitmen!” pinta Aldi memalingkan wajah berusaha menjaga pandangannya.

“Iihh apaan sih bajuku kan basah semua sampe dalemannya juga, gak cuma masuk angin tar aku panuan juga dong. Udah ah jangan lebay aku juga nggak bakal ngerayu kamu. Sana mandi gih, aku mau pesen makanan dulu,” sahut Desita.

Aldi tak membalas ucapan itu karena merasa malu dengan sikapnya yang terkesan terlalu percaya diri. Beberapa saat kemudian Aldi pun selesai membersihkan diri dan keduanya siap menyantap makan malam ala kadarnya yang tersedia di hotel tersebut.

“Yak nasi dan mie goreng plus teh panas dan es teh. Ini menu terbaik di hotel ini, itu pun mereka beli di warung sebelah. Hair dryer nggak ada, aku pinjam charger juga katanya nggak ada. Kita bener-bener terdampar nih ceritanya,” gumam Desita.

Saat ini Aldi juga hanya memakai handuk yang disediakan hotel untuk menutupi bagian bawah tubuhnya. Mereka meletakkan pakaian basah di lemari dan kamar mandi begitu saja berharap besok mereka sudah bisa mengenakannya kembali.

“Hh gara-gara mobil mogok di mix dengan hujan deras plus nggak ada transportasi umum, gimana mau nggak terdampar. Tapi syukurlah kita nggak lagi terdampar di tengah hutan,” gumam Aldi yang mulai menyantap makan malamnya bersama Desita.

***

Kembali ke tempat Ae Rin, setelah selesai menyantap makan malam, rekan-rekan Tuan Eagon ingin mencari hiburan yang lebih menarik, mereka pun mengajak Ae Rin dan Viona mampir ke sebuah klub malam yang ada di lantai paling atas gedung tersebut.

"Hei itu ide yang bagus, bagaimana Nona-nona?" ajak Tuan Owen.

“Ya tunjukkanlah pada kami tempat hiburan di kota ini, kami lelah setelah perjalanan jauh Nona,” sahut Tuan Carl.

"Haha tentu saja, itu akan menyenangkan, memang benar di lantai atas gedung ini ada klub malam yang cukup terkenal," sahut Viona yang tampak antusias dikelilingi para pria asing yang tampan tersebut.

"Haha hei kawan tolonglah jaga sikap kalian, jangan buat kita malu di hadapan para nona cantik ini. Lagipula kurasa itu bukan tempat yang cocok bagi Nona Ae Rin. Bukankah begitu?" ujar Tuan Eagon sembari menatap mata Ae Rin.

“Ng kurasa aku baik-baik saja, hanya tolong jangan biarkan aku mabuk karena aku harus menyetir,” jawab Ae Rin menyanggupi permintaan para pria tersebut.

Mendengar jawaban itu Tuan Eagon tak dapat memberikan penolakan lagi, mereka semua bersorak bahagia dan bergegas melangkah menuju klub malam tersebut. Ae Rin melangkah tanpa ragu menganggap hal itu bukanlah sesuatu yang perlu dikhawatirkan karena dia bisa menjaga dirinya sendiri.

Di sisi lain Aldi saat ini sedang melamun membayangkan masalah yang akan dihadapinya karena sikap Ae Rin. Kekhawatiran untuk bisa menjaga perasaan sang istri tampaknya cukup mengganggu pikiran Aldi. Dia membayangkan entah apa jadinya jika Ae Rin sampai mengetahui kondisinya sekarang.

“Hei Al? jangan diem aja disitu dong tar kesurupan lo!” sapa Desita yang duduk di ranjang menutupi dirinya dengan selimut.

“Hh terus gimana, aku lagi pusing Des. Ae Rin juga nggak bales-bales pesanku. Apa selama ini ya ketemu buat dinner?” gumam Aldi yang kini juga menutup tubuh bagian atasnya menggunakan handuk milik Desita.

“Tar aku yang jelasin deh biar dia nggak marah. Repot banget ya rumah tangga, nggak fleksibel banget makanya aku masih betah menjomblo,” ujar Desita yang sedang mencoba menghibur diri dengan mengganti channel televisi berkali-kali.

“Duh malah gawat lah, kamu mau cerita apa adanya? kita sekamar dan nggak ngapa-ngapain gitu? baguuusss, langsung digugat cerai aku Des,” ucap Aldi yang bersandar di kursi sembari mengusap wajahnya.

“Hh ya udah terserah deh! Duh nih tivi isinya kok semut semua sih? males banget aku. Pengen hapean tar bateraiku habis lagi. Udah ah tidur aja, see you Al,” ujar Desita yang juga tampak kesal dengan kondisinya saat ini.

Sesuai koordinasi mereka, Desita akan tidur di ranjang mengenakan selimut untuk menutupi tubuhnya, sedangkan Aldi akan tidur di lantai mengenakan dua handuk untuk menutupi tubuhnya. Malam itu hujan masih turun cukup deras sejak sore hari, membuat udara di ruangan semakin terasa dingin walau pendingin ruangan tidak digunakan.

Aldi yang menyadari ponselnya telah mati karena kehabisan baterai pun kini hanya bisa pasrah. Pesan dari Ae Rin yang dinantinya tak kunjung terkirim, Aldi pun berbaring di lantai keramik yang dingin hanya beralaskan handuk yang dia kenakan.

“Uhh gila dingin banget,” gumam Aldi yang meringkuk kedinginan sembari berusaha menutup seluruh bagian tubuhnya dengan kedua handuk tersebut.

Menyadari kondisi Aldi yang cukup menderita, Desita tak sanggup berpura-pura tidak peduli pada pria itu. “Al naik sini gih pake selimut juga, ini cukup kok buat berdua. Daripada tar kamu sakit,” ajak Desita.

Namun Aldi berusaha keras menolak tawaran tersebut untuk menjaga kesetiaannya pada Ae Rin. Walau Aldi mulai menggigil dan terdengar bersin beberapa kali namun, dia tetap berusaha memejamkan matanya agar dapat tertidur.

“Huuhh ya udah aku nawarin karena aku peduli, bukan karena pengen ngerayu kamu. Ya udah bye aku tidur.” Desita pun mematikan lampu meja dan membuat ruangan menjadi gelap gulita.

Beberapa menit kemudian Aldi yang sudah terbiasa dengan posisinya pun mulai mengantuk. Dua lembar handuk yang menutupi sebagian tubuhnya mulai terasa hangat bagi Aldi namun, tiba-tiba dia merasakan sebuah kain yang tebal dan cukup lebar menutupi seluruh tubuhnya.

Aldi terkejut dan membuka matanya walau tak dapat melihat dengan jelas di ruangan yang gelap. Rupanya Desita baru saja menutupi tubuh Aldi dengan selimut lalu kemudian wanita itu pun ikut bergabung bersama Aldi di bawah selimut tersebut.

“Des? ...,” Aldi ingin menyampaikan kembali keluhannya namun, ucapannya terpotong ketika Desita menutup mulut pria itu.

“Ssshhh berisik aku ngantuk,” ucap Desita yang saat ini berbaring tepat di hadapan Aldi sembari mamakai selimut yang sama.

Sementara itu di klub malam tempat Ae Rin berada, suasana terasa meriah oleh live musik dari seorang Dj. Para pengunjung melompat bersama-sama mengikuti irama musik dengan penuh suka cita, begitu pula dengan Viona dan para rekan Tuan Eagon lainnya.

Sebelumnya Ae Rin hanya ingin menemani mereka sejenak dan pulang namun, setelah membaca pesan singkat dari Aldi ada perasaan kecewa yang dirasakannya. Ae Rin pun memutuskan untuk menemani mereka lebih lama dan menghabiskan beberapa gelas minuman keras.

Beberapa saat kemudian melihat Viona dan Ae Rin yang mulai mabuk, Tuan Eagon yang khawatir lantas mengajak mereka semua untuk mengakhiri pertemuan malam hari itu. Pria bule itu meminta bantuan rekan-rekannya untuk membawa Ae Rin dan Viona ke dalam mobilnya untuk mengantarkan mereka pulang.

“Hei apa kau akan bersenang-senang sendirian? Itu tidak adil kawan, ajaklah kami juga!” bisik Tuan Bosch.

“Itu benar mereka berdua sangat cantik dan menyenangkan. Ayo kita lanjutkan pestanya!” sahut Tuan Rajju.

“Hei hei apa kalian gila? mereka bukan wanita murahan yang akan diam saja dengan apa yang akan kalian lakukan. Carilah wanita lain di dalam, jangan membuatku malu!” Tuan Eagon pun menjalankan mobilnya mengantarkan Ae Rin dan Viona yang sudah tak sadarkan diri.

***

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel