Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 3. Dilema

Pagi hari sebelum berangkat bekerja sekali lagi Aldi berusaha meyakinkan istrinya untuk menghindari kesalahpahaman. Karena belakangan Ae Rin memang seringkali bersikap posesif terhadap segala urusan yang melibatkan kebersamaannya dengan Desita.

“Nanti sampai sana aku video call ya sayang, sepertinya daerah pegunungan pasti bagus viewnya kalau mungkin kapan-kapan kamu mau main kesana,” ujar Aldi berusaha meminta kepercayaan dari Ae Rin.

“Iya sayang iya, udah sana berangkat deh makin siang berangkat tar makin malam pulangnya lo. Aku juga mau berangkat nih,” sahut Ae Rin yang membawakan cangkir dan piring kotor sisa sarapan ke dapur.

Merasa berhasil meyakinkan Ae Rin, Aldi pun merasa tenang. Melihat usaha sang istri untuk membahagiakannya semalam begitu menyentuh bagi Aldi walau tentu dia tidak akan selalu meminta istrinya berpenampilan demikian.

Akan tetapi sesampainya di kantor dan Aldi telah mempersiapkan semuanya untuk menuju lokasi, tiba-tiba dia terkejut oleh informasi yang diberikan oleh Desita. Wanita yang pernah dekat dengannya itu mengatakan bahwa dengan terpaksa hanya Aldi dan Desita yang bisa ikut untuk menuju ke lokasi.

“Soalnya gini bos pertama si Andy, dia barusan berangkat buat service mobil yang kemarin sempat mogok di jalan. Selesainya nanti siang jadi dia harus berangkat lagi buat ngambil mobilnya. Terus si Celine berangkat bareng Arie ke lokasi wisata mangove di bagian Timur kota. Ingat kan kita dapat proyek bikin pasar wisata disana,” jelas Desita.

“Nah jadi untuk tugas ke tempat ini ya cuma kita yang ready. Ya terserah sih kalau mau ditunda, aku tinggal info kedua klien itu,” imbuh Desita.

Aldi terlihat begitu gusar, tentu dia harus mengedepankan sikap profesionalitas terhadap klien daripada masalah pribadinya. Hanya saja dia sudah berusaha keras meyakinkan Ae Rin untuk membatasi hubungan dengan Desita selain untuk urusan pekerjaan.

“Ugghh tunggu, ya udah deh gimana lagi ayo kita berangkat sekarang biar cepet selesai,” ujar Aldi dengan perasaan gelisah yang masih mengganggunya.

Di sisi lain Desita berusaha menyembunyikan rasa senangnya. Tak dapat dipungkiri wanita itu masih sangat merindukan sentuhan dari Aldi yang telah meninggalkan kesan yang mendalam. “Hmm oke, aku sudah siap Al,” sahut Desita.

***

Di kantor Skyline Dreamworks, ruang kerja Direktur, Viona tengah bersandar di meja Ae Rin melihat sesuatu yang ditunjukkan oleh istri Aldi tersebut. Viona pun tersentak kaget melihat Ae Rin menunjukkan pakaian yang dikenakannya semalam.

“Huaaa omoooo ... serius kamu pakai ginian? aduuhhh bayangin aja aku udah malu banget,” ujar Viona sembari menutup wajahnya yang memerah.

“Iya serius, aku juga malu banget tapi nggak nyangka lo beneran dia suka banget,” imbuh Ae Rin yang juga terlihat malu.

“Ya ampun suamimu ternyata liar juga ya fantasinya, eh terus terus gimana, hot nggak tuh? Huuuu hahaha.” Viona dan Ae Rin tertawa bersama dengan pikiran yang kotor di kepala mereka.

“Huu malu aku lah pake tanya lagi. Ya sampe ampun-ampun lah,” jawab Ae Rin.

“Kyaaa ampun-ampun? Jiyaahh aduh pikiranku travelling nih, aduh- aduh udah ah. Eh aku lupa ngasi tahu kemarin Area Managernya Skyloft Corp mau ngajak kita dinner buat dikenalin sama timnya mereka. kalau malam ini kamu bisa nggak say?” tanya Viona.

“Hmm Area Manager? tapi kan pembangunannya masih belum selesai?” Ae Rin tampak bingung dengan permintaan yang mendadak tersebut.

“Iya mereka lagi kunjungan ke Indo buat liat lokasi n progresnya, sekalian pengen tahu kondisi di kota ini gimana soalnya kan mereka bakal tinggal disini.”

“Hmm liat nanti deh, kalau mood oke lah,” jawab Ae Rin yang terlihat tidak terlalu tertarik dengan undangan tersebut.

“Ih kamu kok kayak nggak berminat gitu sih, si Area Manager ini cool banget lo orangnya, duh sayang aku nggak punya fotonya. Eh lupa sayangku ini udah punya Papah, maap deh kalau gitu aku aja yang temuin dinnernya ya, hihihi,” celetuk Viona mencoba menggoda Ae Rin.

Rupanya Ae Rin juga mengalami perasaan yang sama seperti Aldi, dimana dia selalu berusaha memberikan kepercayaan pada sang suami dengan membatasi hubungan dengan pria manapun kecuali untuk urusan pekerjaan.

Karena itu untuk menjaga kepercayaan Aldi, Ae Rin juga melakukan hal yang sama dengan selalu memberitahunya jika hendak mengadakan pertemuan khusus dengan seorang klien pria. Ae Rin mencoba menghubungi Aldi beberapa kali namun, rupanya panggilan telepon itu tak kunjung diangkat olehnya.

Hal itu lantaran ponsel Aldi yang saat ini sedang berada di tangan Desita.

Di tempat pertemuan pertama lokasi yang akan dibangun berada dekat dengan kawasan perumahan. Bangunannya sendiri adalah sebuah komplek ruko 3 lantai dengan total sebanyak 20 unit. Selagi Aldi berkoordinasi dengan kliennya, dia meminta Desita mengambil foto kondisi area di sekitar tempat tersebut.

“Duuhh mama ganggu deh aku jadi nggak bisa ngefoto. Iya iya aku nggak bakal ganggu papah,” gumam Desita.

Tak lama kemudian Ae Rin pun mengirimkan sebuah pesan singkat. “Sayang aku n Viona diundang dinner sama Area Managernya Skyloft buat dikenalin sama jajaran managemennya. Nanti info ya kamu makan diluar atau nunggu aku pulang.”

Desita pun membalasnya begitu saja agar pesan itu tak menghalanginya. “Ya sayang, hati-hati ya.”

“Duh iya mamah nggakpapa, gitu aja pake ijin sih alay banget. Hh oke foto area Timur udah, sekarang sebelah Utara,” gumam Desita melanjutkan tugasnya.

Setelah selesai berkoordinasi dengan klien, keduanya melanjutkan mencari makan siang. Dalam perjalanan Aldi menjelaskan konsep yang dipikirkan olehnya menyesuaikan kondisi lingkungan di area tersebut.

“Ini kan dekat area perumahan, dari jalan besar juga masih harus belok ke area perumahan dulu. Hmm berarti konsepnya ini view yang simple dan jangan kelihatan mahal, mungkin nanti kita buatkan tiang reklame yang agak tinggi di sudut ruko biar kelihatan dari jalan raya,” jelas Aldi.

“Ya ya Al nanti aja ya jelasinnya aku gak bisa mikir nih laper banget, perasaan tadi masih jam 10an tahu-tahu udah jam 1,” gumam Desita.

“Oke oke itu tuh di depan ada resto, kita janjian berikutnya jam berapa?” tanya Aldi sembari menepi menuju sebuah resto.

“Aku janjian sih maks jam 2 ya, santai aja nanti aku undur kalau perlu.”

“Oke yuk makan dulu.”

Aldi dan Desita pun beristirahat sejenak untuk mengisi perut mereka, sepanjang waktu yang mereka habiskan bersama tak ada percakapaan serius mengenai kehidupan pribadi masing-masing. Aldi benar-benar berusaha untuk membatasi hubungannya dengan Desita dan hanya membahas semua urusan yang berhubungan dengan proyek mereka.

Selesai makan siang keduanya langsung bertolak ke alamat yang berada di kawasan pegunungan. Jalan menanjak yang curam cukup membebani kendaraan mereka, meskipun begitu pemandangan dari tempat mereka berada cukup memanjakan mata.

Klien berikutnya yang mereka temui adalah pemilik sebuah vila yang baru saja membeli bangunan tersebut dan ingin melakukan renovasi total. Berada di kawasan perbukitan dengan banyak vila dan penginapan di sekitarnya, menjadi tantangan Aldi untuk membuat tempat itu terlihat lebih dominan daripada bangunan di sekitarnya.

“Hei belum datang juga udah 1 jam nunggu, kita nggak bisa masuk buat survei jadinya nih, mana udah mulai mendung lagi,” gumam Aldi yang terlihat kesal karena klien yang datang terlambat cukup lama.

“Iya iya ini aku juga lagi telepon, duh gimana sih nih kurang koordinasi dia sama anak buahnya disini,” sahut Desita yang juga mulai habis kesabarannya.

Tak lama kemudian orang suruhan dari pemilik vila itu pun tiba menemui Aldi dan Desita, untuk membuka gerbang agar keduanya dapat melakukan tugas survei mereka. Sama seperti sebelumnya Aldi melakukan pengecekan struktur bangunan secara menyeluruh dan meminta Desita mengambil foto kondisi sekitarnya.

Waktu pun berlalu begitu cepat hingga tanpa terasa telah menunjukkan pukul 16.30, Aldi dan Desita telah selesai mengerjakan tugas mereka dan hendak kembali pulang. Hal tak terduga terjadi ketika mobil yang mereka kendarai tak kunjung menyala, ketegangan pun mulai Aldi rasakan lantaran dia yang ingin segera pulang menemui istrinya.

“Duh kenapa sih tiba-tiba gini, mobil operasional kok jadi cepet rusak gini ya,” gumam Aldi yang tampak sangat kesal dengan kondisi tersebut.

Pengelola vila mengatakan jika tidak ada bengkel mobil di sekitar tempat itu, kalaupun ada di area pusat kota dan pasti sudah tutup di jam tersebut. Aldi mulai kebingungan dan ingin mencari angkutan umum untuk pulang, kecemasannya semakin bertambah ketika langit bergerak semakin gelap karena mendung.

“Kalau angkutan umum disini cuma ada ojek Pak, tunggu aja disini nanti pasti ada yang lewat. Tapi biasanya sih kalau mau hujan gini mereka pada males keliling,” ujar pengelola vila yang hendak pergi meninggalkan Aldi dan Desita.

“Duh gimana ya, tenang tenang. Oke dimana ya pak pangkalan ojeknya?” tanya Aldi berusaha mencari solusi apapun yang mungkin dilakukan.

“Itu pak jalan aja ke arah sana, agak jauh sih di depan area pasar nanti ada pos, disitu biasanya banyak ojek pangkalan pak.Maaf saya balik dulu ya, mau hujan soalnya,” jawab pengelola vila tersebut lalu meninggalkan Aldi dan Desita.

“Oke deh yuk Des kita kesana,” ajak Aldi sembari mengambil barang-barang pentingnya di dalam mobil.

Namun Desita hanya diam dengan raut wajah yang kesal. “Serius Al? terus mobilnya kita tinggal aja disini gitu? terus besok gimana? kita suruh Arie atau Andy kesini buat ngurus mobilnya?”

“Ii-iya, terus gimana? kita harus pulang kan Des?” jawab Aldi yang sudah kehilangan ketenangannya.

Tak lama kemudian rintik-rintik air hujan mulai turun membasahi mereka. Keduanya bergegas berteduh di bawah atap gerbang vila yang mereka kunjungi barusan. Aldi pun semakin gusar mencari cara untuk bisa pulang sebelum hari semakin larut.

“Duh pake hujan segala lagi, ini yang aku nggak suka di kawasan pegunungan,” gumam Aldi.

Desita terlihat kesal melihat Aldi yang begitu gelisah, dia paham itu karena Aldi tidak ingin membuat istrinya khawatir dengan pulang larut malam. “Hh ini solusi dari aku Al, pertama melihat kondisi, kita nggak bisa pulang malam ini so kita harus cari penginapan. Aku sudah dapat kontak penginapan yang paling dekat sama kita, gimana?”

Aldi tampak tidak senang dengan saran tersebut, kekhawatirannya terhadap kecemburuan Ae Rin membuat Aldi jadi tidak bisa berpikir secara rasional. Aldi terdiam dengan ekspresi yang tegang mencoba mencari jalan lain yang mungkin dilakukan.

“Al? gimana?” Desita mulai merasa kesal karena sikap Aldi yang cukup egois baginya.

Tiba-tiba saja Desita pun melangkah di tengah hujan menuju ke arah pangkalan ojek sesuai saran dari pengelola vila sebelumnya. Hal itu sontak membuat Aldi terkejut dan khawatir.

“Hah? lho Des hei hei tunggu Des ngapain kamu?” teriak Aldi yang mengejar Desita dan menarik tangannya.

“Ayo pulang, aku juga capek pengen cepat sampe rumah,” jawab Desita dengan begitu kesal.

Aldi yang merasa begitu kacau tak memiliki pilihan selain menarik wanita itu kembali berteduh di gerbang vila. “Oke oke aku ikutin saranmu.”

Desita masih memasang ekspresi kesal oleh sikap Aldi yang keras kepala. “Yakin? nanti dicariin mama gara-gara nggak pulang terus aku yang dilabrak, pikirin dulu cepetan,” ujar Desita dengan ketus.

“Des ayo dong jangan marah, wajar kan dia cemburu sama kamu.”

“Ya udah besok aku tuker posisi aja sama Arie atau Andy, atau si Nissa biar nggak kemana-mana sama kamu, gimana?” sahut Desita yang begitu kesal merasa dirinya tak mendapatkan perhatian sedikitpun dari Aldi.

“Oke oke aku minta maaf, oke ya udah yuk kemana kita sekarang Des.”

Keduanya pun berlari ke arah sebuah hotel melati yang berada tak jauh dari tempat mereka berdiri. Aldi ingin memesan dua kamar untuk mereka namun, ada sedikit kendala yang membuat hanya ada 1 kamar yang tersedia.

“Maaf pak sebenarnya ada beberapa kamar kosong di atas, tapi karena angin kencang beberapa hari yang lalu bikin saluran air di atas rusak  dan akhirnya hampir semua kamar di lantai atas itu bocor. Ya kalau mau nggakpapa sih tapi saya nggak punya wewenang buat ngasi potongan harga pak, gimana?” jelas resepsion hotel.

Mendengar hal itu Aldi menundukkan kepala saking kesalnya merasa takdir sedang menguji kesetiaanya. Aldi pun meminta untuk melihat kamar-kamar yang bocor tersebut dan benar saja kondisi ruangan cukup parah dengan banyak tetesan air di berbagai tempat.

Menyerah dengan keadaan, Aldi pun harus menerima jika dia akan melewati malam dengan berbagi kamar bersama Desita. Aldi berpikir keras mencoba memberikan penjelasan yang terbaik dan terbuka kepada sang istri namun, Aldi terkejut saat dia baru saja membuka ponselnya dimana ada beberapa misscall dari Ae Rin dan sebuah pesan yang tidak pernah diketik olehnya.

***

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel